Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

berantasrasuahAvatar border
TS
berantasrasuah
Fenomena Senyuman Koruptor Yang Hanya Terjadi di Indonesia
Fenomena Senyuman Koruptor Yang Hanya Terjadi di Indonesia
Rachmat Yasin dan M. Zairin Cengar-Cengir Di KPK
Fenomena Senyuman Koruptor Yang Hanya Terjadi di Indonesia

Fenomena Senyuman Koruptor Yang Hanya Terjadi di Indonesia


Gagal mempermalukan koruptor, itulah jawaban Guru Besar Psikologi politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk, menjawab pertanyaan seputar fenomena tersangka korupsi yang masih bisa senyum di layar kaca tanpa ada rasa malu.

Bila kita bandingkan antara koruptor dengan maling ayam, keduanya merupakan sama-sama tindak kejahatan pidana. namun kita melihat ekspresi berbeda saat mereka ditangkap, maling ayam sering menutup muka dan menyembunyikan wajah saat berhadapan dengan kamera wartawan, bandingkan dengan Koruptor? masih sempat senyum di layar kaca dan tidak sedikitpun menunjukkan wajah bersalah.

Fenomena Koruptor senyum tanpa malu ini menurut Hamdi Muluk hanya terjadi di Indonesia. padahal tersangka korupsi di Indonesia mengenakan pakaian khusus tahanan. namun tidak juga menunjukkan sikap terhina, menyesal ataupun takut.

Hukuman yang relatif ringan dan perlakuan berbeda dengan pelaku pidana lain menjadi salah satu alasan kenapa koruptor masih bisa senyum. ditambah dengan tidak adanya rasa takut dari para koruptor dalam menjalani proses hukum.

Bila kita membandingkan dengan negara lain seperti china dan Jepang, maka akan terlihat perlakuan dan ancaman hukuman yang sangat berbeda dengan koruptor di Indonesia, sehingga koruptor china dan jepang akan sangat sulit dan bahkan tidak bisa tersenyum.

Aktivis Pukat UGM, Hifdzil Alim mengatakan koruptor sering menebar senyum karena menganggap di Indonesia terlibat korupsi adalah yang biasa. selain itu tentu soal perlakuan, kenapa para Koruptor tidak pernah diborgol ketika memasuki ruang sidang? hal berbeda tentu kita temui dengan pelaku pidana lain seperti teroris dan pembunuh, padahal korupsi memiliki dampak yang sangat luar biasa.

Aneka rupa ekspresi wajah ditunjukkan para pesakitan di KPK saat berhadapan dengan kamera televisi maupun foto. Kebanyakan ekspresi yang ditunjukkan mereka yang tersangkut kasus pidana korupsi punya kemiripan, yaitu tersenyum atau seraya melambaikan tangan. Senyuman itu ternyata tak membuat orang yang menonton ikut senyum.

Aktivis korupsi dari Indonesia Corruption Watch (ICW), Abdullah Dahlan, mengaku muak dengan senyuman para koruptor itu. “Kalau geram itu masih level bawah, jengkel itu menengah. Di atasnya itu apa ya, memuakkan,” kata Abdullah.

Dia menegaskan tingkah para koruptor itu menunjukkan tidak adanya penyesalan. “Mereka ini lagi ‘sakit’ menurut saya," tegasnya. Artinya, ujar Abdullah, para koruptor menganggap perbuatannya seolah-olah bukan kejahatan pidana, padahal masyarakat menganggap perbuatan mereka mendatangkan aib sosial dan pidana.

Abdullah mengamati orang-orang yang menjadi tersangka kasus korupsi menganggap bukan dalam posisi pesakitan tapi terkesan bagai publik figur. Contohnya, kasus korupsi yang melibatkan Rachmat Yasin.

“Yang sempat saya lihat, setelah ditangkap KPK bukannya ada penyesalan karena melakukan kesalahan tapi malah aura kemenangan, dia foto-foto kemudian senyum-senyum dengan tangan yang melambai,” kata Abdullah.

Berpandangan mirip dengan Abdullah, pengamat hukum pidana dari Universitas Indonesia (UI) Gandjar Laksmana Bonaprapta mengatakan beda yang mencolok antara sikap pelaku korupsi dengan pidana lain, misalnya maling.

Walau keduanya sama-sama tindak pidana, ketika diproses hukum, umumnya maling dan juga pelaku tindak pidana lain sering tertunduk dan menutup mukanya saat disorot kamera. Tapi sikap koruptor yang mencuri uang negara dalam jumlah sangat besar namun tetap bisa tersenyum itu dimaknai tidak adanya rasa bersalah.

“Karena mereka merasa tak salah, jadi mau tertangkap tangan sekalipun mereka merasa perlu menunjukkan ke publik bahwa dia tidak bersalah dengan bersikap tenang,” katanya lagi.

Penilaian yang sama pun dilontarkan pakar hukum pidana dari Universitas Diponegoro (Undip) I Nyoman Serikat Putra Jaya. Ia mengaku menyesalkan sikap koruptor yang seolah-olah perbuatannya tidak dianggap kriminal.

“Ketika diwawancarai senyum-senyum dan melambaikan tangan mungkin untuk kasih salam sama rakyat Indonesia,” kata I Nyoman kesal melihat tingkah koruptor itu.

Adapun Guru Besar Psikolog UI, Enoch Markum, berpendapat ia belum bisa membaca senyuman ala koruptor itu sebagai bentuk melepaskan tekanan beban dan mencari dukungan.

"Senyum koruptor ini masih muncul karena belum ada perasaan bersalah dan ingin memberikan kesan tidak memberikan beban," kata Enoch.

Hanya ada di Indonesia. Seorang pelaku tindak pidana korupsi dengan tanpa beban menebar senyum, melambaikan tangan, mengacungkan dua jempol jarinya, atau memberi salam metal saat disorot kamera televisi atau dijepret fotografer.

Anggota Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat Didi Irawadi Syamsuddin mengatakan, senyum dan lambaian tangan yang dipertontonkan para tersangka atau terdakwa korupsi merupakan sikap meremehkan rakyat.

"Itu masalah karakter dan sikap meremehkan rakyat yang sengaja diperlihatkan oleh si koruptor! padahal uang rakyat baru dicuri bahkan dijarahnya," kata Didi.

Menurut Didi, rakyat yang menyaksikan senyum dan lambaian tangan koruptor akan kian membenci koruptor. Maka politisi Partai Demokrat ini pun mengusulkan agar aparat hukum segera merampas seluruh harta terpidana kasus korupsi.

“Rampas dan sita seluruh harta jarahan para koruptor! agar segera bisa dikembalikan pada rakyat yang berhak! Plus diborgol dihadapan publik," kata Didi.

Peneliti Pusat Kajian Anti Korupsi Universitas Gadjah Mada Hifdzil Alim menilai, senyum koruptor yang berusaha dibuat tampil manis, seakan tanpa beban itu bisa melukai hati rakyat dua kali. Aksi mereka juga dianggap merendahkan wibawa hukum Indonesia.

Apalagi, mereka yang terjerat juga masih berkoar tidak bersalah kepada publik. “Tentunya, itu tak perlu ditanya, pasti menyakiti. Ketika mereka ditetapkan sebagai tersangka korupsi dan kemungkinan besar bersalah itu sudah menyakitkan hati, ditambah lagi mereka senyam senyum itu sangat menyakitkan hati,” kata Hifdzil Alim.

Pengamat hukum pidana dari Universitas Indonesia Gandjar Laksamana Bonaprapta menilai beda yang mencolok antara sikap pelaku korupsi dengan pidana lain, menunjukkan tidak adanya rasa bersalah seorang. “Karena mereka merasa tak salah, jadi mau tertangkap tangan sekalipun mereka merasa perlu tunjukkan ke publik bahwa dia tidak bersalah dengan bersikap tenang,” kata Gandjar.

Sesuai asas praduga tak bersalah, memang publik tak bisa buru-buru menganggap mereka bersalah sekalipun tertangkap tangan. Dia menduga, adanya anggapan itu juga membuat pelaku korupsi merasa tenang-tenang saja ketika bolak-balik gedung KPK maupun ketika ditahan di rutan.

Tapi celakanya, perasaan tak bersalah itu tetap terbawa meski sudah terbukti di pengadilan dan mereka divonis jadi terpidana. “Dalam satu acara televisi kemarin beberapa mantan napi korupsi yang diundang mengklaim, semua merasa (proses hukum) itu direkayasa. Masa sampai sudah jelas-jelas diputus salah dalam pengadilan dan masuk penjara tapi masih belum ngaku (salah) juga?” kata Gandjar.

Penilaian yang sama pun dilontarkan pakar hukum pidana dari Universitas Diponegoro (Undip) I Nyoman Serikat Putra Jaya. Ia mengaku menyesalkan sikap koruptor yang seolah-olah perbuatannya tidak dianggap kriminal.

“Ketika diwawancarai senyum-senyum dan melambaikan tangan mungkin untuk kasih salam sama rakyat Indonesia,” kata I Nyoman kesal melihat tingkah koruptor itu.
Korupsi uang negara miliaran rupiah dan maling ayam sama-sama tindak kejahatan pidana. Tapi saat pelaku kejahatan itu diproses hukum, umumnya maling dan juga pelaku tindak pidana lain, sering tertunduk atau menutup mukanya saat disorot kamera televisi.

Hal ini bertolak belakang dengan pejabat negara yang diduga terlibat tindak pidana korupsi. Mereka tak jarang terlihat menebar senyum, melambaikan tangan, mengacungkan dua jempol jarinya, atau memberi salam metal saat disorot kamera televisi atau dijepret fotografer.

Perilaku itu mereka tunjukkan saat diperiksa di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, atau pun disidang di pengadilan. Menurut Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk, fenomena tersangka korupsi yang sering melempar senyum adalah hal yang lucu dan hanya terjadi di Indonesia.

Langkah KPK dengan mewajibkan tersangka tindak pidana korupsi mengenakan baju tahanan khusus, nyatanya tak membuat malu atau jera. Padahal semestinya, hal ini membuat seseorang merasa terhina dan takut.

"Fenomena lucu juga ini. Kenapa hanya di Indonesia, koruptor yang cengar - cengir. Maksud saya, negara kita ini memang gagal mempermalukan koruptor. Belum ada budaya ini," kata Hamdi lagi.

Hamdi menilai banyaknya tersangka tindak pidana korupsi yang melambaikan tangan, senyum, dan menggunakan jarinya ketika disorot kamera karena belum ada perasaan terbebani, malu dan bersalah. Setiap koruptor yang tersenyum menggambarkan mereka tidak takut dengan proses hukuman yang akan dijalani.

Menurut dia selama hukuman masih ringan, koruptor tidak akan terbebani. Beda dengan negara lain seperti Jepang dan China yang punya budaya dan hukuman keras bagi koruptor. Sehingga, tidak ada koruptor di negara tersebut yang sering mengumbar senyum saat disorot awal media massa.

"(Di Indonesia) Pikirannya paling nanti dihukum dua, tiga tahun. Bebas masih bisa kaya. Hukuman longgar ini yang buat mereka seperti ini. Coba kalau misalkan hukuman mati, mereka pasti stres, nunduk terus wajahnya," kata Hamdi.

Aktivis Pusat Kajian Anti Korupsi Universitas Gajah Mada, Hifdzil Alim mengatakan koruptor yang sering menebar senyum dan terlihat tenang itu menunjukkan, di Indonesia terlibat kasus korupsi dianggap hal biasa.

Sekalipun kejahatan itu sudah terbukti dalam proses hukum, tetap tidak ada terlihat penyesalan, rasa malu, apalagi jera. “Saya sebenarnya marah ngelihat koruptor itu masih ketawa-tawa atau senyum sambil acungkan jempolnya,” kata Hifdzil.

[URL="Dari Berbagai Sumber"]SUMBER[/URL]
Diubah oleh berantasrasuah 27-05-2014 00:10
0
5.2K
19
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.