. Ini terjadi jauh sebelum negara ini memberlakukan sertifikasi dan standar kopentensi guru S1. Jauh di pedalaman kampung dan dengan perangkat pembelajaran yang sangat minim. Biasanya, seorang guru jika memberikan nilai untuk rapot, harus menggunakan rumus jumlah ulangan harian, tugaas, ujian semesteran hasilnya nilai murni plusss kebaikan dari seorang guru. Jadilah nilai kita di rapot. Tetapi di tulasn saya ini, ada banyak pelencengan-pelencengan yang g tau mesti ditertawakan, atau di tangisi...

Tread ini bukan untuk melecehkan, ini hanya untuk hiburan semata

Ini guru yang ngasih nilai menurut perilaku.
Contoh. Si budi anak baik, rajin, pintar. Sudah jelas, beri nilai 9 di rapot
Si asep orangnya bego, nakal, jelek. Beri nilai 6 di rapot...
Si yanti. Orangnya cantik, beri nilai 8 di rapot...
KACAW..KACAW

Ada juga guru yang ketika dipinta nilai oleh TU ( tata Usaha) hanya memberikan 3 nama saja.
Contoh : si wahyu, anis, dan mila beri nilai 8 di rapot. Siswa lainnya, beri saja nilai 7.
mesti banyak2 PDKT nih cin...

Yang ini lebih absurd. Dia sudah menulis nama dan nilai di pintu kelas. Bingung saya juga.. ah sudah lah

Guru ini punya nilai siswa dari tahun yang terlewat hingga tahun yang akan datang
Contoh : ketika TU meminta nilai. Gurunya menjawab : “ mau nilai tahun berapa?? 2020 pun saya sudah punya”
AMAZING.....

Ini tipe guru yang paling baik. Karena, tak jarang murid yang sudah keluar “DO”, atau malah sudah meninggal. Tapi punya nilai ujian di rapot. GW SUKA GAYA LOOOO....

ya guru yang ngasih nilai berdasarkan fakta dan data