Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sophieshieldAvatar border
TS
sophieshield
Jokowi dan Prabowo Kemungkinan Bisa Gugur sbg Capres, bila Keduanya di Proses Hukum
Kejagung Dituntut Segera Periksa Jokowi
Kamis, 08 Mei 2014 , 14:19:00 WIB

RMOL. Puluhan orang massa yang tergabung dalam Perhimpunan Perjuangan Demokrat Indonesia (PPDI) mendesak Kejaksaan Agung segera memeriksa Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo dan eks tim suksesnya, Michael Bimo Putranto.

Para pendemo menganggap keduanya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam kasus kerusakan sejumlah bus Transjakarta.

"Kami meminta Kejaksaan Agung memeriksa dan menangkap Michael Bimo Putranto karena diduga terlibat dalam proses tender dan memenangkannya. Bus senilai Rp 1.086 triliun sebanyak 656 unit dari China rusak dan tidak sesuai harganya. Bimo adalah timses Jokowi saat jadi walikota Solo dan Gubernur DKI," lantang koordinator aksi PPDI, Rizal dalam orasinya di depan kantor Kejagung, Jakarta Selatan, Kamis (8/5).

Rizal menjelaskan, Jokowi selaku gubernur tidak memiliki kemampuan manajerial yang baik. Bahkan, Jokowi beralasan tidak bisa mengawasi semua tender. "Bahkan ia membantah memiliki hubungan dekat dengan Bimo," jelasnya. PPDI meminta baik Jokowi dan Bimo bertanggung jawab dalam pembelian bus asal Tiongkok tersebut.
http://jakartabagus.rmol.co/read/201...eriksa-Jokowi-

Didesak Panggil Prabowo, Komnas HAM: Sebentarlah...
07 Mei 2014 16:41 wib

Metrotvnews.com, Jakarta: Koalisi Masyarakat Sipil Melawan Lupa mendesak agar Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) segera memanggil Prabowo Subianto dan Kivlain Zein untuk dimintai keterangan terkait penculikan 13 aktivis pada tahun 1997-1998.

Terkait hal itu, Ketua Komnas HAM Hafid Abbas tak mau terburu-buru untuk memanggil mantan Danjen Kopasus itu. Menurutnya, keputusan dipanggil atau tidaknya baru akan disampaikan usai Rapat Paripurna yang tengah dilangsungkan pada hari ini, Rabu (7/5/2014).

"Sebentar lagilah, ini kan masih proses di Paripurna, di atas, nanti jam delapan malam atau berapa sudah ada hasilnya," ujar Hafid di kantor Komnas HAM, Jalan Latuharhary, Jakarta Pusat, Rabu (7/52014).

Hafid enggan melontarkan pernyataan pribadinya terkait desakan panggilan Prabowo ini, ia lebih suka melihat putusan akhir institusi sebagai jawabannya. "Ya kita lihatlah nanti, harus tunduk pada pandangan yang terikat pada institusi, saya punya pandangan pribadi, pandangan institusi, tetapi pandangan institusi lebih di kedepankan dibanding pendapat saya." Tambahnya.

Namun tidak menutup kemungkinan Komnas HAM akan memanggil dua orang yang diduga mengetahui benar tentang penculikan 13 aktivis pada 1997-1998. Sebab, dikatakan Hafid, siapapun harus mentaati peraturan undang-undang.

"Siapun, ini negara hukum, negara yang punya tradisi, siapapun harus tunduk pada negara hukum." Tutupnya.
http://news.metrotvnews.com/read/201...am-sebentarlah

Komnas HAM, Kejagung Diminta Cari Kesaksian Tentang Korban Penculikan 1998
Komnas HAM dan Kejaksaan Agung didesak meminta keterangan Mayjen (purn.) Kivlan Zen terkait informasi 13 aktivis yang diculik pada 1997-1998 dan hingga kini masih hilang.
07.05.2014

Jokowi dan Prabowo Kemungkinan Bisa Gugur sbg Capres, bila Keduanya di Proses Hukum
Sejumlah aktivis HAM yang mendesak Komnas HAM dan Kejaksaan Agung memeriksa mantan Kepala Staf Kostrad Mayjen (purnawirawan) Kivlan Zein terkait kasus penculikan aktivis. (VOA/Andylala Waluyo)

JAKARTA — Sejumlah aktivis hak asasi manusia mendesak Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan Kejaksaan Agung untuk meminta keterangan dari mantan kepala staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Mayjen (purnawirawan) Kivlan Zen mengenai 13 aktivis korban penculikan 1997-1998 yang hingga kini masih hilang.

Para aktivis dari lembaga-lembaga swadaya masyarakat pegiat hak asasi manusia yang tergabung dalam Koalisi Gerakan Melawan Lupa itu mengatakan, Rabu (6/5), bahwa kesaksian Kivlan bisa menjadi alat bukti dalam pengungkapan kasus penculikan aktivis.

Menanggapi hal itu, Komisioner Komnas HAM Nurkholis mengatakan bahwa lembaganya telah menganggap penyelidikan terkait kasus penculikan aktivis pada masa transisi Orde Baru ke masa reformasi itu sudah selesai. Saat ini, menurutnya, kewenangan penyidikan ada di tangan pihak Kejaksaan Agung.

“Penyelidikan kasus-kasus dugaan pelanggaran HAM berat masa lalu itu kan ada tujuh kasus. Nah dari beberapa tahun terakhir ini kan sebenarnya Komnas HAM selalu mengatakan bahwa mohon ditindaklanjuti saja itu hasil penyelidikan yang sudah selesai dilakukan oleh Komnas HAM. Ditingkatkan penyidikannya oleh Jaksa Agung,” ujarnya.

“Tetapi Jaksa Agung lebih memilih menggantungkan status penyidikan itu tanpa arah yang jelas. Oleh karena itu menurut saya, apapun yang disampaikan oleh orang ataupun aparatur negara bisa menjadi bahan yang kuat untuk proses penyidikan. Bagi Komnas HAM itu pekerjaan penyelidikan itu sudah selesai ya.”

Koordinator Komisi Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) Haris Azhar mengatakan Komnas HAM dan Kejaksaan Agung harus serius menuntaskan kasus penculikan aktivis ini karena sudah sedemikian lama kasus ini belum juga melalui proses hukum.

“Penting hari ini bagi Kejaksaan Agung dan juga Komnas HAM untuk mengambil satu solusi. Jadi konyol sekali dua institusi ini jika berdebat soal administrasi proses hukum tapi mengabaikan keadilan bagi para korban. Kalau sampai detik hari ini dan nanti sampai proses pemilu kedua institusi ini tidak melakukan apapun, maka kita patut katakan Komnas HAM dan Kejagung adalah bagian dari kejahatan penghilangan orang secara paksa,” ujarnya.

Sebelumnya kepada sejumlah media, Mantan Kepala Staf Kostrad Mayjen (purn) Kivlan Zen mengaku tahu persis peristiwa penculikan aktivis 1998. Kivlan bahkan mengaku mengetahui nasib 13 orang aktivis yang hingga saat ini belum kembali.

Dari para aktivis pro-demokrasi diculik pada 1997-1998, sembilan diantaranya telah dibebaskan setelah disiksa, sementara 13 orang lainnya hingga kini tak tentu rimbanya.

Dewan Kehormatan Perwira yang dibentuk Tentara Nasional Indonesia untuk menyelidiki kasus itu berakhir dengan pemecatan Prabowo Subianto sebagai Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus), yang dianggap mengetahui persis operasi penculikan yang dilakukan oleh anggota Kopassus yang tergabung dalam Tim Mawar.

Ketua SETARA Institute Hendardi meminta Prabowo, yang berambisi mencalonkan diri menjadi presiden dari Partai Gerindra, agar mengklarifikasi kasus penculikan tersebut dengan bersedia memberi keterangan kepada Komnas HAM dan Kejagung.

“Kesediaan Prabowo untuk dimintai klarifikasi itu juga mesti ditindaklanjuti. Saya kira ini wewenang dari Komnas HAM dan Kejagung untuk menjemput bola. Kedua institusi ini tidak boleh melihat hukum secara defensif,” ujarnya.

Mugiyanto, salah seorang korban penculikan, mengatakan Prabowo jelas terlibat dan harus bertanggung jawab atas kasus penculikan aktivis yang ia nilai di luar batas kemanusiaan.

“Prabowo mengatakan bahwa dia menculik atau mengamankan sembilan orang, salah satunya adalah saya. Menurut saya ini sudah melawan akal sehat dan akal kemanusiaan. Prabowo yang waktu itu membawahi Kopassus dan Tim Mawar itu tidak mengamankan kami. Prabowo menginterogasi dan menyiksa kami sampai di luar batas kemanusiaan. Kami pernah berada dalam situasi di mana tidak ada batas antara hidup dan mati. Dan tidak ada siapapun yang bisa mencegah kalau kami dibunuh pada waktu itu,” ujarnya.
http://www.voaindonesia.com/content/...-/1909289.html

Perhatikanlah Kekuatan SBY sebagai 'Play Maker' dalam Pilpres Kali ini ....
Quote:


------------------------------

Apa yang sebenarnya kartu Joker dimiliki SBY atau julukan "King Maker' Pilpres bulan Juli yad?

Beberapa fakta-fakta politik sebagai berikut mungkin bisa dijadikan gambaran:
  1. Dua gerbong partai politik yang berada dibelakang SBY(Demokrat dan PAN) adalah pemilik total 17 % suara hasil quick count Pileg 2014 (hubungan emosional Demokrat-PAN jauh lebih dekat dibandingkan parpol lain).
  2. Faktor incumbent dimana SBY telah memerintah negara ini selama 10 tahun. Berdasarkan kedua fakta politik ini saja telah menunjukkan bahwa alangkah naifnya jika ada yang tidak menghitung SBY sebagai salah satu tokoh yang akan memiliki peranan penting dalam Pilpres 2014.
  3. SBY telah menunjukkan kapasitasnya sebagai politisi yang handal. Memenangkan 2 kali Pilpres (2004 dan 2009) adalah bukti empiris untuk menunjukkan kapasitas seorang SBY. Inilah yang bisa menjelaskan tentang fenomena tenangnya pihak SBY dalam menjajaki peluang berkoalisi di saat parpol lain justru sedang grasak-grusuk. SBY pastinya tahu persis bahwa dengan raihan 17 % suara pemilu bersama PAN serta pengalaman politik yang dimilikinya, maka kemana pun arah koalisi yang dia putuskan nanti akan sangat-sangat berpotensi untuk bisa menjadi “faktor pembeda” bagi hasil pilpres 2014.
  4. Posisi SBY saat ini menjadikannya tokoh partai yang “rasional”. Jika ditinjau dari pendekatan rasionalitas politik, maka motivasi SBY sudah seharusnya lebih pada upaya meninggalkan legacy bagi Indonesia dan mempersiapkan kaderisasi kepemimpinan PD di Pilpres 2019, mengingat SBY tidak mungkin lagi mencalonkan diri (sudah 2 periode memerintah) dan tidak ada satu kader demokrat pun yang memiliki elektabilitas memadai untuk diusung sebagai capres.

Bukankah inilah bentuk rasionalitas yang diucapkan Ruhut bahwa SBY adalah King Maker?

Bisa dibayangkan jika gerbong berisi 17 % suara pemilih, dalam posisi negosiasi dimana SBY tidak menyodorkan calon untuk mengambil posisi capres, dan hanya mengarahkannya untuk berkoalisi pada salah satu poros capres Jokowi atau Prabowo, apa kira-kira yang akan terjadi? Bukankah hitung-hitungan politik seketika akan berubah?

Terakhir, terkait dengan nasib Prabowo dan Jokowi menjelang Pilpres bulan Juli mendatang.
Adalah sangat mudah kalau mau menjatuhkan elektibiltasnya ke dua capres ini di mata masyarakat Indonesia, yaitu cukup nama-nama capres ybs di panggil Kejagung (untuk Jokowi) dan di pangil Komnas HAM untuk Prabowo. Dengan explotasi media besar-besaran seperti kasus korupsi, dipastikan nama kedua capres itu akan hancur sebelum bertanding. Maka pada akhirnya, kemana masyarakat kita akan menjatuhkan pilihannya? Tentu yang paling bersih daripada kedua capres yang dirundung masalah itu. Siapa dia? yaaa tentu saja calon alternatif yang akan disodorkan SBY dan Demokrat sebagai Capres alternatif dari 3 orang yang sudah ada itu. Tapi semua bisa saja akan berubah total, bila akhirnya Megawati bersedia menerima "lamaran" SBY untuk rujuk dan berbaik-baik kembali seperti sedia kala. Tapi jelas itu akan ada "uang mahar"nya ...

emoticon-Big Grin

Diubah oleh sophieshield 08-05-2014 10:25
0
3.5K
22
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.3KThread41.9KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.