Bisnis.com, JAKARTA – Terobosan Pemprov DKI Jakarta menjalin kerjasama dengan provinsi penghasil bahan pangan dinilai efektif menekan inflasi April 0,04% lebih rendah dibandingkan April 2013 0,24%.
Kepala Bidang Statistik Distribusi Dody Rudyanto mengatakan kerjasama dengan pemerintah Lampung dan Nusa Tenggara Timur (NTT) memang belum ada realisasi di lapangan tetapi pasar sudah menangkap sentimen positif.
“Kerjasama dengan Lampung dan NTT menguatkan ketahanan pangan terkait suplai bahan makanan. Meskipun belum ada realisasi tapi jadi sentimen yang sudah bisa ditangkap pasar,” ujarnya, Jumat(2/5/2014).
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berkunjung ke Lampung sebagai tindak lanjut kerjasama bidang peternakan, pertanian perikanan dan perindustrian.
Semua bahan pangan dari Aceh hingga Palembang akan masuk terminal agribisnis Lampung sebelum dikirim ke Jakarta.
Tidak lama kemudian Jokowi berkunjung ke NTT untuk melihat potensi ternak sapi potong di Kupang.
DKI meminta pasokan daging sapi dari NTT untuk memenuhi kebutuhan daging sapi Jakarta yang mencapai 150 ton per hari.
Apabila dua program itu sudah dijalankan, kata Dody, inflasi Jakarta lebih terjaga mengingat semua bahan pangan Ibu Kota mengandalkan daerah lain.
Namun yang perlu diperhatikan pemerintah adalah bahan pangan sangat sensitif dengan jalur distribusi sehingga perlu mendapat perhatian.
Dody menjelaskan rendahnya inflasi April lebih banyak disebabkan oleh faktor musim panen sehingga pasokan bahan pangan ke Jakarta lebih terkendali.
Perhelatan pesta demokrasi Pemilu Legislatif yang berlangsung pada 9 April lalu tidak berpengaruh signifikan terhadap kenaikan harga-harga.
"Pileg tidak ada pengaruh terhadap inflasi DKI Jakarta. Rendahnya inflasi karena April sudah memasuki musim panen jadi komoditi bahan pangan, suplainya sudah bagus,” jelasnya.
Selain itu jalur distribusi kawasan Pantai Utara yang pada awal tahun lalu rusak akibat banjir sudah berangsur membaik sehingga kelompok bahan makanan tidak berpengaruh signifikan.
Penyumbang inflasi terbesar justru dari kelompok kesehatan 0,63% disusul kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,57%, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,39%.
Kemudian kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,26% dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,2%.
Dua kelompok lain hanya mengalami penurunan indeks atau deflasi yakni kelompok bahan makanan -0,95% dan kelompok sandang -0,72%.
sumber