Efek positif car free day di Jakarta bermacam-macam. Mulai dari berkurangnya durasi penambahan partikulat dari emisi gas buang kendaraan bermotor, wahana rekreasi gratis, arena berolahraga, ruang publik temporer, sampai ajang bertemu orang baru dan akhirnya tempat lahirnya komunitas-komunitas unik.

Sugar glider fun and creazy atau disingkat SGFC salah satunya. Ini merupakan kelompok penyuka binatang sugar glider (tupai terbang). Berawal dari 2009 ketika pertama kali penerapan car free day di Jakarta, secara tidak sengaja, beberapa orang yang memiliki hewan peliharaan tupai terbang saling bertemu. Hingga pada akhirnya mereka rutin bertemu di car free day.

Seperti yang dituturkan Badawi, salah satu anggota dari SGFC, awalnya bermula pada 2009 lalu, mereka saling membawa sugar glider. “Dan rutin bertemu. Makin banyak orang yang ikut bareng dan membawa peliharaan mereka masing-masing. Selain ini pun ada, bisa dilihat ada ular, iguana, sampai ada yang bawa musang atau luwak. Fc-nya bukan fans club, tapi fun and creazy. Ya, memang buat fun dan seru-seruan saja,” ungkap Badawi.

Kelompok ini tidak pernah mencatat dan membuat keanggotaannya, karena mereka memang memakai azaz ‘seru-seruan’ saja. Jadi, para Citizen-ers dapat pula bergabung meskipun tidak memiliki hewan peliharaan.

Efek positif dari car free day yang satu ini memang cukup baik dan terbilang tepat dan menarik. Pasalnya makin tahun, tiap-tiap individu makin berkurang bersosialisasi secara langsung, lantaran semarak media sosial dengan menawarkan kecanggihannya.

Alih-alih menawarkan kemudahan bersosialisasi, malah membuat individu semakin jarang melakukan aktifitas sosial, seperti berbincang dan berkumpul secara langsung. Terlebih untuk anak-anak yang sudah terbiasa diberi mainan berupa gadget atau console game yang membuatnya jarang melakukan aktifitas riil.

Datang di area Car free day selain berolahraga, mereka akan mengenalkan binatang-binatang seperti yang dibawa oleh komunitas sgfc di sana. “Biar anak-anak kita belajar mengenal binatang yang secara nyata sulit dikenalkan dengan kecanggihan teknologi apapun.”