comANDREAvatar border
TS
comANDRE
Saya Terbukti Salah
Jujur saja, saya tidak pernah berpikir untuk berpartisipasi di Relawan Turun Tangan. Bahkan setelah saya hadir di acara Mengadili Anies sekalipun. Cetakan saya, yang terlalu sering skeptis pada hal apapun, bahkan mulai menyelidik, apa sih maunya Pak Anies Baswedan ? Apa sih maunya para relawan ? Apa agenda tersembunyi mereka ?

Sewaktu kuliah, saya aktif sekali di kegiatan kemahasiswaan. Kegiatan ospek, himpunan, seminar, bahkan ikut demonstrasi kecil-kecilan pun mewarnai kegiatan saya di kampus. Hingga akhirnya di tingkat ke-tiga saya mengikuti pesta politik di kampus saya, yakni pemilihan Presiden Keluarga Mahasiswa. Sejak saat itu saya merasa muak dengan kegiatan di kampus. Hati saya patah oleh teman-teman tim sukses lain yang memainkan politik pragmatis, menganggap sepele lawan tanding, dan ilmu hasut-menghasut tingkat mahasiswa. Hingga akhirnya saya mengambil kesimpulan, “Masih mahasiswa saja sudah begini, apalagi kalau nanti jadi politikus beneran !”. Karena memang “tradisi” nya begitu, aktivis yang vokal di kampus saya, biasanya di kemudian hari menjadi politikus. Bahkan saya pernah ketika sedang kumpul panitia ospek, saya diwanti-wanti oleh tukang sapu di kampus, “Jangan kayak si A ya dek, waktu dulu dia di kampus aktif membela rakyat kecil, sekarang pas jadi orang partai boro-boro inget sama kita”.

Akhirnya saya sejak saat itu menutup rapat-rapat akses politik ke kehidupan pribadi saya. Baca Koran pun tidak pernah dari depan lagi, tapi hanya baca halaman terakhir, berita olahraga. Bahkan saya mulai skeptis dengan organisasi-organisasi apapun, hobi, keagamaan, kemahasiswaan, politik, dimana saya biasanya mencari cela mereka sebagai orang luar maupun orang dalam. Yang ujung-ujung nya saya menemukan kelemahan, cela, dan agenda pragmatis mereka. Ya, bahkan di komunitas hobi sekalipun, yang isinya orang-orang mau having fun melepas penat pun, saya menemukan hal-hal seperti itu, yang bahkan lebih busuk dari agenda tersembunyi organisasi politik.

Hingga saya akhirnya mendapati istri saya mengajak ke acara Mengadili Anies. Ya, saya tahu Pak Anies Baswedan, seorang akademisi yang cemerlang, dan saya tahu beliau sedang mengikuti Konvensi Presiden Partai Demokrat.

Sepulang dari acara Mengadili Anies, kebiasaan saya kambuh. Saya coba membaca apapun tentang beliau. Saya tonton video-video beliau. Saya coba gali pengalaman istri saya berinteraksi dengan teman-teman relawan. Bahkan saya ikut ke kumpul relawan, ikut ke rapat mereka, dengan hanya diam, senyum, dan menyelidik. Semua demi mencari cela.

Hasilnya nihil!



Saya bingung melihat orang-orang yang benar-benar tulus. Saya bingung melihat seorang pemimpin yang begitu santun, karena saya dalam proses mencari cela itu malah berpapasan dengan beliau, dan beliau menyodorkan tangannya pada saya, menyalami saya dan menyapa “Gimana kabarnya ?”. Dan teringat ketika kumpul relawan sehabis debat final konvensi capres, nada bicara beliau tetap sama, bahkan ketika menjawab pertanyaan demi pertanyaan di konvensi pun nada bicara nya tetap sama. Ada yang aneh. Saya belum pernah berpapasan dengan
orang-orang setulus ini. Baik Pak Anies sendiri, maupun para relawan.

Hal itu yang membuat saya luluh. Saya daftar ke relawan, hanya 3 hari sebelum debat final Konvensi Capres Partai Demokrat diadakan. Saya heran, saya dikelilingi oleh orang-orang yang benar-benar semangat melakukan apapun. Semua sambil tersenyum. Semangat mereka hebat, bahkan saya merasakan perasaan aneh ketika menjalankan semua kegiatan pada hari debat final Konvensi Capres Partai Demokrat tersebut. Saya merasa kembali jadi orang yang optimis lagi, bahwa Indonesia akan dibangun oleh orang-orang yang baik, orang-orang yang tulus, orang-orang yang tidak pernah berhenti tersenyum apapun yang sedang terjadi.

Teman-teman saya mulai heran. Saya yang dikenal keras hati entah kesambet apa kok mendadak peduli pada isu politik, peduli sama Indonesia, peduli pada pemerintahan. Dengan bangga saya mengatakan bahwa saya kesambet Pak Anies Baswedan dan para Relawan Turun Tangan. Saya sampai tidak bisa menghitung berapa kali saya membisiki istri saya “Kok aku ada disini sih?”, atau “Terimakasih ya, sudah ngenalin aku ke Turun Tangan.”

Jika agenda Turun Tangan adalah membuat manusia Indonesia peduli, saya adalah bukti bahwa agenda tersebut berhasil.

Jika skema Turun Tangan adalah membuat manusia Indonesia percaya dan mendukung orang baik ada di pemerintahan, saya adalah “korban” skema tersebut.

Jika “hasutan” Turun Tangan adalah membuat manusia Indonesia tetap optimis, maka saya sudah sangat “terhasut” olehnya.

Saya beruntung, Pak Anies Baswedan dan Relawan Turun Tangan sudah berhasil membuktikan kalau saya salah. Bahwa masih banyak orang baik, orang yang optimis, dan orang yang benar-benar tulus.

Saya berterimakasih karena pada akhirnya ada sekelompok orang yang membuktikan kalau saya benar-benar salah. Dan kali ini saya senang karena saya salah.


sumber
Diubah oleh comANDRE 30-04-2014 13:43
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
3.1K
64
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Pilih Capres & Caleg
Pilih Capres & CalegKASKUS Official
22.5KThread3.1KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.