- Beranda
- The Lounge
HARAPAN ORANG TUA VS REALITA DI SEKOLAH
...
TS
KangIboy
HARAPAN ORANG TUA VS REALITA DI SEKOLAH
Selamat Sore Agan / Aganwati
Permisi NEWBIE mau coba share dengan para suhu tentang Harapan Orang Tua VS Realita di Sekolah
ini thread forum pertama ane
semoga bermanfaat untuk yang baca & semoga agan/aganwati senior berkenan kasih ane
RATE
or
CENDOL
dan mohon dikoreksi & dimaafkan jika ada yang kurang berkenan
jangan lempar ane dengan
Permisi NEWBIE mau coba share dengan para suhu tentang Harapan Orang Tua VS Realita di Sekolah
ini thread forum pertama ane
semoga bermanfaat untuk yang baca & semoga agan/aganwati senior berkenan kasih ane
RATE
or
CENDOL
dan mohon dikoreksi & dimaafkan jika ada yang kurang berkenan
jangan lempar ane dengan
Quote:
FAKTA
Quote:
Anda harus terbuka pada guru tentang harapan Anda versus realita yang Anda temukan di sekolah. Jika Anda meragukan upaya sekolah dalam mewujudkan harapan Anda, cari solusinya bersama. Anda dapat menceritakan pola asuh anak di rumah agar sekolah membantu menyelaraskan pola asuh di rumah dengan di sekolah. Kesamaan pola asuh memaksimalkan pendidikan anak. Komunikasikan selalu perkembangan anak dengan guru. Minta laporan perkembangan anak paling tidak 1 kali sebulan.
1. Harapan memilih sekolah bilingual agar anak jago berbahasa Inggris.
Realita, berbahasa Ingggris di sekolah harus dilanjutkan di rumah. Konsistensi penting untuk mencegah kebingungan anak dan speech delay (terlambat berbicara). Penggunaan bahasa pun jangan campur aduk “could you get Mommy teh manis from the dapur, please?”
2. Harapan memasukkan anak ke sekolah berbasis agama agar potensi religinya baik.
Realitasekali lagi, konsistensi. Pendidikan agama di sekolah harus terlihat rajin beribadah dan bergaya hidup sesuai ajaran agama. Jika tidak, anak bingung dan terjadi bentrokan nilai-nilai.
3. Harapan mencari sekolah dengan rasio guru-murid sedikit. Misal 1:4.
Realita rasio saja tidak cukup, cermati, jangan-jangan anak dibimbing asisten guru atau malah guru magang! Selain memenuhi rasio, guru harus profesional-memiliki diploma atau gelar sarjana muda (early child-hood), mendapat training dan memiliki pengalaman memadai.
4. Harapan memilih sekolah kurikulum barat agar pendidikan anak semaju di sana.
Realita kurikulum barat (AS, Australia, Inggris) menerapkan activity based learning atau belajar lewat aktivitas. Anak menemukan sendiri fakta-fakta lewat proses belajar-bukan hanya “dicekoki” guru. Akhirnya terbentuklah karakter anak yang berinisiatif tinggi, kreatif, proaktif dan mandiri. Karakter ini akan cocok untuk iklim perguruan tinggi dan dunia kerja.
5. Harapan memilih sekolah yang akan mencetak anak menjadi unggul.
Realita waspadai kurikulum sekolah dengan janji-janji “mencetak” anak sukses secara instan. Tahun-tahun pertama bersekolah memang penting, namun program sekolah harus diciptakan mengikuti minat, kebutuhan dan kecintaan alamiah anak untuk belajar di usia kanak-kanaknya, bukannya memaksakan anak jadi cerdas.
SUMBER
TKP
Quote:
Hal diatas lah yang perlu kita fahami, ini sering terjadi pada pemikiran orang tua apalagi yang baru pertama kali mempunyai anak pasti akan lebih dominan pada pemaksaan yang selalu ingin anaknya cerdas dengan cara memksakan kehendaknya. semua orang tua tentunya menginginkan anaknya menjadi cerdas akan tetapi kita sebagai orang tua harus lebih bijak & faham akan kemampuan, minat & bakat anak.
seperti yang telah diuraikan diatas, sikap konsistensi orang tua terhadap anak terkadang tidak kita fahami terlebih dahulu bahwa hal itu sangatlah penting untuk mencegah terjadinya kebingungan atau keraguan terhadap anak.
Sikap konsisten ayah ibu pada anak akan memudahkannya dalam membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Apa lagi manfaatnya?
Perilaku anak adalah respon terhadap kebutuhannya dan stimulus dari orang tua. Berikut sebuah contoh pengalaman nyata. Ketika anak meminta minta es krim. Sang ibu mengabaikan karena masih ngobrol dengan temannya. Anak pun mulai merengek pada ibunya. Ibunya yang merasa terganggu akhirnya melarang anaknya makan es krim dengan nada tinggi dan suara keras. Anak pun menangis meraung-meraung. Karena sang ibu malu, sang ibu pun membelikan es krim. Apa yang dipelajari anak? Boleh atau tidak boleh itu tergantung tangisan. “Aku kalau minta harus dengan menangis sekeras-kerasnya”.
Sikap konsisten orang tua akan menjadi patokan bagi anak dalam berperilaku. Anak akan mencari kemungkinan apa yang disukai dapat dipenuhi. Ketika sikap konsisten ditunjukkan orang tua, maka anak akan belajar bahwa kesenangannya itu tidak baik untuk dipenuhi. Tapi ketika orang tua tidak memperagakan perilaku konsisten, anak akan belajar mencari celah agar kesukaannya bisa terpenuhi. Anak mencari tahu kapan permintaannya dipenuhi oleh orang tuanya.
Sikap konsisten orang tua diawali dengan memberi contoh yang konsisten. Bila nonton sinetron tidak baik bagi anak, maka orang tua jangan menunjukkan pada anak asyiknya nonton sinetron. Bila makan sayur itu baik bagi kesehatan, maka orang tua harus memberikan contoh makan sayur.
Sikap konsisten orang tua bisa berarti dua makna. Pertama, sikap konsiten berarti sikap yang sama antara kemarin, hari ini dan besok. Kedua, kesamaan antara kata-kata dan perilaku orang tua. Kedua makna sikap konsisten tersebut akan diperhatikan anak dalam menentukan perilakunya.
Sikap konsisten orang tua juga bermanfaat dalam membentuk perilaku positif anak. Ketika orang tua konsisten meminta anak gosok gigi sebelum tidur, maka perilaku tersebut akan terbentuk. Tapi ketika malam ini meminta anak gosok gigi, besok tidak, lusa meminta anak gosok gigi, maka perilaku gosok gigi sebelum tidur tidak akan terbentuk.
Boleh memberikan pengecualian pada anak, tapi dengan catatan harus disampaikan dan disepakati terlebih dahulu. Mengapa? Kesepakatan diawal akan mengajarkan pada anak kondisi yang menjadi pengecualian. Misal: Ibu akan membelikan kamu es krim asal kamu tidak merengek dan bersikap manis. Kamu lagi sakit, malam ini kamu boleh tidak gosok gigi dulu, tapi kalau sudah sehat kamu tetap harus gosok gigi.
contoh diatas mengartikan bahwa kita harus konsisten dalam realita & harapan, jangan sampai antara harapan & realita yang tidak sesuai malah menjadikan anak kita menjadi seseorang yang peragu & tidak dapat menentukan sikap yang benar bahkan bukan kecerdasan yang didapat akan tetapi kebodohan akibat keraguannya.
terima kasih, salam sayang untuk buah hati anda
seperti yang telah diuraikan diatas, sikap konsistensi orang tua terhadap anak terkadang tidak kita fahami terlebih dahulu bahwa hal itu sangatlah penting untuk mencegah terjadinya kebingungan atau keraguan terhadap anak.
Sikap konsisten ayah ibu pada anak akan memudahkannya dalam membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Apa lagi manfaatnya?
Perilaku anak adalah respon terhadap kebutuhannya dan stimulus dari orang tua. Berikut sebuah contoh pengalaman nyata. Ketika anak meminta minta es krim. Sang ibu mengabaikan karena masih ngobrol dengan temannya. Anak pun mulai merengek pada ibunya. Ibunya yang merasa terganggu akhirnya melarang anaknya makan es krim dengan nada tinggi dan suara keras. Anak pun menangis meraung-meraung. Karena sang ibu malu, sang ibu pun membelikan es krim. Apa yang dipelajari anak? Boleh atau tidak boleh itu tergantung tangisan. “Aku kalau minta harus dengan menangis sekeras-kerasnya”.
Sikap konsisten orang tua akan menjadi patokan bagi anak dalam berperilaku. Anak akan mencari kemungkinan apa yang disukai dapat dipenuhi. Ketika sikap konsisten ditunjukkan orang tua, maka anak akan belajar bahwa kesenangannya itu tidak baik untuk dipenuhi. Tapi ketika orang tua tidak memperagakan perilaku konsisten, anak akan belajar mencari celah agar kesukaannya bisa terpenuhi. Anak mencari tahu kapan permintaannya dipenuhi oleh orang tuanya.
Sikap konsisten orang tua diawali dengan memberi contoh yang konsisten. Bila nonton sinetron tidak baik bagi anak, maka orang tua jangan menunjukkan pada anak asyiknya nonton sinetron. Bila makan sayur itu baik bagi kesehatan, maka orang tua harus memberikan contoh makan sayur.
Sikap konsisten orang tua bisa berarti dua makna. Pertama, sikap konsiten berarti sikap yang sama antara kemarin, hari ini dan besok. Kedua, kesamaan antara kata-kata dan perilaku orang tua. Kedua makna sikap konsisten tersebut akan diperhatikan anak dalam menentukan perilakunya.
Sikap konsisten orang tua juga bermanfaat dalam membentuk perilaku positif anak. Ketika orang tua konsisten meminta anak gosok gigi sebelum tidur, maka perilaku tersebut akan terbentuk. Tapi ketika malam ini meminta anak gosok gigi, besok tidak, lusa meminta anak gosok gigi, maka perilaku gosok gigi sebelum tidur tidak akan terbentuk.
Boleh memberikan pengecualian pada anak, tapi dengan catatan harus disampaikan dan disepakati terlebih dahulu. Mengapa? Kesepakatan diawal akan mengajarkan pada anak kondisi yang menjadi pengecualian. Misal: Ibu akan membelikan kamu es krim asal kamu tidak merengek dan bersikap manis. Kamu lagi sakit, malam ini kamu boleh tidak gosok gigi dulu, tapi kalau sudah sehat kamu tetap harus gosok gigi.
contoh diatas mengartikan bahwa kita harus konsisten dalam realita & harapan, jangan sampai antara harapan & realita yang tidak sesuai malah menjadikan anak kita menjadi seseorang yang peragu & tidak dapat menentukan sikap yang benar bahkan bukan kecerdasan yang didapat akan tetapi kebodohan akibat keraguannya.
terima kasih, salam sayang untuk buah hati anda
SEMOGA BERMANFAAT
Quote:
Sekian dulu gan, semoga ini awal dari penyemangat ane untuk bisa terus sharing hal-hal yang bermanfaat
jangan lupa KOMENGNYAyah gan, yang punya banyak pengalaman tentang ayah,bunda & buah hati mari kita share disini
jangan lupa KOMENGNYAyah gan, yang punya banyak pengalaman tentang ayah,bunda & buah hati mari kita share disini
0
5.7K
Kutip
47
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.2KThread•83.8KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru