Permainan kelereng merupakan jenis permainan anak-anak yang banyak di gemari. kelereng atau gundu merupakan mainan kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kaca atau tanah liat. Ukuran kelereng beragam, mulai dari yang kecil hingga yang besar, namun yang paling banyak di gunakan ialah yang berukuran 1/2 inchi [1.25cm] (kalo gk salah y gan ).
Kelereng dapat di kategorikan di dalam beberapa ukuran. ukuran standar marmer kecil biasanya berdiameter 1/2 inci diameter. kelereng besar di gunakan sebagai penembak dan biasanya ukuranya berdiameter sekitar 3/4 inci bila digunakan untuk bermain resmi.
Dalam rangka untuk menembak kelereng secara baik dan profesional ada teknik tertentu yang harus di pelajari. seorang pemain menempatkan buku-buku jarinya di tanah. penembak tersebut kemudian di tempatkan di antara jari pertama dan kedua dengan telunjuk meringkuk di sekitar picu kelereng. dan kemudian kelereng di arahkan ke target dan sentil hingga meluncur dan menabrakan target hingga keluar lingkaran atau buyar

Ayo siapa yang ALAY?? pasti gak ada yang ngaku kan kalo ane alay gan waktu kecil alias 'Anak Layangan' pasti semua udah tau kan layangan. yap mainan terbuat dari kerangka bambu yang diikat dan di tempelkan dengan kertas minyak, cara mainnya layangan diikat dengan seutas benang panjang lalu di terbangkan. tapi bagi anak-anak yang suka tantangan, layangan dapat di adu dengan layangan orang lain, dengan cara saling menggesekan benang layangan di udara, jika salah satu layangan putus maka terputus jugalah hak kepemilikan dari layangan tersebut dan seketika itu pun pasti ada yg melepas sendalnya untuk mengejar layangan tersebut

Bagi agan yang duduk di bangku SD di tahun 90-an awal, pasti tidak akan lupa dengan game ini, sejenis handheld jadul. Anak - anak di tahun itu menyebutnya Gimbot / Game watch, tahun di mana ane masih unyu-unyunya mengenakan seragam merah putih.
Di masa itu pula ane masih menjadi sosok anak yang sangat konvensional, uang saku yang hanya 200 rupiah saja setiap harinya mampu untuk menutupi kebutuhan jajan. Itupun kadang masih merelakan 25 / 50 rupiah untuk di masukkan ke celengan ayam kesayangan.
Dan ada satu kegiatan yang selalu ane kerjakan di masa itu dan di butuhkan uang jajan ekstra, tiada lain adalah bermain gimbot (game watch) di tempat abang tukang rental gimbot yang selalu mangkal di luar gerbang sekolah.
Untuk anak yang “beraksi” di tahun 80-an, pasti akrab dengan tukang rental Game Watch (Gimbot). Saat belum ada Game Boy, NDS, PSP atau handheld game console, tukang-tukang inilah yang bisa memberikan kesenangan di antara pelajaran buat anak SD.
Begitu bel istirahat berbunyi, satu kelas berhamburan menyerbu si abang tukang rental, si abang gimbot yang ramah selalu melayani anak-anak pelanggan dengan senyumnya yang khas.
Tapi jangan salah, di balik keramahan senyum si abang gimbot, dia suka marah ketika ada anak yang sudah habis masa menyewa gimbotnya tapi masih saja mengakalinya dengan menekan tombol kecil seukuran lidi untuk memanjangkan waktu bermainnya yang sudah habis, dengan menggunakan tambang yang di tautkan pada gimbot, abang tadi akan serta merta menarik gembot dari tangan si bocah.
Cukup bermodalkan uang seratus rupiah (sebenarnya besaran harga sewa berbeda tergantung lokasi, bisa 25, 50 rupiah), kita bebas bermain atau paling tidak sampai bel tanda jam istirahat selesai berbunyi.
Jenis Game Watch ini sebenarnya merk handheld rilisan Nintendo, namun akhirnya jadi sebutan untuk hand held. Yang paling populer tidak lain bernama Western Bar atau yang di sini populer dengan game koboy atau koboy cengeng

ini mainan Hits buat kaum cowo apalagi kalo bukan Peletokan! ya ini adalah semacam pistol-pistolan yang pelurunya dari koran dibasahin ato bisa juga dengan biji-bijian. ini adalah barang wajib dibawa ke sekolah. ada yang songong dikit, PELETOK!! nempelah koran basah dimukanya
Gk tau kenapa klo maen beginian ane ngerasa cowo bgt dah waktu itu di masa jam istirahat ato keluar maen selalu deh kelas di penuhi dengan koran basah

Anak-anak tahun 90an pertama ngeliat mainan ini langsung nangis-nangis minta dibeliin sama nyokapnya. yap! Tamagotchi, mainan virtual pet pertama yang bentuknya berbagai macam. dengan mainan ini agan bisa merawat binatang peliharaan agan sampai dewasa, mulai dari ngasih makan, nyuruh tidur, nyuruh belajar dan bermain. dulu ane selalu bawa tamagothi yang digantungin di ikat pinggang, dan merasa anak paling keren. rasanya kaya bawa Iphone5 kalo sekarang bener gk gan???

Nah ini adalah Biji Karet, bukan telur burung puyuh gan , cara maininnya, pilih biji karet jagoan agan, nanti di adu sama pemain lain, biji karet yang terbelah dia yang kalah

Nah kemana kah mainan mainan ini semua ane pun kagak tau jelasnya palingan ada beberapa yang masih bisa ditemukan hehe karena ane mainnya ya digital sekarang hehe tapi jangan lupakan masa lalu yang indah ini bro kita emang beruntung gan jadi anak angkatan 90an bisa ngalamin transisi zaman anak dari yg dulu di sebutin TS dan sampe tren skrg ini

MENYEBUT NAMA ORANG TUA
Nah yg ini adalah kebiasaan yang paling menyebalkan sekaligus lucu pada tahun 90an, entah siapa yang memulai dan menjadikan hal ini tren yang jelas pada saat itu salah cara menggoda yang paling dibenci adalah menyebut nama orang tua (biasanya ayah). Korban paling apes dengan kebiasaan ini adalah kita kita yang mempunyai nama ayah lucu atau kata yang populer, contohnya adalah salah satu rekan penulis yang mempunyai ayah bernama pak baru, bisa dibayangkan betapa riuh rendahnya kelas pada saat guru menyebut kata baru pada saat mengajar.
Saking parahnya kebiasaan ini, kadang ada beberapa teman yang justru dikenal dengan sebutan nama orang tuanya daripada namanya sendiri, yang bingung kalau kita ingin bertamu kerumahnya, manggil nama apa hayooo…