- Beranda
- The Lounge
MENGENANG IDRIS SARDI SANG BIOLA MAUT DARI INDONESIA
...
TS
tonbad
MENGENANG IDRIS SARDI SANG BIOLA MAUT DARI INDONESIA
Quote:
No repost ya gan...
Tolong di biar g tenggelam
syukur2 dapat
Spoiler for Bukti:
Tolong di biar g tenggelam
syukur2 dapat
Quote:
Quote:
KATA MUTIARA DARI BELIAU
"Jangan panggil saya Maestro. Si Biola Maut juga tidak. Jangan coba-coba. Panggil saja saya Mas Idris. Saya ini masih belajar, masih banyak yang lebh baik dari saya. Dulu mungkin saya populer. Tetapi orang besar belum tentu orang populer, dan orang populer juga belum tentu orang besar"
Quote:
Violis, komponis dan ilustrator musik untuk film, ini pantas digelari Sang Maestro Musik Indonesia.
Dia violis (musisi) Indonesia berkelas dunia. Pria kelahiran Jakarta, 6 Juni 1939, itu telah menggesek biola sejak usia enam tahun.
Dia bangga menggesek biola dengan sentuhan roh etnis Indonesia, meski dari kecil sudah terlatih dalam irama biola klasik Barat.
Dia violis (musisi) Indonesia berkelas dunia. Pria kelahiran Jakarta, 6 Juni 1939, itu telah menggesek biola sejak usia enam tahun.
Dia bangga menggesek biola dengan sentuhan roh etnis Indonesia, meski dari kecil sudah terlatih dalam irama biola klasik Barat.
Quote:
LATAR BELAKANG
Idris Sardi lahir dari keluarga berdarah seni. Dia mewarisi seni dari kakek dan ayah-ibunya. Kakeknya pemain musik di Keraton Wakil Presiden Republik Indonesia (1972-1978) Yogyakarta. Sang ayah, M. Sardi, seorang pemain biola ternama, yang juga menjadi illustrator Sutradara film Indonesia. Ibunya, Hadidjah, seorang bintang film. Ilustrasi film Rencong Pejuang dari Aceh yang dibintangi ibunya, Hadidjah, adalah karya dari ayahnya.
Ketika anak sulung dari delapan bersaudara ini dalam usia enam tahun menggesek-gesek biola dan minta diajari, Sang ayah masih kurang mengacuhkannya. Namun, Violis, Komponis dan Ilustrator Musik
Idris Sardi kecil terus gigih belajar menggesek biola.
Kemudian pada usia delapan tahun, Idris merasa beruntung sudah berkesempatan belajar menggesek biola pada Nicolai Vorfolomeyeff. Nicolai, seorang musikus pelarian dari Rusia yang kala itu turut memimpin Orkes Radio Jakarta. Idris yang kala itu masih kelas III SD diterima Nicolai sebagai mahasiswa luar biasa Akademi Musik Indonesia (AMI) di Wakil Presiden Republik Indonesia (1972-1978) Yogyakarta.
Kala Idris masih bocah cilik sudah sangat sibuk. Dia praktis tidak menikmati kehidupan seperti bocah cilik lainnya, bermain klereng dan petak-umpet. Pagi hari dia harus ke RRI, sebelum ke sekolah. Siangnya kuliah sebagai mahasiswa luar biasa AMI. Sorenya ke RRI lagi.
Si bocah kecil, nan ajaib, yang masih memakai celana pendek, itu sudah lincah bermain biola, laksana Mozart dalam komposisi. Ketika usianya baru sepuluh tahun, pada 1949, Idris pertama kali berkesempatan ikut dalam konser Akademi Musik Indonesia (AMI) di Gedung Negara, Wakil Presiden Republik Indonesia (1972-1978) Yogyakarta.
Pada penampilan pertamanya itu, dia mendapat sambutan hangat dari penonton. Si bocah kecil, nan ajaib, yang masih memakai celana pendek, itu sudah lincah bermain biola, laksana Mozart dalam komposisi. Dia pun menjadi rebutan penontonnya, yang antre menyalami seusai pagelaran.
Di antara penonton dan gurunya yang ikut antre menyalami, juga ada ayahnya, M. Sardi. Sang ayah, tampaknya baru sadar atas bakat dan keahlian anaknya yang luar biasa, bahkan akan melebihinya. Sadar akan hal itu, Sang ayah, makin mendorong dan mendukungnya.
Ketika Sekolah Musik Indonesia (SMIND), Yogya, dibuka, tahun 1952, Idris pun diterima masuk walau sebenarnya persyaratan harus lulusan SMP atau yang sederajat. Padahal Idris belum lulus SMP, namun karena permainannya yang luar biasa, dia bisa diterima sebagai siswa SMIND tersebut.
Bahkan Nicolai Varvolomejeff, pimpinan orkes siswa SMIND, tahun 1952, telah mempercainya sebagai concert master, duduk bersanding para siswa usianya lebih tua dari dia, di antaranya violis Suyono.
Selain Nicolai Varvolomejeff, guru biola yang memoles Idris adalah George Setet di Yogyakarta (1952-1954) dan Henri Tordasi di Jakarta (1954), keduanya berasal dari Hongaria, negeri yang terkenal punya pemain biola unggul.
Idris Sardi lahir dari keluarga berdarah seni. Dia mewarisi seni dari kakek dan ayah-ibunya. Kakeknya pemain musik di Keraton Wakil Presiden Republik Indonesia (1972-1978) Yogyakarta. Sang ayah, M. Sardi, seorang pemain biola ternama, yang juga menjadi illustrator Sutradara film Indonesia. Ibunya, Hadidjah, seorang bintang film. Ilustrasi film Rencong Pejuang dari Aceh yang dibintangi ibunya, Hadidjah, adalah karya dari ayahnya.
Ketika anak sulung dari delapan bersaudara ini dalam usia enam tahun menggesek-gesek biola dan minta diajari, Sang ayah masih kurang mengacuhkannya. Namun, Violis, Komponis dan Ilustrator Musik
Idris Sardi kecil terus gigih belajar menggesek biola.
Kemudian pada usia delapan tahun, Idris merasa beruntung sudah berkesempatan belajar menggesek biola pada Nicolai Vorfolomeyeff. Nicolai, seorang musikus pelarian dari Rusia yang kala itu turut memimpin Orkes Radio Jakarta. Idris yang kala itu masih kelas III SD diterima Nicolai sebagai mahasiswa luar biasa Akademi Musik Indonesia (AMI) di Wakil Presiden Republik Indonesia (1972-1978) Yogyakarta.
Kala Idris masih bocah cilik sudah sangat sibuk. Dia praktis tidak menikmati kehidupan seperti bocah cilik lainnya, bermain klereng dan petak-umpet. Pagi hari dia harus ke RRI, sebelum ke sekolah. Siangnya kuliah sebagai mahasiswa luar biasa AMI. Sorenya ke RRI lagi.
Si bocah kecil, nan ajaib, yang masih memakai celana pendek, itu sudah lincah bermain biola, laksana Mozart dalam komposisi. Ketika usianya baru sepuluh tahun, pada 1949, Idris pertama kali berkesempatan ikut dalam konser Akademi Musik Indonesia (AMI) di Gedung Negara, Wakil Presiden Republik Indonesia (1972-1978) Yogyakarta.
Pada penampilan pertamanya itu, dia mendapat sambutan hangat dari penonton. Si bocah kecil, nan ajaib, yang masih memakai celana pendek, itu sudah lincah bermain biola, laksana Mozart dalam komposisi. Dia pun menjadi rebutan penontonnya, yang antre menyalami seusai pagelaran.
Di antara penonton dan gurunya yang ikut antre menyalami, juga ada ayahnya, M. Sardi. Sang ayah, tampaknya baru sadar atas bakat dan keahlian anaknya yang luar biasa, bahkan akan melebihinya. Sadar akan hal itu, Sang ayah, makin mendorong dan mendukungnya.
Ketika Sekolah Musik Indonesia (SMIND), Yogya, dibuka, tahun 1952, Idris pun diterima masuk walau sebenarnya persyaratan harus lulusan SMP atau yang sederajat. Padahal Idris belum lulus SMP, namun karena permainannya yang luar biasa, dia bisa diterima sebagai siswa SMIND tersebut.
Bahkan Nicolai Varvolomejeff, pimpinan orkes siswa SMIND, tahun 1952, telah mempercainya sebagai concert master, duduk bersanding para siswa usianya lebih tua dari dia, di antaranya violis Suyono.
Selain Nicolai Varvolomejeff, guru biola yang memoles Idris adalah George Setet di Yogyakarta (1952-1954) dan Henri Tordasi di Jakarta (1954), keduanya berasal dari Hongaria, negeri yang terkenal punya pemain biola unggul.
Quote:
KARIER MUSIK
Kesungguhan belajar dan ditambah dukungan Sang ayah, tak sia-sia. Maka, ketika ayahnya, M. Sardi meninggal dunia pada 1953, Idris yang masih berusia 14 tahun sudah kompeten menggantikan kedudukan Sang ayah sebagai violis pertama merangkap pimpinan Orkes RRI Jakarta. Ketika itu, honornya Rp. 1.400, lebih tinggi Rp. 150 dari honor ayahnya.
Sejak itu, nama violis Violis, Komponis dan Ilustrator Musik
Idris Sardi semakin kesohor, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di mancanegara. Dia semakin mendalami dunia musik biola serius, idolisme Heifetz. Padahal, waktu itu belum ada musik serius yang bisa hidup sehat di Indonesia. Nicolai, gurunya, sendiri pernah mengingatkannya, agar dia siap kecewa, atau harus siap berkelana ke luar negeri.
Maka pada tahun 60-an, Idris mulai beralih dari dunia musik biola serius, idolisme Heifetz, ke musik biola bernuansa komersialisasi Helmut Zackarias, yang mengaung-ngaung. Akibatnya, para pengamat musik menudingnya sebagai pramuria musik dari dunia musik serius ke komersil.
Idris sendiri seorang seniman (musisi) berbakat hebat yang hidup dalam dunia nyata. Dia juga harus realistis. "Itu satu-satunya jalan pada waktu itu untuk tetap hidup pada profesi saya," kata Idrisi. Karena waktu itu, tipe Zackarias-lah yang bisa laku dan diminati publik. Apalagi di Indonesia, kala itu, belum ada musik serius yang bisa hidup sehat.
Seandainya dulu Idris Sardi belajar klasik terus pada tingkat kelas master dengan Jascha Heifetz atau Yahudi Menuhin, maka ia akan menjadi pemain biola kelas dunia setingkat dengan Heifetz dan Mehuhin. Namun, meskipun dia belum pernah belajar biola di luar negeri, ia tetap setingkat dengan Zacharias.
Orang Indonesia yang pernah belajar dengan Haifetz adalah Ayke (Liem) Nursalim, kini keadaannya tidak dapat main biola lagi akibat kram pada jari-jarinya, dan merupakan wanita pemain biola Indonesia yang pernah terpandang (dulu di usia 4 tahun/1955 di Yogyakarta sudah main di orkes).
Walaupun begitu, Sebagai putra Indonesia, Idris merasa malu jika tidak mampu memainkan musik keroncong. Apalagi ketika pulang ke Indonesia, dia bermain untuk stasiun Radio Republik Indonesia. Sejak itu, Idris melanggar aturan-aturan baku klasik. Dari kampung ke kampung, dia bertanya tentang musik keroncong. Bahkan Idris mengaku sempat belajar dari seorang tukang becak.
Kesungguhan belajar dan ditambah dukungan Sang ayah, tak sia-sia. Maka, ketika ayahnya, M. Sardi meninggal dunia pada 1953, Idris yang masih berusia 14 tahun sudah kompeten menggantikan kedudukan Sang ayah sebagai violis pertama merangkap pimpinan Orkes RRI Jakarta. Ketika itu, honornya Rp. 1.400, lebih tinggi Rp. 150 dari honor ayahnya.
Sejak itu, nama violis Violis, Komponis dan Ilustrator Musik
Idris Sardi semakin kesohor, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di mancanegara. Dia semakin mendalami dunia musik biola serius, idolisme Heifetz. Padahal, waktu itu belum ada musik serius yang bisa hidup sehat di Indonesia. Nicolai, gurunya, sendiri pernah mengingatkannya, agar dia siap kecewa, atau harus siap berkelana ke luar negeri.
Maka pada tahun 60-an, Idris mulai beralih dari dunia musik biola serius, idolisme Heifetz, ke musik biola bernuansa komersialisasi Helmut Zackarias, yang mengaung-ngaung. Akibatnya, para pengamat musik menudingnya sebagai pramuria musik dari dunia musik serius ke komersil.
Idris sendiri seorang seniman (musisi) berbakat hebat yang hidup dalam dunia nyata. Dia juga harus realistis. "Itu satu-satunya jalan pada waktu itu untuk tetap hidup pada profesi saya," kata Idrisi. Karena waktu itu, tipe Zackarias-lah yang bisa laku dan diminati publik. Apalagi di Indonesia, kala itu, belum ada musik serius yang bisa hidup sehat.
Seandainya dulu Idris Sardi belajar klasik terus pada tingkat kelas master dengan Jascha Heifetz atau Yahudi Menuhin, maka ia akan menjadi pemain biola kelas dunia setingkat dengan Heifetz dan Mehuhin. Namun, meskipun dia belum pernah belajar biola di luar negeri, ia tetap setingkat dengan Zacharias.
Orang Indonesia yang pernah belajar dengan Haifetz adalah Ayke (Liem) Nursalim, kini keadaannya tidak dapat main biola lagi akibat kram pada jari-jarinya, dan merupakan wanita pemain biola Indonesia yang pernah terpandang (dulu di usia 4 tahun/1955 di Yogyakarta sudah main di orkes).
Walaupun begitu, Sebagai putra Indonesia, Idris merasa malu jika tidak mampu memainkan musik keroncong. Apalagi ketika pulang ke Indonesia, dia bermain untuk stasiun Radio Republik Indonesia. Sejak itu, Idris melanggar aturan-aturan baku klasik. Dari kampung ke kampung, dia bertanya tentang musik keroncong. Bahkan Idris mengaku sempat belajar dari seorang tukang becak.
Quote:
HASIL KARYA DAN PENGHARGAAN
Kemampuan musiknya tidak hanya dibuktikan di panggung. Lewat sejumlah karya layar lebar, Idris memberikan sumbangan besar. Sejak tahun 1960, dia telah menghasilkan lebih dari 300 karya. Film pertama yang memeberi Idris Sardi Piala Citra sebagai penata ilustrasi musik terbaik adalah film Petir Sepandjang Malam (1967).
Sejak itu, namanya mulai dikenal sebagai penata ilustrasi film. Ditambah dengan kemenanangannya di Festival Film Asia di tahun 1970, sebagai penata musik terbaik untuk film Bernafas Dalam Lumpur. Idris Sardi produktif dalam mengerjakan ilustrasi musik film, sampai mendapat rekor, dengan memperoleh nominasi Piala Citra FFI sebagai penata musik sebanyak 9 kali, disamping menang Piala Citra sebanyak 9 kali pula.
Beberapa film yang ia kerjakan ilustrasinya adalah Pesta Musik La Bana (1960), Perkimpoian (1972), Budak Nafsu (1983), Doea Tanda Mata (1984), Tjoet Nja Dhien (1987) dan Pacar Ketinggalan Kereta (1988). Idris juga membuat ilustrasi musik untuk 130 episode sinetron. Idris Sardi bersahabat dengan sutradara Teguh Karya. Keduanya seringkali berkolaborasi dalam sebuah film. Teguh, menyutradarai film, Idris mengerjakan ilustrasinya. Persahabatan ini terlihat dari tampilnya Idris Sardi dalam konser Tribute to Teguh Karya, tahun 2005 silam.
Idris sempat menderita sakit kanker usus di tahun 1998. Kemudian sepanjang tahun 2000, Idris kembali aktif dan menjadi duta kesenian pemerintah Indonesia, dan membuat konser Persembahan Idris Sardi di tahun 2003. Kedisplinan adalah kunci sukses utama Sang Biola Maut. Ilustrasi-ilustrasi dari biolanya yang begitu lirih dan menyayat hati begitu berkesan dan akan selalu teringat oleh penonton film Indonesia.
Filmografi
Pesta Musik La Bana (1960) ... Penata musik
Djakarta By Pass (1962) ... Penata musik
Matjan Kemajoran (1965) ... Penata musik
Apa jang Kautangisi (1965) ... Penata musik
Petir Sepandjang Malam (1967) ... Penata musik
Sendja di Djakarta (1967) ... Penata musik
Sembilan (1967) ... Penata musik
Djampang Mentjari Naga Hitam (1968) ... Penata musik
Djakarta - Hongkong - Macao (1968) ... Penata musik
Laki-laki Tak Bernama (1969) ... Penata musik
Orang-orang Liar (1969) ... Penata musik
Awan Djingga (1970) ... Penata musik
Bernafas dalam Lumpur (1970) ... Penata musik
Dan Bunga-bunga Berguguran (1970) ... Penata musik
Dibalik Pintu Dosa (1970) ... Penata musik
Noda Tak Berampun (1970) ... Penata musik
Romansa (1970) ... Penata musik
Samiun dan Dasima (1970) ... Penata musik
Si Buta dari Gua Hantu (1970) ... Penata musik
Si Pitung (1970) ... Penata musik
Tuan Tanah Kedawung (1970) ... Penata musik
Ananda (1970) ... Penata musik
Air Mata Kekasih (Lover's Tears) (1971) ... Penata musik
Api Dibukit Menoreh (Gugurnya Tohpati) (1971) ... Penata musik
Banteng Betawi (1971) ... Penata musik
Bengawan Solo (River of Love) (1971) ... Penata musik
Biarlah Aku Pergi (1971) ... Penata musik
Dara-Dara (1971) ... Penata musik
Dunia Belum Kiamat (1971) ... Penata musik
Lisa (1971) ... Penata musik
Malam Jahanam (1971) ... Penata musik
Misteri di Borobudur (1971) ... Penata musik
Derita Tiada Akhir (1971) ... Penata musik
Diudjung Badik (1971) ... Penata musik
Djembatan Emas (The Golden Bridge) (1971) ... Penata musik
Impas (0 x 0) (1971) ... Penata musik
Insan Kesepian (1971) ... Penata musik
Kekasihku Ibuku (1971) ... Penata musik
Matinja Seorang Bidadari (1971) ... Penata musik
Pendekar Bambu Kuning (1971) ... Penata musik
Pendekar Sumur Tudjuh (1971) ... Penata musik
Pengantin Remaja (1971) ... Penata musik
Penunggang Kuda dari Tjimande (1971) ... Penata musik
Perawan Buta (1971) ... Penata musik
Rakit (1971) ... Penata musik
Ratna (1971) ... Penata musik
Rina (1971) ... Penata musik
Tiada Maaf Bagimu (1971) ... Penata musik
Wadjah Seorang Laki-Laki (1971) ... Penata musik
Intan Perawan Kubu (1972) ... Penata musik
Mama (1972) ... Penata musik
Mawar Rimba (1972) ... Penata musik
Mereka Kembali (1972) ... Penata musik
Perkimpoian (1972) ... Penata musik
Seribu Janji Kumenanti (1972) ... Penata musik
Angkara Murka (1972) ... Penata musik
Anjing-Anjing Geladak (1972) ... Penata musik
Dendam si Anak Haram (1972) ... Penata musik
Diantara Anggrek Berbunga (1972) ... Penata musik
Flamboyant (1972) ... Penata musik
Sisa-sisa Laskar Pajang (1972) ... Penata musik
Tiada Jalan Lain (1972) ... Penata musik
Lagu Untukmu (1973) ... Penata musik
Cinta Pertama (1973) ... Penata musik
Dimana Kau Ibu (1973) ... Penata musik
Hatiku dalam Hatimu (1973) ... Penata musik
Jauh di Mata (1973) ... Penata musik
Jembatan Merah (1973) ... Penata musik
Perempuan (1973) ... Penata musik
Rio Anakku (1973) ... Penata musik
Segenggam Harapan (1973) ... Penata musik
Si Mamad (1973) ... Penata musik
Si Manis Jembatan Ancol (1973) ... Penata musik
Si Rano (1973) ... Penata musik
Timang-timang Anakku Sayang (1973) ... Penata musik
Tokoh (1973) ... Penata musik
Yatim (1973) ... Penata musik
Atheis (1974) ... Penata musik
Bandung Lautan Api (1974) ... Penata musik
Bing Slamet Koboi Cengeng (1974) ... Penata musik
Aku Cinta Padamu (1974) ... Penata musik
Dikejar Dosa (1974) ... Penata musik
Dewi (1974) ... Penata musik
Tiada Waktu Bicara (No Time for Talk) (1974) ... Penata musik
Kemasukan Setan (Dukun) (1974) ... Penata musik
Mimpi Sedih (1974) ... Penata musik
Demi Cinta (1974) ... Penata musik
Tetesan Air Mata Ibu (1974) ... Penata musik
Kehormatan (1974) ... Penata musik
Melawan Badai (1974) ... Penata musik
Ratapan dan Rintihan (1974) ... Penata musik
Maria, Maria, Maria (1974) ... Penata musik
Senyum di Pagi Bulan Desember (1974) ... Penata musik
Gaun Pengantin (1974) ... Penata musik
Romi dan Juli (1974) ... Penata musik
Ratapan si Miskin (1974) ... Penata musik
Permata Bunda (1974) ... Penata musik
Senyum dan Tangis (1974) ... Penata musik
Karmila (1974) ... Penata musik
Mei Lan, Aku Cinta Padamu (1974) ... Penata musik
Ranjang Pengantin (1974) ... Penata musik
Tangisan Ibu Tiri (1974) ... Penata musik
Fajar Menyingsing (1975) ... Penata musik
Selalu di Hatiku (1975) ... Penata musik
Balas Dendam (1975) ... Penata musik
Si Kabayan (1975) ... Penata musik
Cinta (1975) ... Penata musik
Widuri Kekasihku (1976) ... Penata musik
Dr. Firdaus (1976) ... Penata musik
Chicha (1976) ... Penata musik
Naga Merah (1976) ... Penata musik
Janji Sarinah (1976) ... Penata musik
One Way Ticket (Semoga Kau Kembali) (1976) ... Penata musik
Sesuatu yang Indah (1976) ... Penata musik
Sentuhan Cinta (1976) ... Penata musik
Gersang tapi Damai (1977) ... Komposer
Yuli Buah Hati Kekasih Mama (1977) ... Penata musik
Para Perintis Kemerdekaan (1977) ... Penata musik
Laki-laki dalam Pelukan (1977) ... Penata musik
Kembang-kembang Plastik (1977) ... Penata musik
Layu Sebelum Berkembang (1977) ... Penata musik
Jangan Menangis Mama (1977) ... Penata musik
Kekasih (1977) ... Penata musik
Pembalasan si Pitung (Jiih) (1977) ... Penata musik
Aula Cinta (1977) ... Penata musik
Secerah Senyum (1977) ... Penata musik
Gara-gara Isteri Muda (1977) ... Penata musik
Terminal Cinta (1977) ... Penata musik
Operasi Tinombala (1977) ... Penata musik
Christina (1977) ... Penata musik
Yang Muda Yang Bercinta (1977) ... Penata musik
Kugapai Cintamu (1977) ... Penata musik
Istriku Sayang Istriku Malang (1977) ... Penata musik
Ombaknya Laut Mabuknya Cinta (1978) ... Penata musik
Ratu Disco (1978) ... Penata musik
Laki-Laki Binal (1978) ... Penata musik
Petualang-Petualang (1978) ... Penata musik
Pengemis dan Tukang Becak (1978) ... Penata musik
Satu Malam Dua Cinta (1978) ... Penata musik
Pahitnya Cinta Manisnya Dosa (1978) ... Penata musik
Bulan Madu (1979) ... Penata musik
Wanita Segala Zaman (1979) ... Penata musik
Demi Anakku (1979) ... Penata musik
Anna Maria (1979) ... Penata musik
Anak-anak Tak Beribu (1980) ... Penata musik
Gema Hati Bernyanyi (Setitik Embun) (1980) ... Penata musik
Senyum untuk Mama (1980) ... Penata musik
Intan Mendulang Cinta (1981) ... Penata musik
Sekuntum Mawar Putih (1981) ... Penata musik
Halimun (1982) ... Penata musik
Sorta (Tumbuh Bunga di Sela Batu) (1982) ... Penata musik
Nyi Ageng Ratu Pemikat (1983) ... Penata musik
Budak Nafsu (Fatima) (1983) ... Penata musik
Doea Tanda Mata (1984) ... Penata musik
Seandainya Aku Boleh Memilih (1984) ... Penata musik
Sunan Kalijaga dan Syech Siti Jenar (1985) ... Penata musik
Arie Hanggara (1985) ... Penata musik
Pondok Cinta (1985) ... Penata musik
Melintas Badai (1985) ... Penata musik
Tjoet Nja Dhien (1986) ... Penata musik
Don Aufar (1986) ... Penata musik
Pacar Pertama (1986) ... Penata musik
Ibunda (1986) ... Penata musik
Penyesalan Seumur Hidup (1986) ... Penata musik
Pesona Natalia (1986) ... Penata musik
Tak Seindah Kasih Mama (1986) ... Penata musik
Akibat Kanker Payudara (1987) ... Penata musik
Noesa Penida (Pelangi Kasih Pandansari) (1988) ... Penata musik
Pacar Ketinggalan Kereta (1988) ... Penata musik
Bayi Tabung (1988) ... Penata musik
Cinta Punya Mau (1989) ... Penata musik
Tutur Tinular (Pedang Naga Puspa) (1989) ... Penata musik
Putihnya Duka Kelabunya Bahagia (1989) ... Penata musik
Ibuku Malang Ibu Tersayang (1990) ... Penata musik
Dorce Ketemu Jodoh (1990) ... Penata musik
Soerabaia 45 (1990) ... Penata musik
Cintaku di Way Kambas (1990) ... Penata musik
Ketika Dia Pergi (1990) ... Penata musik
Potret (1991) ... Penata musik
Taksi Juga (1991) ... Penata musik
Badai Laut Selatan (1991) ... Penata musik
Pengantin Remaja (1991) ... Penata musik
Kuberikan Segalanya (1992) ... Penata musik
Prestasi
Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1974 (Cinta Pertama)
Piala Akademi Sinematografi, Tata Musik Terbaik II FFI 1974 (Rio Anakku)
Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1975 (Senyum Di Pagi Bulan Desember)
Piala Akademi Sinematografi, Tata Musik Terbaik II FFI 1976 (Cinta)
Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1977 (Sesuatu Yang Indah)
Piala Akademi Sinematografi, Tata Musik Terbaik II FFI 1979 (Pengemis dan Tukang Becak)
Penghargaan Khusus Piala MMPI, FFI 1981 (Para Perintis Kemerdekaan)
Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1984 (Budak Nafsu/Fatima)
Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1985 (Doea Tanda Mata)
Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1986 (Ibunda)
Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1988 (Tjoet Nja' Dhien)
Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1989 (Noesa Penida)
Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1992 (Kuberikan Segalanya)
Nominasi Piala Citra FFI 1979, Tata Musik (Pengemis dan Tukang Becak)
Nominasi Piala Citra FFI 1980, Tata Musik (Anna Maria)
Nominasi Piala Citra FFI 1982, Tata Musik (Sekuntum Mawar Putih)
Nominasi Piala Citra FFI 1986, Tata Musik (Arie Hanggara)
Nominasi Piala Citra FFI 1987, Tata Musik (Penyesalan Seumur Hidup)
Nominasi Piala Citra FFI 1989, Tata Musik (Pacar Ketinggalan Kereta)
Nominasi Piala Citra FFI 1991, Tata Musik (Potret)
Nominasi Piala Citra FFI 1991, Tata Musik (Soerabaia 45)
Trivia
Idris Sardi adalah ayahanda dari para pemain film, Santi Sardi, Lukman Sardi, dan Ajeng Triani Sardi.
Idris Sardi tampil dalam konser Tribute to Teguh Karya, 2005
Kemampuan musiknya tidak hanya dibuktikan di panggung. Lewat sejumlah karya layar lebar, Idris memberikan sumbangan besar. Sejak tahun 1960, dia telah menghasilkan lebih dari 300 karya. Film pertama yang memeberi Idris Sardi Piala Citra sebagai penata ilustrasi musik terbaik adalah film Petir Sepandjang Malam (1967).
Sejak itu, namanya mulai dikenal sebagai penata ilustrasi film. Ditambah dengan kemenanangannya di Festival Film Asia di tahun 1970, sebagai penata musik terbaik untuk film Bernafas Dalam Lumpur. Idris Sardi produktif dalam mengerjakan ilustrasi musik film, sampai mendapat rekor, dengan memperoleh nominasi Piala Citra FFI sebagai penata musik sebanyak 9 kali, disamping menang Piala Citra sebanyak 9 kali pula.
Beberapa film yang ia kerjakan ilustrasinya adalah Pesta Musik La Bana (1960), Perkimpoian (1972), Budak Nafsu (1983), Doea Tanda Mata (1984), Tjoet Nja Dhien (1987) dan Pacar Ketinggalan Kereta (1988). Idris juga membuat ilustrasi musik untuk 130 episode sinetron. Idris Sardi bersahabat dengan sutradara Teguh Karya. Keduanya seringkali berkolaborasi dalam sebuah film. Teguh, menyutradarai film, Idris mengerjakan ilustrasinya. Persahabatan ini terlihat dari tampilnya Idris Sardi dalam konser Tribute to Teguh Karya, tahun 2005 silam.
Idris sempat menderita sakit kanker usus di tahun 1998. Kemudian sepanjang tahun 2000, Idris kembali aktif dan menjadi duta kesenian pemerintah Indonesia, dan membuat konser Persembahan Idris Sardi di tahun 2003. Kedisplinan adalah kunci sukses utama Sang Biola Maut. Ilustrasi-ilustrasi dari biolanya yang begitu lirih dan menyayat hati begitu berkesan dan akan selalu teringat oleh penonton film Indonesia.
Filmografi
Spoiler for Filmografi:
Pesta Musik La Bana (1960) ... Penata musik
Djakarta By Pass (1962) ... Penata musik
Matjan Kemajoran (1965) ... Penata musik
Apa jang Kautangisi (1965) ... Penata musik
Petir Sepandjang Malam (1967) ... Penata musik
Sendja di Djakarta (1967) ... Penata musik
Sembilan (1967) ... Penata musik
Djampang Mentjari Naga Hitam (1968) ... Penata musik
Djakarta - Hongkong - Macao (1968) ... Penata musik
Laki-laki Tak Bernama (1969) ... Penata musik
Orang-orang Liar (1969) ... Penata musik
Awan Djingga (1970) ... Penata musik
Bernafas dalam Lumpur (1970) ... Penata musik
Dan Bunga-bunga Berguguran (1970) ... Penata musik
Dibalik Pintu Dosa (1970) ... Penata musik
Noda Tak Berampun (1970) ... Penata musik
Romansa (1970) ... Penata musik
Samiun dan Dasima (1970) ... Penata musik
Si Buta dari Gua Hantu (1970) ... Penata musik
Si Pitung (1970) ... Penata musik
Tuan Tanah Kedawung (1970) ... Penata musik
Ananda (1970) ... Penata musik
Air Mata Kekasih (Lover's Tears) (1971) ... Penata musik
Api Dibukit Menoreh (Gugurnya Tohpati) (1971) ... Penata musik
Banteng Betawi (1971) ... Penata musik
Bengawan Solo (River of Love) (1971) ... Penata musik
Biarlah Aku Pergi (1971) ... Penata musik
Dara-Dara (1971) ... Penata musik
Dunia Belum Kiamat (1971) ... Penata musik
Lisa (1971) ... Penata musik
Malam Jahanam (1971) ... Penata musik
Misteri di Borobudur (1971) ... Penata musik
Derita Tiada Akhir (1971) ... Penata musik
Diudjung Badik (1971) ... Penata musik
Djembatan Emas (The Golden Bridge) (1971) ... Penata musik
Impas (0 x 0) (1971) ... Penata musik
Insan Kesepian (1971) ... Penata musik
Kekasihku Ibuku (1971) ... Penata musik
Matinja Seorang Bidadari (1971) ... Penata musik
Pendekar Bambu Kuning (1971) ... Penata musik
Pendekar Sumur Tudjuh (1971) ... Penata musik
Pengantin Remaja (1971) ... Penata musik
Penunggang Kuda dari Tjimande (1971) ... Penata musik
Perawan Buta (1971) ... Penata musik
Rakit (1971) ... Penata musik
Ratna (1971) ... Penata musik
Rina (1971) ... Penata musik
Tiada Maaf Bagimu (1971) ... Penata musik
Wadjah Seorang Laki-Laki (1971) ... Penata musik
Intan Perawan Kubu (1972) ... Penata musik
Mama (1972) ... Penata musik
Mawar Rimba (1972) ... Penata musik
Mereka Kembali (1972) ... Penata musik
Perkimpoian (1972) ... Penata musik
Seribu Janji Kumenanti (1972) ... Penata musik
Angkara Murka (1972) ... Penata musik
Anjing-Anjing Geladak (1972) ... Penata musik
Dendam si Anak Haram (1972) ... Penata musik
Diantara Anggrek Berbunga (1972) ... Penata musik
Flamboyant (1972) ... Penata musik
Sisa-sisa Laskar Pajang (1972) ... Penata musik
Tiada Jalan Lain (1972) ... Penata musik
Lagu Untukmu (1973) ... Penata musik
Cinta Pertama (1973) ... Penata musik
Dimana Kau Ibu (1973) ... Penata musik
Hatiku dalam Hatimu (1973) ... Penata musik
Jauh di Mata (1973) ... Penata musik
Jembatan Merah (1973) ... Penata musik
Perempuan (1973) ... Penata musik
Rio Anakku (1973) ... Penata musik
Segenggam Harapan (1973) ... Penata musik
Si Mamad (1973) ... Penata musik
Si Manis Jembatan Ancol (1973) ... Penata musik
Si Rano (1973) ... Penata musik
Timang-timang Anakku Sayang (1973) ... Penata musik
Tokoh (1973) ... Penata musik
Yatim (1973) ... Penata musik
Atheis (1974) ... Penata musik
Bandung Lautan Api (1974) ... Penata musik
Bing Slamet Koboi Cengeng (1974) ... Penata musik
Aku Cinta Padamu (1974) ... Penata musik
Dikejar Dosa (1974) ... Penata musik
Dewi (1974) ... Penata musik
Tiada Waktu Bicara (No Time for Talk) (1974) ... Penata musik
Kemasukan Setan (Dukun) (1974) ... Penata musik
Mimpi Sedih (1974) ... Penata musik
Demi Cinta (1974) ... Penata musik
Tetesan Air Mata Ibu (1974) ... Penata musik
Kehormatan (1974) ... Penata musik
Melawan Badai (1974) ... Penata musik
Ratapan dan Rintihan (1974) ... Penata musik
Maria, Maria, Maria (1974) ... Penata musik
Senyum di Pagi Bulan Desember (1974) ... Penata musik
Gaun Pengantin (1974) ... Penata musik
Romi dan Juli (1974) ... Penata musik
Ratapan si Miskin (1974) ... Penata musik
Permata Bunda (1974) ... Penata musik
Senyum dan Tangis (1974) ... Penata musik
Karmila (1974) ... Penata musik
Mei Lan, Aku Cinta Padamu (1974) ... Penata musik
Ranjang Pengantin (1974) ... Penata musik
Tangisan Ibu Tiri (1974) ... Penata musik
Fajar Menyingsing (1975) ... Penata musik
Selalu di Hatiku (1975) ... Penata musik
Balas Dendam (1975) ... Penata musik
Si Kabayan (1975) ... Penata musik
Cinta (1975) ... Penata musik
Widuri Kekasihku (1976) ... Penata musik
Dr. Firdaus (1976) ... Penata musik
Chicha (1976) ... Penata musik
Naga Merah (1976) ... Penata musik
Janji Sarinah (1976) ... Penata musik
One Way Ticket (Semoga Kau Kembali) (1976) ... Penata musik
Sesuatu yang Indah (1976) ... Penata musik
Sentuhan Cinta (1976) ... Penata musik
Gersang tapi Damai (1977) ... Komposer
Yuli Buah Hati Kekasih Mama (1977) ... Penata musik
Para Perintis Kemerdekaan (1977) ... Penata musik
Laki-laki dalam Pelukan (1977) ... Penata musik
Kembang-kembang Plastik (1977) ... Penata musik
Layu Sebelum Berkembang (1977) ... Penata musik
Jangan Menangis Mama (1977) ... Penata musik
Kekasih (1977) ... Penata musik
Pembalasan si Pitung (Jiih) (1977) ... Penata musik
Aula Cinta (1977) ... Penata musik
Secerah Senyum (1977) ... Penata musik
Gara-gara Isteri Muda (1977) ... Penata musik
Terminal Cinta (1977) ... Penata musik
Operasi Tinombala (1977) ... Penata musik
Christina (1977) ... Penata musik
Yang Muda Yang Bercinta (1977) ... Penata musik
Kugapai Cintamu (1977) ... Penata musik
Istriku Sayang Istriku Malang (1977) ... Penata musik
Ombaknya Laut Mabuknya Cinta (1978) ... Penata musik
Ratu Disco (1978) ... Penata musik
Laki-Laki Binal (1978) ... Penata musik
Petualang-Petualang (1978) ... Penata musik
Pengemis dan Tukang Becak (1978) ... Penata musik
Satu Malam Dua Cinta (1978) ... Penata musik
Pahitnya Cinta Manisnya Dosa (1978) ... Penata musik
Bulan Madu (1979) ... Penata musik
Wanita Segala Zaman (1979) ... Penata musik
Demi Anakku (1979) ... Penata musik
Anna Maria (1979) ... Penata musik
Anak-anak Tak Beribu (1980) ... Penata musik
Gema Hati Bernyanyi (Setitik Embun) (1980) ... Penata musik
Senyum untuk Mama (1980) ... Penata musik
Intan Mendulang Cinta (1981) ... Penata musik
Sekuntum Mawar Putih (1981) ... Penata musik
Halimun (1982) ... Penata musik
Sorta (Tumbuh Bunga di Sela Batu) (1982) ... Penata musik
Nyi Ageng Ratu Pemikat (1983) ... Penata musik
Budak Nafsu (Fatima) (1983) ... Penata musik
Doea Tanda Mata (1984) ... Penata musik
Seandainya Aku Boleh Memilih (1984) ... Penata musik
Sunan Kalijaga dan Syech Siti Jenar (1985) ... Penata musik
Arie Hanggara (1985) ... Penata musik
Pondok Cinta (1985) ... Penata musik
Melintas Badai (1985) ... Penata musik
Tjoet Nja Dhien (1986) ... Penata musik
Don Aufar (1986) ... Penata musik
Pacar Pertama (1986) ... Penata musik
Ibunda (1986) ... Penata musik
Penyesalan Seumur Hidup (1986) ... Penata musik
Pesona Natalia (1986) ... Penata musik
Tak Seindah Kasih Mama (1986) ... Penata musik
Akibat Kanker Payudara (1987) ... Penata musik
Noesa Penida (Pelangi Kasih Pandansari) (1988) ... Penata musik
Pacar Ketinggalan Kereta (1988) ... Penata musik
Bayi Tabung (1988) ... Penata musik
Cinta Punya Mau (1989) ... Penata musik
Tutur Tinular (Pedang Naga Puspa) (1989) ... Penata musik
Putihnya Duka Kelabunya Bahagia (1989) ... Penata musik
Ibuku Malang Ibu Tersayang (1990) ... Penata musik
Dorce Ketemu Jodoh (1990) ... Penata musik
Soerabaia 45 (1990) ... Penata musik
Cintaku di Way Kambas (1990) ... Penata musik
Ketika Dia Pergi (1990) ... Penata musik
Potret (1991) ... Penata musik
Taksi Juga (1991) ... Penata musik
Badai Laut Selatan (1991) ... Penata musik
Pengantin Remaja (1991) ... Penata musik
Kuberikan Segalanya (1992) ... Penata musik
Prestasi
Spoiler for Prestasi:
Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1974 (Cinta Pertama)
Piala Akademi Sinematografi, Tata Musik Terbaik II FFI 1974 (Rio Anakku)
Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1975 (Senyum Di Pagi Bulan Desember)
Piala Akademi Sinematografi, Tata Musik Terbaik II FFI 1976 (Cinta)
Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1977 (Sesuatu Yang Indah)
Piala Akademi Sinematografi, Tata Musik Terbaik II FFI 1979 (Pengemis dan Tukang Becak)
Penghargaan Khusus Piala MMPI, FFI 1981 (Para Perintis Kemerdekaan)
Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1984 (Budak Nafsu/Fatima)
Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1985 (Doea Tanda Mata)
Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1986 (Ibunda)
Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1988 (Tjoet Nja' Dhien)
Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1989 (Noesa Penida)
Piala Citra, Tata Musik Terbaik FFI 1992 (Kuberikan Segalanya)
Nominasi Piala Citra FFI 1979, Tata Musik (Pengemis dan Tukang Becak)
Nominasi Piala Citra FFI 1980, Tata Musik (Anna Maria)
Nominasi Piala Citra FFI 1982, Tata Musik (Sekuntum Mawar Putih)
Nominasi Piala Citra FFI 1986, Tata Musik (Arie Hanggara)
Nominasi Piala Citra FFI 1987, Tata Musik (Penyesalan Seumur Hidup)
Nominasi Piala Citra FFI 1989, Tata Musik (Pacar Ketinggalan Kereta)
Nominasi Piala Citra FFI 1991, Tata Musik (Potret)
Nominasi Piala Citra FFI 1991, Tata Musik (Soerabaia 45)
Trivia
Spoiler for Trivia:
Idris Sardi adalah ayahanda dari para pemain film, Santi Sardi, Lukman Sardi, dan Ajeng Triani Sardi.
Idris Sardi tampil dalam konser Tribute to Teguh Karya, 2005
Quote:
KEHIDUPAN PRIBADI
Ia juga ayah dari pemain film Santi Sardi dan pemeran muda Indonesia Lukman Sardi dari pernikahannya Zerlita. Setelah perceraiannya dengan Marini, Perkimpoiannya yang ketiga adalah dengan Ratih Putri.
Sardi mempunyai seorang murid yang telah sukses menjadi violis perempuan papan atas Indonesia, yaitu Maylaffayza Wiguna. Ia juga pernah terkenal karena memiliki tanda nomor kendaraan "B 10 LA" yang dapat dibaca "biola". Setelah hal ini dipublikasikan secara luas, ia merasa tidak nyaman karena menjadi perhatian masyarakat ke manapun ia pergi. Karena hal ini Sardi mengganti nomor kendaraannya dengan nomor biasa.
Quote:
MENINGGAL DUNIA
Idris Sardi meninggal dunia pada tanggal 28 April 2014 pukul 07:25 WIB di Rumah Sakit Meilia, Cibubur dalam usia 75 tahun menjelang usia 76 tahun. Idris Sardi menderita sakit pada lambung dan liver sejak Desember 2013. Sebelumnya Idris Sardi mengalami kondisi kritis sempat mendapat perawatan di RS Meilia, Cibubur.
Putri Idris Sardi, Santi Sardi, mengungkap penyebab meninggalnya sang ayah. Maestro violin berusia 75 tahun itu meninggal Senin (28/4) pagi karena sesak nafas.
Jenazah ayah dari Lukman Sardi itu disholatkan di Masjid Al-Hidayah, Bumi Cimanggis Indah, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Senin (28/4) siang.
Spoiler for Yang Terpenting:
Kalau berkenan Gan.....
KOMENG
Spoiler for sumur:
0
6.8K
Kutip
23
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
925.2KThread•91.1KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya