Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

rquisertoAvatar border
TS
rquiserto
Bagaimana Mengelola Keuangan menghadapi Gejolak Ekonomi
Buat yang punya simpanan di saham atau reksadana saham, pasti dalam kondisi panik atau paling tidak resah, menyaksikan anjloknya harga saham di bursa dan merosotnya nilai tukar rupiah beberapa minggu ini. Khawatir harga saham yang terjun bebas akan memangkas nilai investasi yang digunakan untuk dana pendidikan anak dan dana pensiun. Bagaimana nasib pendidikan anak-anak nanti, apakah dana pensiun akan cukup kalau nilai investasi turun terus. Ini pertanyaan – pertanyaan yang banyak muncul. Semuanya berujung pada bagaimana mengelola keuangan dalam kondisi gejolak ekonomi?

Sebelum itu, saya ingin menekankan bahwa gejolak ekonomi adalah sebuah keniscayaan dalam suatu perekonomian. Tidak ada ekonomi di dunia ini yang bebas atau kebal dari krisis ekonomi. Semuanya pasti pernah dan akan mengalami serangan krisis ekonomi suatu saat nanti.

Mengelola Keuangan Menghadapi Gejolak Ekonomi
Paling tidak terdapat empat hal yang perlu dilakukan.

1. Jangan panik dan Melihat Gejolak Ekonomi dalam Perspektif yang Benar.

Dalam kondisi gejolak, siapa sich yang tidak panik. Apalagi yang dipertaruhkan adalah aset pribadi, dana pendidikan dan dana pensiun yang implikasinya amat penting buat kita dan keluarga.

Supaya tidak panik, bagaimana? Anda harus melihat gejolak ekonomi dalam perspektif yang tepat. Gunakan dan data – data historis sebagai pijakan menganalisa krisis karena data relatif objektif dibandingkan persepsi dan opini yang cenderung subjektif.

Dalam dua kejadian itu, 1998 dan 2008, yang meskipun berjarak 10 tahun lamanya, reaksi yang muncul sama. Kondisi panik muncul dimana-mana dan banyak yang tanpa pikir panjang menjual saham atau mencairkan reksadana saham dalam keadaan rugi yang tidak kecil. Melakukan apa yang disebut cut-loss. Khawatir nilai investasi sahamnya tergerus habis.

Apakah cut-loss langkah yang tepat?

Berdasarkan data IHSG selama periode krisis di 1998, dari 1997 sampai akhir 2000, hanya dalam waktu tidak kurang dari 2 tahun, tepatnya di akhir 2000, IHSG sudah pulih ke level sebelum krisis. Hal yang sama terjadi di krisis 2008. Lihat grafik IHSG yang menunjukkan pergerakkan di tahun 1998 dan 2008 disini..

Kesimpulannya, jika panik dan melakukan cut-loss, Anda akan mengalami kerugian yang tidak kecil. Recovery pasar berlangsung dengan cukup cepat. IHSG berbalik positif dalam waktu relatif pendek dan memberikan reward kepada yang bertahan dengan tidak melakukan cut-loss.

Tidak hanya itu. Kerugian yang jauh lebih besar menimpa Anda yang cut-loss, yaitu hilangnya kesempatan menikmati gurihnya return saham dalam jangka panjang. Sejak Juli 1997 sampai dengan akhir Agustu 2013, IHSG sudah mencetak kenaikkan keuntungan 470%. Lihat grafik IHSG dari 1997 sampai dengan 2013 disini..

Kesimpulannya apa untuk mengelola keuangan? Merujuk pada data – data historis, Anda sebaiknya tidak menjual saham atau mencairkan reksadana saham kalau investasi saham tersebut memiliki tujuan keuangan diatas 5 tahun. Karena itu, kapan tujuan keuangan perlu dicapai menjadi hal yang penting untuk dilihat berikutnya.

2. Melihat Kembali Apakah Tujuan Keuangan dan Instrumen Investasi sudah Cocok.

Tujuan keuangan menjadi hal yang krusial karena dampak krisis terhadap portfolio ditentukan oleh bagaimana kecocokan antara tujuan keuangan dan instrumen investasi yang dipilih.

Contohnya, jika uang muka rumah untuk tahun depan dicapai dengan investasi di saham, bisa dipastikan, Anda akan kalang kabut, pusing kepayang menyaksikan harga saham berguguran.

Tetapi kondisinya berbeda. Jika investasi saham digunakan untuk tujuan dana pensiun yang baru dibutuhkan 20 tahun lagi dari sekarang. Gonjang – ganjing pasar tidak akan menggoyahkan Anda untuk menjual saham.

Yang harus dilakukan adalah melihat kembali tujuan keuangan (ingat tujuan keuangan duluan), misalnya dana pensiun, dana pendidikan, uang muka rumah, dana liburan dan lain-lain, kemudian memastikan apakah instrumen investasi untuk mencapai tujuan keuangan tersebut sudah tepat atau belum.

3. Mengendalikan Pengeluaran untuk Memperkuat Dana Darurat.

Dalam kondisi ketidakpastian, Anda perlu berjaga –jaga dalam mengelola keuangan. Kenapa? Karena tidak yang tahu dengan pasti, kapan gejolak akan selesai. Yang banyak dilakukan para pengamat atau pejabat adalah hanya memprediksi kapan gejolak selesai.

Uang yang ada sebaiknya disisihkan guna meningkatkan porsi dana darurat. Dana darurat yang kuat akan membantu saat investasi sedang turun. Saat butuh dana, Anda bisa menggunakan dana darurat dan tidak perlu merealisasikan investasi yang pasti akan rugi.

4. Melakukan Diversifikasi Investasi.

Gejolak ini mengingatkan kembali pentingnya melakukan diversifikasi investasi dalam mengelola keuangan. ‘Don’t put your eggs in one basket’. Investasi disebar ke dalam beberapa instrumen dan tidak terkonsentrasi hanya pada instrumen tertentu.

Masalahnya, diversifikasi sering dilupakan. Kenapa? Karena orang sering mengejar instrumen investasi yang sedang naik daun dan menempatkan sebagian besar dana ke instrumen tersebut. Diversifikasi ditinggalkan karena dianggap tidak menguntungkan.

Sebaiknya kita meninjau kembali dan melakukan rebalancing investasi dengan tujuan mengurangi porsi yang sudah terlalu tinggi dan menambah porsi yang masih kurang dalam keranjang portfolio kita.

Demikian hal – hal yang perlu dilakukan dalam mengelola keuangan menghadapi gejolak ekonomi.

Sumber: "Mengelola Keuangan dalam Krisis Ekonomi"
0
1.9K
13
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Perencanaan Keuangan
Perencanaan KeuanganKASKUS Official
9.2KThread6KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.