Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

AkuCintaNaneaAvatar border
TS
AkuCintaNanea
Megawati: Jokowi Banyak Diserang, Ada Orang yang Gelisah. Ternyata Betul Sekali, Bu!
Megawati: Jokowi Banyak Diserang, Ada Orang yang Gelisah
Kamis, 3 April 2014 | 13:41 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengaku bingung mengapa bakal calon presiden dari partainya, Joko Widodo (Jokowi), mendapat banyak serangan politik. Ia menduga, serangan bertubi-tubi itu muncul karena kegelisahan dari lawan politik setelah ia memberikan mandat kepada Jokowi untuk maju sebagai bakal capres dari PDI-P.

"Jokowi banyak mendapat serangan, ini sangat aneh. Artinya, ada orang yang merasa gelisah," kata Megawati saat memberikan orasi politik dalam kampanye PDI-P di GOR Desa Sangga Langit, Kecamatan Grokgak, Buleleng, Bali, Kamis (3/4/2014).

Megawati menegaskan bahwa Jokowi bukan figur yang mudah dipengaruhi. Baginya, Jokowi merupakan figur tepat untuk menjadi pemimpin bangsa pada periode 2014-2019. Dengan begitu, katanya, dukungan penuh dari seluruh simpatisan PDI-P sangat mutlak diperlukan. Dukungan pertama harus diberikan pada Pemilihan Legislatif 9 April nanti.

"Jokowi dibilang boneka, emangnya dia enggak pintar? Kalau saudara berharap dipimpin Jokowi, maka datanglah berbondong-bondong pada 9 April dan coblos moncong putih," ujarnya.

Orasi politik Megawati di GOR Desa Sangga Langit merupakan penutup rangkaian kampanyenya di Bali. Sebelumnya, ia mengawali kampanye dengan menjadi juri lomba masak, lalu meresmikan posko pemenangan Jokowi, dan menebar 25.000 benih ikan di Bendungan Grokgak. Sejumlah juru kampanye nasional dan elite PDI-P ikut mendampingi Megawati selama berkampanye di Bali.
http://nasional.kompas.com/read/2014...g.yang.Gelisah

20 April 2014
PDIP Tak Mau Bagi-bagi Kursi

JAKARTA - PDIP sampai sejauh ini belum bersedia bagi-bagi jatah kursi menteri. Partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu hanya berkoalisi dengan Partai Nasdem. ”Sepanjang kami berniat dan bekerja untuk rakyat, tentu kami siap bersama rakyat menghadapi masalah yang maupun yang akan timbul kemudian hari,” kata Wasekjen PDIP Eriko Sotarduga, Sabtu (19/4).

Partai optimistis mampu menanggung segala risiko politik termasuk ”serangan” dari koalisi partai lain. Keyakinan itu, kata Eriko, dilihat dari duet Jokowi-Ahok di DKI Jakarta yang hanya didukung koalisi kerempeng PDIP-Gerindra. ”Risikonya banyak, seperti pengesahan APBN akan terus mundur. Tapi toh akhirnya disetujui. Jangan sampai Dewan berhadapan langsung dengan rakyat,” katanya.

PDIP kemungkinan meraup kursi di DPR antara 105-117. Bila ditambah dengan Partai Nasdem yang diprediksi mendapatkan 31-43 kursi, kekuatan koalisi mendapatkan 136-160 kursi. Dari jumlah itu, PDIP bisa mengusung Jokowi sebagai capres. Syarat pencalonan presiden adalah partai atau koalisi partai memperoleh 25 persen suara nasional atau 20 persen kursi di parlemen yang berjumlah 112 kursi.

Eriko berharap presiden terpilih bisa membangun komunikasi politik dengan partai lain. Namun bila tidak bisa, partainya yakin tetap mendapat dukungan rakyat. ”Membangun Indonesia yang lebih baik itu harus berdasarkan kepentingan rakyat. Kami harap bisa kerja sama dengan banyak partai. Tapi kalaupun tidak, maka yang paling utama ialah kerja sama dengan rakyat," tambah Eriko.

Hingga saat ini PDIP baru mengikat koalisi dengan Nasdem. Gabungan dua parpol ini memang sudah cukup untuk mengusung Jokowi. Namun diprediksi akan kesulitan menyokong pemerintahan. ”Saya rasa PDIP sudah teruji menjalani sesuatu dari situasi yang sulit. Begitu juga Pak Jokowi, punya sikap tegas tanpa kompromi. Sekali lagi semua demi kepentingan rakyat. Kami percaya Yang Maha Kuasa pasti melindungi," tegas Eriko.

Soal cawapres pendamping Jokowi, Eriko mengatakan masih belum ditentukan hingga saat ini. Dia menerangkan partainya masih menunggu penghitungan resmi hasil Pileg dari KPU. ”Kami harap figur cawapres itu bisa saling melengkapi dengan Pak Jokowi,” ucap dia.
http://m.suaramerdeka.com/index.php/...4/04/20/259236

Jokowi Enggan Bagi Kekuasaan, PKS: Enak Aja
Jum'at, 18-04-2014 10:02

Jakarta, Aktual.co — Fahri Hamzah, Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengatakan bahwa kekuatan semua partai saat ini cukup merata. Berdasarkan hasil hitung cepat, semua partai politik wajib berkoalisi dalam menghadapi pemilu presiden 2014. Pasalnya, tidak ada partai yang mendapatkan 20 persen kursi di parlemen atau 25 persen suara nasional.

"PDI-P jangan sembarangan, bagaimana kalau di detik-detik akhir Nasdem enggak mau? Jokowi bisa tidak jadi capres," kata Fahri saat menemani Presiden PKS, Anis Matta, di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (17/4).

Anggota Komisi III DPR RI ini juga mengkritik bahwa bakal calon presiden dari PDIP itu tak mengerti sistem politik yang diterapkan di Indonesia. Ia pun meyakini, PDIP dan Jokowi akan sulit menyolidkan roda pemerintahan jika nanti mendapat kesempatan berkuasa dengan sikap politik yang kaku.

"Dia (Jokowi) tidak mengerti multi partai, enak saja enggak mau bagi-bagi kekuasaan. Bukan soal bagi-bagi kekuasaan, sekarang ini kekuatan partai merata, lebih dahsyat, mengelola DPR akan lebih sulit," tandasnya.
http://www.aktual.co/politik/075544j...n-pks-enak-aja

SBY Berharap Tuhan Takdirkan Dirinya Berkomunikasi dengan Mega
Sabtu, 26-04-2014 09:17

Jakarta, Aktual.co — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan pihaknya selalu menjalin komunikasi dengan pemimpin dan tokoh masyarakat, untuk membicarakan masalah bangsa, termasuk siap berkomunikasi dengan mantan Presiden yang juga Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri.

"Sejak dulu, saya ingin berkomunikasi dengan siapapun, termasuk Ibu Megawati, sepanjang baik untuk kepentingan negara, terlebih kita sedang memikirkan siapa pemimpin mendatang," ujar SBY, dalam wawancara yang diunggah di jejaring Youtube.

Yudhoyono mengatakan, dalam beberapa pekan terakhir ini telah bertemu dengan berbagai tokoh masyarakat dan juga tokoh politik untuk berkomunikasi menyampaikan pandangan masing-masing mengenai kondisi bangsa.

"Sebenarnya satu minggu terakhir saya menjalin komunikasi dengan banyak pihak, mereka datang untuk mendengarkan pikiran saya, beliau pun sampaikan pikiran dan pandangannya," kata Presiden.

Meski tidak harus bergabung menjadi satu kubu, Presiden mengatakan komunikasi dengan mantan Presiden Megawati tentu akan memberikan kebaikan bagi bangsa.

"Kalau Tuhan menakdirkan saya bisa berkomunikasi dengan Ibu Megawati sebagaimana dengan pemimpin lain itu juga bisa menjadi jalan bangsa dan negara kita majukan bersama, tidak harus dalam satu kubu, paling tidak disadari kebersamaan diperlukan kemitraan yang baik diantara pemimpin bangsa untuk masa depan bangsa dan negara kita," katanya.
http://www.aktual.co/politik/092000s...si-dengan-mega

Ogah Koalisi, PDIP Tak Ingin Seperti SBY
MINGGU, 13 APRIL 2014 | 09:11 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Eriko Sotarduga mengatakan, dalam pemilihan presiden, PDIP tak mau terjebak oleh dikotomi koalisi dan nonkoalisi.

PDIP juga menolak kesepakatan antarpartai pengusung pemerintah disebut koalisi. "Kami mau disebut kerja sama. Karena kalau koalisi akan terjebak urusan untung-rugi," kata Eriko seusai diskusi "Taka-Tiki Koalisi" di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 12 April 2014. (Baca: Ical Pilih Melawan Jokowi di Pilpres)

PDIP, kata dia, ingin kerja sama menjelang pemilihan presiden didasari semangat bersama untuk membangun bangsa yang lebih kuat. Kerja sama juga tak boleh terpaku pada bagi-bagi jatah menteri seperti yang selama ini terjadi dalam koalisi pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kabinet yang dibangun, kata dia, juga harus didasarkan pada kemampuan dan profesionalisme.

Dia melanjutkan, PDIP ingin masyarakat melihat secara keseluruhan visi dan misi setiap pasangan capres dan cawapres sebelum menentukan pilihan. Pasangan yang diusung PDIP bakal membuka daftar kabinet bayangan sebelum pemilu presiden digelar. Ini dilakukan untuk memberi pendidikan politik yang lebih baik kepada masyarakat.

Sebelumnya, pernyataan senada pernah disampaikan calon presiden dari PDIP, Joko Widodo. Menurut Jokowi, Indonesia yang menganut sistem presidensial tidak mengenal sistem koalisi ataupun oposisi. "Dalam sistem presidensial, presiden diberi kewenangan penuh," kata Jokowi di Taman Suropati, Rabu, 9 April 2014. (Baca: Jokowi: Tak Ada Koalisi Jatah Kursi)

Namun, Jokowi melanjutkan, jika ada partai yang memiliki platform yang sama dan ingin membantu jalannya pemerintah, maka dalam sebuah kabinet dimungkinkan masuknya partai lain. "Kalau ada partai yang punya platform yang sama dengan konsep gotong-royong bersama-sama, ya, kita terbuka. Tapi bukan dalam arti koalisi. Misalnya dia dapat sekian, lalu minta jatah dua kursi. Ini tidak ada. Harus gotong-royong bangun negara," katanya
http://pemilu.tempo.co/read/news/201...in-Seperti-SBY

Prabowo: Apa Salah Saya ke Megawati? (Sampai Tega2nya Mencapreskan Jokowi itu)
Minggu, 16 Maret 2014, 09:49 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ingkar janji Megawati atas perjanjian Batutulis memang sangat menyesakkan bagi Prabowo Subianto. Sang Jenderal merasa sangat kecewa atas tindakan Megawati yang berlaku tidak sesuai perjanjian tersebut.

Dalam perjanjian tersebut terdapat poin yang menyebutkan bila PDIP akan mendukung pencapresan Prabowo dalam pemilu 2014. Saat ditanyakan kepada Probowo mengenai kekecewaannya, ia justru melontarkan pertanyaan serupa kepada awak media."Kalau Anda di pihak saya bagaimana? Kalau Anda ada di pihak saya, Anda kecewa tidak? Bagaimana rasanya?," tegas Letjen Purnawiraan ini dengan nada tingg, saat ditemui sebelum keberangkatan kampanye di Halim Perdana Kusuma, Ahad (16/3) pagi.

Dewan pembina partai Gerindra ini menjelaskan perjanjian Batutulis merupakan perjanjian antara dua pihak saat tahun 2009. Saat itu Prabowo diminta menjadi wakil dari Megawati. Prabowo menambahkan saat itu dia dan kader seluruh partainya merasa sangat cocok dengan Megawati dan partainya."Kita berjuang sama-sama, kita sama-sama nasionalis," ujar Prabowo. Dengan adanya perjanjian Batutulis itu Prabowo merasa bisa memajukan kebaikan bangsa dan negara.

Hanya saja Prabowo tidak mengerti dengan sikap Megawati saat ini. Sebuah perjanjian ini awalnya untuk kebaikan, namun dengan dinamika politik yang berkembang secara tiba-tiba berubah begitu saja."Kalau perjanjian mau diakhiri kan bisa saja. Tapi, saya diberitahu. Kalau tidak cocok kan bisa saja," tutur Prabowo.

Prabowo mengatakan dirinya sudah coba menghubungi Megawati untuk pembahasan mengenai ini beberapa bulan ke belakang. Namun, sampai saat ini belum ada itikad baik dari putri Soekarno itu."Saya tidak mengerti apa salah saya. Karena saya selalu menghormati beliau," lanjut Probowo.
http://www.republika.co.id/berita/pe...ya-ke-megawati

---------------------------

Ternyata banyak sekali yang gelisah-resah, galau, sampai marah-marah, Bu! Itu si Fahri Hamzah, kelihatan sekali dia marah dan emosi


emoticon-Ngakak
0
6.1K
64
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.2KThread41KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.