Bunda dan Mama adalah sebutan lain untuk ibu. Pemanggilan ibu dengan sebutan "mama" sudah menjadi hal yang umum di masyarakat Indonesia. Dalam bahasa gaul ibu disebut dengan Nyokap.

Ibu adalah perempuan yang karena fungsinya yang mulia disebut ibu. Ibu adalah sebutan untuk menghormati kodrat perempuan dan sebagai satu-satunya jenis kelamin yang mampu untuk melahirkan anak, menikah atau tidak mempunyai kedudukan atau tidak, seorang perempuan adalah seorang ibu

Panggilan lain untuk ibu:

Enyak (Betawi dan Bali)
Emak (Sunda)
Inaq (Lombok)
Inang (Batak Toba)
Nande (Batak Karo)
Amak (Minangkabau)
Umay / umai (Dayak Ngaju)

Ibu adalah yang melahirkan kita gan.tapi kita sering melawan atau membantah ibu..coba lah agan simak cerita anak2 tk dibawah ini

“Ehmm…bunda, eh bunda aku orangnya baik, bunda itu cantik ..terus bunda aku juga suka memasak, semua makanannya enak, terus gitu aku suka banget semua masakan bunda, ehm udah” sesosok anak kecil berkuncir pita warna merah buru-buru kembali ke bangkunya

“baik, tepuk tangan untuk Syasa yang sudah bercerita, sekarang giliran Tendi” Kata Bu Guru

“Saya mau bercerita tentang mama, mama saya selalu berangkat pagi –pagi sekali pas saya masih tidur, kadang-kadang juga saya sudah bangun, nanti mama baru pulang pas saya sudah mau tidur, tapi kadang-kadang mama masih sempat ngajak bermain, atau mama mendongengkan sebuah cerita buat saya. Saya selalu suka kalau mama mendongeng, suaranya bagus seperti suara bu guru hehe, terimakasih” Tendi, bocah berambut cepak berlesung pipit itu mengakhiri ceritanya dengan semangat

“Wah, cerita Tendi luar biasa, beri tepuk tangan ya anak-anak, baiklah Levi berikutnya”

“Selamat pagi teman, Levi mau cerita tentang mami, mami levi itu baik banget, kalau pergi kemana-mana selalu beliin Levi mainan, atau baju baru atau sepatu baru. Pokoknya mami levi selalu membuat levi senang, kalau ada mami, levi biasanya minta jalan-jalan ke mall sama papi dan adik juga, nanti disana Levi bisa main sepuasnya, terus makan bareng deh. Makasih”

“Cerita yang menarik ya, oke selanjutnya siapa ya, hmm Gendis bisa maju kedepan ya untuk bercerita, tepuk tangan dulu untuk Levi Yuk”

“Uhm…Mama jarang ada di rumah karena kerjaannya banyak sekali, karena Gendis nggak punya saudara, jadi dari kecil Gendis mainnya sama Mbak Surti. Gendis juga sudah nggak punya papa, papa meninggal waktu Gendis masih 5 tahun, katanya papa kecelakaan, tapi Gendis nggak ingat sih. Gendis sering dimarahi mama kadang juga dicubit, tapi mungkin itu karena Gendis nakal. Gendis belum pernah makan masakan mama, karena mama nggak pernah masak, tapi Gendis sayang mama” Gadis kecil manis berponi itu mengakhiri ceritanya dengan senyum

“Ehem..ehmm, yak uhm..terimakasih ceritanya sayang, Gendis boleh balik ke tempat duduknya, ehm yak tetap beri tepuk tangan atas cerita Gendis” Bu Guru yang biasanya paling bersemangat tepuk tangan dengan cerita muridnya kali ini seperti terpaku.

“Baiklah, sepertinya semua sudah bercerita tentang mamanya ya, tinggal satu lagi nih, ayo Bagus maju, pasti sudah nggak sabar bercerita kan” Bu Guru kembali menyemangati dengan suara dan senyumnya yang indah

“Eeee..apa ya, oh ya saya mau bercerita tentang ibu. Ibuku orangnya baik, ibu juga bekerja seperti ibu-ibu tetangga yang lain, tapi ibu kerjanya malam hari, jadi aku bisa dibuatkan sarapan sama ibu, biasanya aku dibekali nasi goreng, senang rasanya. Ibu bilang kerjanya di restoran, Ibu berangkat kerja kalau sudah jam delapan, biasanya ibu pulang hampir jam tiga, aku jelas masih tidur, tapi kadang-kadang bangun juga kalau ibu mampir ke kamar untuk mencium keningku. Tapi kadang ibu bisa pulang pas mau subuh. Kadang ibu pulang dengan wajah yang biru, kadang di pipi atau dimata, atau di bibir. Ibu selalu bilang kalau tadi habis jatuh. Tapi kadang aku nggak percaya, karena aku juga sering jatuh pas main bola, tapi nggak kaya gitu. Aku sayang banget sama ibu, aku pingin suatu saat nanti bisa bekerja sendiri biar ibu nggak usah lagi malam-malam pergi, biar aku ada yang nemani kalau ngerjain PR, ehmm..ohh ya aku selalu berdoa semoga ibu nggak sering jatuh lagi” akhirnya selesai juga cerita Bagus

“Ehm..Ehm..Ohh, terimakasih ceritanya, Bagus memang anak yang baik” Bu Guru menghampiri Bagus dan membelai rambutnya sambil tersenyum, kali ini tak banyak kalimat yang keluar

“Baik, semua sudah bercerita tentang ibu masing-masing, terimakasih atas semua ceritanya anak-anak..tepuk tangan untuk kita semua, tetap sayang sama ibu kalian ya, karena Ibu pasti juga sayang dan bangga sama kalian, anak-anaknya”