Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

embercorAvatar border
TS
embercor
Bukan Zamannya Lagi Berburu Satria Piningit
Bukan Zamannya Lagi Berburu Satria Piningit




PESTA demokrasi lima tahunan tinggal hitungan bulan. Pencarian Sang Satria Piningit atau Ratu Adil lagi-lagi digambar-gemborkan kembali. Publik seakan melupakan hal yang lebih krusial. Bukan lagi sosok penyelamat kaum papa, tapi kita memerlukan seorang pembaru sistem.
 
Dalam dunia politik, Indonesia yang kental dengan jawanisasi-nya juga memiliki istilah khusus untuk menggambarkan ‘pahlawan penyelamat’ bangsa dari kehancuran. Ada istilah Ratu Adil, ada juga Satria Piningit.  
 
Keduanya penyelamat, tonggak awal lompatan quantum bangsa Indonesia, demikian menurut ramalan. Ratu Adil dan Satria Piningit merujuk kepada dua tokoh yang berbeda, yang mana keduanya berasal dari ramalan Jayabaya seorang Raja Agung di kerajaan Kediri tahun 1135 – 1157 Masehi.  
 
Dalam banyak babak dan lokasi, banyak istilah yang digunakan untuk menyebut yang dinanti-nantikan. Kaum Yahudi memiliki sebutan messiah atau mesias untuk penyelamat yang dipercaya dikirim oleh Tuhan.  
 
Kaum Muslim juga sangat lekat dengan sosok yang akan disebut sebagai Imam Mahdi, konon ia adalah seorang muslim berusia muda yang akan dipilih oleh Allah untuk menghancurkan semua kezaliman dan menegakkan keadilan di muka bumi sebelum datangnya hari kiamat.
 
Dalam jagad perpolitikan nasional, seperti halnya Pemilu, sosok yang dinantikan dan diyakini mampu membuat perubahan besar di Negeri ini adalah sosok Satria Piningit. Siapakah dia? Siapapun boleh menyematkan satria piningit ini pada sosok tertentu, tetapi boleh juga masih berusaha mencarinya.  
 
Jika di periode Pemilu 2004, posisi Satria Piningit seperti disematkan pada Susilo Bambang Yudhoyono ataupun Megawati Sukarnoputri. Lantas untuk 2014 siapa? Banyak nama yang akan muncul.
 
Bagaimana nasib para nominator Satria Piningit sebelumnya? Nyatanya, Presiden SBY yang telah 8 tahun memimpin tidak cukup mampu memberikan perubahan berarti. Mega pun sosoknya seperti sedang melakukan tapa brata.
 
Lantas imej area Satria Piningit menjadi makin absurd saat sejumlah parpol memunculkan sosok-sosok yang mulai senang ‘blusukan’ pula seperti Jokowi. Sebut saja Prabowo Subianto (Gerindra) yang mendekati para petani dan beriklan paling jauh dari korupsi.  
 
Apakah ratu adil itu Rhoma Irama yang lirik lagunya sangat membumi, Aburizal Bakrie yang mulai turun langit ke kalangan wong cilik, atau Hidayat Nurwahid yang sudah pernah kalah tarung di Pemilukada DKI?  
 
Meski tak bisa dipungkiri, sebagian besar masyarakat Indonesia berkali-kali terbukti terbuai Satria Piningit Dreams, tak bijaksana rasanya bila menghilangkan rasionalitas dalam penentuan jalannya pemerintahan mendatang.  
 
Inti dari demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat. Posisi rakyatlah yang sangat menentukan jalannya pemerintahan. Tengoklah kembali satu dawarsa ke belakang raihan Indonesia. Salah satu temuan survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pertengahan Desember 2013 lalu terkait keyakinan publik terhadap pemerintahan menjelang tahun baru 2014.  
 
Muncul kekhawatiran umum mengenai jalannya pemerintahan di tahun politik. Mayoritas publik pun khawatir bahwa presiden dan wakil presiden beserta para pembantunya (menteri) tidak akan fokus lagi dengan tugas-tugas pemerintahan.  
 
Sebanyak 77,42 persen khawatir bahwa para menteri di Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid II tidak akan fokus bekerja karena harus membantu partai sebagai caleg dalam Pemilu 2014 nanti. Sedangkan mereka yang yakin para menteri masih tetap fokus menjalankan tugasnya hanya sebesar 19,35 persen. Seperti diketahui ada 16 menteri atau kurang lebih 50 persen dari menteri-menteri KIB II berasal dari partai politik.
 
Mayoritas publik pun khawatir Presiden dan Wakil Presiden tak akan fokus bekerja menjalankan tugas pemerintahannya karena terganggu dengan penyidikan kasus Century. Beberapa faktor menyebabkan munculnya kekhawatiran publik pemerintahan akan lumpuh di 2014. Salah satunya karena sisi buruk pemerintahan koalisi.
 
Dalam praktek sistem multipartai di Indonesia, pemerintahan yang terpilih secara demokratis merasa perlu memperoleh dukungan mayoritas di Parlemen. Meski logika dukungan parlemen biasanya berlaku untuk sistem pemerintahan parlementer, bukan presidensial seperti yang dianut Indonesia. Oleh karena itu, presiden yang terpilih melalui pemilu mengajak sejumlah partai untuk berkoalisi.
 
Otomatis semua partai yang terlibat dalam koalisi pemerintahan akan fokus dengan kepentingan partainya masing-masing. Persaingan partai politik dalam merebut simpatik dan dukungan publik ini akhirnya mengganggu fokus pemerintah dalam menjalankan tugasnya sehari-hari.
 
Ketidaktegasan SBY sebagai kepala pemerintahan juga menjadi sorotan. Ada dua indikator yang terlihat jelas terkait dengan fokus pemerintahan ini yaitu keputusan SBY mengangkat menteri aktif sebagai ketua harian partai dan SBY pun dianggap membiarkan menterinya menjadi capres konvensi Partai Demokrat.  
 
Syarifuddin Hasan yang masih aktif menjabat sebagai Menteri Negara Koperasi dan UKM diangkat SBY sebagai Ketua Harian Partai Demokrat.  SBY pun terlihat tidak tegas dan terkesan membiarkan menterinya, yaitu Gita Wirjawan (Menteri Perdagangan) yang saat ini ikut bertarung dengan sembilan kandidat lainnya dalam Konvensi Partai Demokrat.  
 
Padahal dalam beberapa kesempatan yang lain, SBY sering meminta para menterinya untuk fokus bekerja menjalankan tugasnya sebagai pembantu presiden. Etik pemerintahan yang lemah juga terjadi di negeri ini. Hal ini dilihat dari adanya 10 menteri yang tercatat sebagai caleg dalam Pemilu 2014.  
 
Kesepuluh menteri itu adalah lima menteri menjadi caleg Partai Demokrat (Syarif Hasan, Jero Wacik, Syarifuddin Hasan, EE. Mangindaan, dan Roy Suryo), dua menteri dari PKS (Tifatul Sembiring dan Suswono), dua menteri dari PKB (Helmy Faishal Zaini dan Muhaimin Iskandar), dan satu menteri dari PAN (Zulkifli Hasan).  
 
Saking banyaknya pekerjaan mengurus rakyat, mungkin mereka memang butuh hiburan di panggung politik. Sistem pemerintahan ideal pun tak tercapai karena semua berlomba-lomba memburu sosok Satria Piningit sejati. Apa gunanya? Tak lebih hanya sekadar obat sakit kepala yang menghilangkan pening untuk sementara.






sumber;http://m.okezone.com/read/2013/12/31/59/919805/bukan-zamannya-lagi-berburu-satria-piningit




____________________________
siapapun presiden berikutnya,mudah2an banyak membawa perubahan yg baik bagi negri ini,,,
,,,,,,dan ane ucapin met tahun baru agan semua
Bukan Zamannya Lagi Berburu Satria Piningitemoticon-I Love Indonesia (S)
0
2.7K
26
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.9KThread41.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.