- Beranda
- Martial Arts
Pencak Silat Sunda Maenpo Cikalong
...
TS
ells
Pencak Silat Sunda Maenpo Cikalong
Salam.
Mohon maaf sebelumnya. Saya pribadi bukanlah praktisi Cikalong, malah bukan praktisi Silat sama sekali.
Jujur di sini saya memang memasang topik ini demi menggali informasi tentang Maenpo Cikalong yg saya kagumi dari dulu namun sampai sekarang belum berkesempatan utnuk menimba ilmunya.
Jadi silahkan akang2 yg lebih mengenali Maenpo Cikalong untuk sharing di sini. Saya akan sangat berterima kasih sekali.
Salam hormat.
Mohon maaf sebelumnya. Saya pribadi bukanlah praktisi Cikalong, malah bukan praktisi Silat sama sekali.
Jujur di sini saya memang memasang topik ini demi menggali informasi tentang Maenpo Cikalong yg saya kagumi dari dulu namun sampai sekarang belum berkesempatan utnuk menimba ilmunya.
Jadi silahkan akang2 yg lebih mengenali Maenpo Cikalong untuk sharing di sini. Saya akan sangat berterima kasih sekali.
Salam hormat.
Quote:
Sejarah Maenpo Cikalong
Menurut tuturan Raden Memed bin Raden Obing Ibrahim yang lahir di Cianjur pada tahun 1919. Pada tahun 1994 (Usia 75 tahun) ia bertutur bahwa aliran Maenpo ini berasal dari Ciptaan Juragan Haji Ibrahim Cikalong.
Cikalong adalah nama sebuah tempat di Cianjur yang digunakan untuk penamaan aliran yang lahir ditempat ini. Berdasarkan tradisi lisan atau cerita para sesepuh yang mengalami atau yang mengetahui sejarah lahirnya dan tersebarnya bela diri Cikalong ini adalah yang menjadi murid-murid utama, yakni Raden Ibrahim atau Raden Djajaperbata dan termasuk anak cucunya sendiri yang merupakan keturunan Dalem Aria Cikalong.
Karena pada saat itu yang pertama kali menyebarkan Bela Diri Maenpo ini adalah keluarga besar atau keturunan Dalem Aria Cikalong. Kesimpulannya Maenpo sebelumnya adalah bersifat rahasia dan hanya dipelajari oleh lingkungan Dalem Aria Cikalong (golongan Ningrat). Raden Memed juga menuturkan kalau ingin memiliki Maenpo yang ideal adalah perlu adanya ketekunan serta rajin dalam mempelajarinya, antara lain ia berkata: "Kita dapat menjalankan Maenpo yang sesungguhnya hanya apabila kita sudah betah, sudah merasa jadi kulit dan jadi daging bersatu dalam badan kita".
Dalam Tuturannya Raden Memed juga menerangkan bahwa Maenpo Cikalong tidak dikhususkan untuk bentuk tubuh dan ukuran tenaga tertentu, melainkan untuk siapapun baik yang bertubuh tinggi maupun bertubuh pendek, baik yang bertenaga kuat maupun yang bertenaga lemah. Orang yang bertubuh kecil dalam menghadapi orang yang bertubuh besar tentu mencari akal dan menjalankan siasat agar dapat melawan dengan tenaga yang kecil, sebab manusia dapat menambah tubuhnya dengan akal.
Bagi manusia kuat jangan dilawan dengan kuat, kuat hendaknya dilawan dengan lemah, yang berat harus dilawan dengan ringan, yang cepat harus dilawan dengan yang lambat. Hal ini menyimpang dari kebiasaan seolah-olah tidak masuk akal, karena itu Maenpo harus direnungkan dan dipelajari dengan rajin. Tanpa mempelajarinya dengan rajin kita tidak akan memilikinya. Hakikat Bela Diri Maenpo adalah mampu mengatasi atau menaklukkan lawan dengan tidak mengandalkan kekuatan jasmani artinya harus mengandalkan tekhnis metode ilmu bela diri dengan sempurna dan tepat, sehingga semua selamat tidak ada yang mendapat malapetaka, baik diri kita sendiri maupun lawan.
Raden Abad salah seorang dari kalangan Pendekar di Cianjur mengatakan bahwa dalam perilaku Maenpo setiap tindak dan gerak itu mengandung maksud untuk menjauhkan orang yang akan berbuat kerusakan, menolak orang yang hendak berkhianat dengan memperlakukan kekasaran pada diri kita (Serangan fisik).
Satu lagi keistimewaan Raden H. Ibrahim adalah dalam penerimaan murid. Beliau tidak memiliki murid yang banyak karena beliau berpikir setiap murid harus punya waktu khusus dengan beliau. Satu waktu latihan untuk satu murid. Dan juga beliau sangat berhati-hati dalam memilihnya, karena apa yang beliau pelajari dan ajarkan bisa menjadi sangat berbahaya kalau ada di tangan yang salah.
Dengan jalan begitu beliau betul-betul mengenal karakter setiap murid dan juga kelebihan serta kekurangan masing-masing. Beliau tidak akan begitu saja misalnya mengajarkan Peupeuhan kalau murid itu punya kelebihannya di Ulin Tangtung, begitu sebaliknya. Tetapi ada juga murid-murid yang sangat berbakat, misal Rd. Obing (yang akhirnya dikenal dengan nama Rd. Obing Ibrahim, nama Ibrahim diberikan oleh Rd. H. Ibrahim sendiri karena sangat sayang dengannya). Rd. Obing Ibrahim adalah contoh murid yang diajarkan semuanya.
Dari semuanya itu, yang sangat penting di Maenpo Cikalong adalah Olah Rasa, yang dilakukan melalui Ulin Tapel. Jadi murid-murid baik itu yang pelajar Peupeuhan, Ulin Tangtung, Ulin Puhu, dsb pada akhirnya semua belajar Ulin Tapel. Ulin Tapel (olah rasa) sendiri dilakukan dalam tahapan:
1. Rasa Napel
2. Rasa Anggang
3. Rasa Sinar
1. Rasa Napel (Napel = Menempel)
Ini adalah tahap pertama dalam olah rasa, dilakukan dengan menempelkan kedua lengan dengan lawan. Untuk murid dengan rasa yang sudah sangat halus dan tajam, mereka melakukannya dengan tidak melihat (menunduk atau menutup mata dengan kain), tetapi bisa merasakan pergerakan lawan maupun arah tenaga dan sumber tenaga lawan.
2. Rasa Anggang (Anggang = terdapat jarak)
Tahapan kedua adalah rasa anggang, yang dilakukan tanpa menempelkan tangan, dan mencoba membaca tenaga, arah serangan, sumber tenaga dan pergerakan lawan. Ini seperti rasa napel yang diberi jarak. Seperti juga dalam rasa napel, murid-murid expert bisa melakukannya dengan mata tertutup.
3. Rasa Sinar
Ini mungkin terdengar dan terlihat seperti utopia, seperti mimpi seperti khayalan. Tetapi kalau sudah melihat seorang pelaku Maenpo Cikalong melakukannya mungkin akan percaya. Hal ini tidak berhubungan dengan ilmu ghaib. Rasa Sinar sendiri bisa diartikan latihan intuisi dan eksistensi. Mungkin salah satu contoh penerapannya kita bisa mengetahui orang yang datang mendekati kita itu punya niat baik atau jahat. Sesuai dengan namanya, merasakan dari sinar orang.
Ketiga Olah Rasa tersebut bertujuan untuk mencari kesempurnaan rasa dalam Maenpo Cikalong yang disebut rasa sajeroning rasa, artinya rasa di dalam rasa. Sebuah wujud ketenangan dan kematangan dalam ber-Maenpo.
Menurut tuturan Raden Memed bin Raden Obing Ibrahim yang lahir di Cianjur pada tahun 1919. Pada tahun 1994 (Usia 75 tahun) ia bertutur bahwa aliran Maenpo ini berasal dari Ciptaan Juragan Haji Ibrahim Cikalong.
Cikalong adalah nama sebuah tempat di Cianjur yang digunakan untuk penamaan aliran yang lahir ditempat ini. Berdasarkan tradisi lisan atau cerita para sesepuh yang mengalami atau yang mengetahui sejarah lahirnya dan tersebarnya bela diri Cikalong ini adalah yang menjadi murid-murid utama, yakni Raden Ibrahim atau Raden Djajaperbata dan termasuk anak cucunya sendiri yang merupakan keturunan Dalem Aria Cikalong.
Karena pada saat itu yang pertama kali menyebarkan Bela Diri Maenpo ini adalah keluarga besar atau keturunan Dalem Aria Cikalong. Kesimpulannya Maenpo sebelumnya adalah bersifat rahasia dan hanya dipelajari oleh lingkungan Dalem Aria Cikalong (golongan Ningrat). Raden Memed juga menuturkan kalau ingin memiliki Maenpo yang ideal adalah perlu adanya ketekunan serta rajin dalam mempelajarinya, antara lain ia berkata: "Kita dapat menjalankan Maenpo yang sesungguhnya hanya apabila kita sudah betah, sudah merasa jadi kulit dan jadi daging bersatu dalam badan kita".
Dalam Tuturannya Raden Memed juga menerangkan bahwa Maenpo Cikalong tidak dikhususkan untuk bentuk tubuh dan ukuran tenaga tertentu, melainkan untuk siapapun baik yang bertubuh tinggi maupun bertubuh pendek, baik yang bertenaga kuat maupun yang bertenaga lemah. Orang yang bertubuh kecil dalam menghadapi orang yang bertubuh besar tentu mencari akal dan menjalankan siasat agar dapat melawan dengan tenaga yang kecil, sebab manusia dapat menambah tubuhnya dengan akal.
Bagi manusia kuat jangan dilawan dengan kuat, kuat hendaknya dilawan dengan lemah, yang berat harus dilawan dengan ringan, yang cepat harus dilawan dengan yang lambat. Hal ini menyimpang dari kebiasaan seolah-olah tidak masuk akal, karena itu Maenpo harus direnungkan dan dipelajari dengan rajin. Tanpa mempelajarinya dengan rajin kita tidak akan memilikinya. Hakikat Bela Diri Maenpo adalah mampu mengatasi atau menaklukkan lawan dengan tidak mengandalkan kekuatan jasmani artinya harus mengandalkan tekhnis metode ilmu bela diri dengan sempurna dan tepat, sehingga semua selamat tidak ada yang mendapat malapetaka, baik diri kita sendiri maupun lawan.
Raden Abad salah seorang dari kalangan Pendekar di Cianjur mengatakan bahwa dalam perilaku Maenpo setiap tindak dan gerak itu mengandung maksud untuk menjauhkan orang yang akan berbuat kerusakan, menolak orang yang hendak berkhianat dengan memperlakukan kekasaran pada diri kita (Serangan fisik).
Satu lagi keistimewaan Raden H. Ibrahim adalah dalam penerimaan murid. Beliau tidak memiliki murid yang banyak karena beliau berpikir setiap murid harus punya waktu khusus dengan beliau. Satu waktu latihan untuk satu murid. Dan juga beliau sangat berhati-hati dalam memilihnya, karena apa yang beliau pelajari dan ajarkan bisa menjadi sangat berbahaya kalau ada di tangan yang salah.
Dengan jalan begitu beliau betul-betul mengenal karakter setiap murid dan juga kelebihan serta kekurangan masing-masing. Beliau tidak akan begitu saja misalnya mengajarkan Peupeuhan kalau murid itu punya kelebihannya di Ulin Tangtung, begitu sebaliknya. Tetapi ada juga murid-murid yang sangat berbakat, misal Rd. Obing (yang akhirnya dikenal dengan nama Rd. Obing Ibrahim, nama Ibrahim diberikan oleh Rd. H. Ibrahim sendiri karena sangat sayang dengannya). Rd. Obing Ibrahim adalah contoh murid yang diajarkan semuanya.
Dari semuanya itu, yang sangat penting di Maenpo Cikalong adalah Olah Rasa, yang dilakukan melalui Ulin Tapel. Jadi murid-murid baik itu yang pelajar Peupeuhan, Ulin Tangtung, Ulin Puhu, dsb pada akhirnya semua belajar Ulin Tapel. Ulin Tapel (olah rasa) sendiri dilakukan dalam tahapan:
1. Rasa Napel
2. Rasa Anggang
3. Rasa Sinar
1. Rasa Napel (Napel = Menempel)
Ini adalah tahap pertama dalam olah rasa, dilakukan dengan menempelkan kedua lengan dengan lawan. Untuk murid dengan rasa yang sudah sangat halus dan tajam, mereka melakukannya dengan tidak melihat (menunduk atau menutup mata dengan kain), tetapi bisa merasakan pergerakan lawan maupun arah tenaga dan sumber tenaga lawan.
2. Rasa Anggang (Anggang = terdapat jarak)
Tahapan kedua adalah rasa anggang, yang dilakukan tanpa menempelkan tangan, dan mencoba membaca tenaga, arah serangan, sumber tenaga dan pergerakan lawan. Ini seperti rasa napel yang diberi jarak. Seperti juga dalam rasa napel, murid-murid expert bisa melakukannya dengan mata tertutup.
3. Rasa Sinar
Ini mungkin terdengar dan terlihat seperti utopia, seperti mimpi seperti khayalan. Tetapi kalau sudah melihat seorang pelaku Maenpo Cikalong melakukannya mungkin akan percaya. Hal ini tidak berhubungan dengan ilmu ghaib. Rasa Sinar sendiri bisa diartikan latihan intuisi dan eksistensi. Mungkin salah satu contoh penerapannya kita bisa mengetahui orang yang datang mendekati kita itu punya niat baik atau jahat. Sesuai dengan namanya, merasakan dari sinar orang.
Ketiga Olah Rasa tersebut bertujuan untuk mencari kesempurnaan rasa dalam Maenpo Cikalong yang disebut rasa sajeroning rasa, artinya rasa di dalam rasa. Sebuah wujud ketenangan dan kematangan dalam ber-Maenpo.
0
80.2K
Kutip
368
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Martial Arts
644Thread•1.8KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya