Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mat_indonAvatar border
TS
mat_indon
Ini Dia yang Diduga Membocorkan Info Pengusiran Jokowi dari Rumah Megawati
http://jaringnews.com/politik-perist...rumah-megawati

Senin, 14 April 2014 18:00 WIB

Ini Dia yang Diduga Membocorkan Info Pengusiran Jokowi dari Rumah Megawati
Helena Tan

Ini Dia yang Diduga Membocorkan Info Pengusiran Jokowi dari Rumah Megawati
Berita utama The Jakarta Post tentang pengusiran Jokowi oleh Puan (Foto: Istimewa)


Klaim bahwa Jokowi Effect tidak bekerja sengaja dihembuskan untuk membentuk opini bahwa kemenangan Jokowi–Ahok di Pilkada DKI lalu bukan dipengaruhi faktor Jokowi semata, melainkan juga faktor Ahok.

JAKARTA, Jaringnews.com - Pemberitaan The Jakarta Post (TJP) tentang pengusiran Calon Presiden PDI Perjuangan, Joko Widodo alias Jokowi, dari kediaman Megawati di jalan Teuku Umar Jakarta oleh Puan Maharani telah menyulut kehebohan di lingkungan dalam maupun luar PDIP. Secara resmi, Jokowi maupun sejumlah petinggi PDIP membantah adanya keributan tersebut. Jokowi bahkan menegaskan Puan Maharani tidak sedang berada di Jalan Teuku Umar pada saat itu. Ia pun menegaskan belum bertemu putri Megawati itu semenjak usainya Pemilu Legislatif (Pileg).

Namun, bantahan ini tak menghentikan kontroversi pemberitaan. Pihak PDIP menganggap pemberitaan itu fitnah dan tidak didasarkan pada kenyataan. Lebih jauh, muncul pertanyaan serius tentang kredibilitas sumber anonim yang dikutip oleh harian berbahasa Inggris itu. Jokowi dengan tegas menganggap pemberitaan itu tidak mengandung kebenaran. Sejumlah pihak mempertanyakan apakah surat kabar sekaliber TJP mau mempertaruhkan reputasinya untuk menuliskan laporan fiktif.

Laporan yang kontroversial itu pertama kali muncul di TJP tanggal 12 April 2014 dengan judul Jokowi Shrugs Off Infighting, ditulis oleh wartawan TJP, Hans David Tampubolon bersama kontributor Hasyim Widhiarto. Dalam berita itu dituturkan bahwa Puan Maharani marah kepada Jokowi karena hasil perolehan suara PDIP tidak mencapai angka 25%. Kemarahan itu memuncak karena Jokowi Effect yang digembar-gemborkan akan mendongkrak suara PDIP di atas 25% itu ternyata tidak ampuh. Kemarahan ini menurut sumber anonim TJP, mendorong Puan mengusir Jokowi dari pertemuan di rumah ibunya.

Dikarenakan dalam pemberitaannya TJP mengutip sumber-sumber anonim wajar jika muncul pertanyaan siapa sumber itu? Apakah sumber ini dapat dipercaya? Sebab Jokowi telah menegaskan bahwa pertikaian tersebut tidak ada. TJP mengutip sumbernya, bahwa yang hadir pada pertemuan itu antara lain Politisi PDIP, Eriko Sotarduga, Wakil Sekjen Hasto Kristianto, pakar politik UGM, Cornelis Lay, pakar pertahanan, Andi Widjajanto, suami Puan, Happy Hapsoro, putra Megawati, Prananda Prabowo dan Jokowi serta Megawati. Namun, mereka semua telah membantah adanya keributan tersebut.

Seorang Kompasianer dengan nama akun Ratu Adil (RA) dan mengklaim diri sebagai "Political and Corporate Spy with 12 Years Experience," menurunkan analisis yang menarik. Ia mencari kemungkinan siapa sumber anonim tersebut dengan menelusuri tendensi pemberitaan TJP mengenai kiprah Jokowi dan relasinya dengan kubu Prabowo Subianto dari Partai Gerindra, termasuk dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama.

Menurut RA, adanya pemberitaan pertikaian antara Jokowi dan Puan setidaknya memiliki dua tujuan. Pertama, untuk mengecilkan atau menihilkan Jokowi Effect. Kedua, menciptakan perpecahan di PDIP sehingga nasib Jokowi sebagai capres goyah.

"Dari sini sebetulnya sudah terlihat siapa yang bermain, namun perlu diperjelas," tulis RA.

RA menilai, klaim bahwa Jokowi Effect tidak bekerja memang sengaja dihembuskan untuk membentuk opini bahwa kemenangan Jokowi–Ahok di Pilkada DKI lalu bukan dipengaruhi faktor Jokowi semata, melainkan faktor Ahok. Opini yang hendak dibangun oleh arsitek “Jokowi Effect tidak berpengaruh,” menurut RA, adalah Jokowi tidak boleh dipisahkan dari Ahok. Dengan kata lain, ingin dikatakan bahwa Tanpa Ahok, Jokowi Tak Akan Menang di Pilpres 2014.

RA semakin meyakini hal ini lewat penelusurannya atas pemberitaan TJP sebelumnya yang ditulis oleh wartawan yang sama dengan yang menulis berita perihal pengusiran Jokowi. TJP 4 April, dalam artikel berjudul "Gerindra, PDI-P tangled in complicated relationship," kembali koran ini mengutip sumber anonim. Sumber itu mengatakan telah ada pembicaraan antara Hashim Djojohadikusumo dan Megawati mengenai Ahok jadi Cawapres Jokowi. Dikatakan pula bahwa pembicaraan itu sudah final.

Selanjutnya dikatakan bahwa Mengawati menganggap koalisi dengan Gerindra merupakan yang paling logis untuk meraih 31 persen suara, dibandingkan dengan Partai Golkar dan Demokrat. Dalam pertemuan itu diputuskan bahwa koalisi akan diumumkan seusai Pileg. Perjanjian koalisi tersebut, menurut sumber anonim TJP akan diumumkan seusai Pileg.

“Hashim memahami secara realistis bahwa PDIP akan memenangi Pileg. Itu sebabnya dia mengajukan Ahok menjadi pasangan Jokowi, setelah Mengawati secara resmi mengumumkan pencalonan Jokowi seusai Pileg," demikian TJP mengutip sumbernya.

TJP juga mengutip sumber yang mengatakan, "Hashim mencintai abangnya (Prabowo) dengan sangat dan tidak ingin Prabowo kehilangan harga diri dengan menjadikannya cawapres Jokowi. Itu sebabnya Ahok diajukan. Dengan cara ini, Hashim menempatkan Prabowo sebagai seorang pemimpin yang sudi mengesampingkan egonya untuk membiarkan Ahok berpasangan dengan Jokowi sebagai simbol kepemimpinan di Indonesia."

Sayangnya, demikian TJP menulis, kesepakatan Hashim dan Megawati tak bisa direalisasikan. Megawati tidak mengindahkannya dan justru mengumumkan pencalonan Jokowi lebih awal. Ini membuat Prabowo sangat kecewa. Akibatnya terjadi perang pernyataan antara PDI-P dengan Prabowo.

Di sinilah, menurut sumber anonim TJP, Ahok bermain. "Ahok kemudian mencoba memainkan peran sebagai pendamai antara Prabowo dan Megawati."

Masih mengutip sumber anonim, TJP selanjutnya menggambarkan bahwa Ahok menjadi satu-satunya tokoh yang dapat dipercaya oleh PDI Perjuangan maupun Gerindra.

Terlepas dari apakah berita ini benar atau tidak, bagi RA, cara TJP menuliskan berita-berita tentang ketegangan Jokowi vs Puan dan Megawati vs Prabowo sudah merupakan indikasi yang tidak netral. Menurut dia, berita-berita itu merupakan pembentukan opini bahwa Jokowi Effect tidak bekerja dan menimbulkan perpecahan internal PDIP.

Selanjutnya, demikian RA, "Dapat ditebak arah selanjutnya dari pergerakan wacana ini yaitu untuk membentuk opini bahwa Jika PDIP ingin menang di Pilpres 2014, Jokowi perlu didampingi Ahok sebagai cawapres..

Menurut RA, dimajukannya Ahok sebagai cawapres untuk Jokowi, merupakan Plan B Gerindra untuk mengantisipasi apabila Surya Dharma Ali yang digoyang oleh 26 DPW dengan mosi tidak percaya menyebabkan PPP batal koalisi dengan Gerindra.

Belum ada tanggapan terhadap analisis RA yang dia turunkan lewat tulisan berjudul Siapa Fitnah Puan Maharani Soal Pengusiran Jokowi ini.


(Hal / Ben)

----------------
Komen: nah udah tahu kan siapa yang nyebarin gosipnya emoticon-Big Grin
tersangkanya ada dua, dan salah satu darinya sudah cuci tangan, nyalahin orang satunya:

https://twitter.com/hasyimwidhiarto
https://twitter.com/hansdavidian

0
5.1K
23
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.1KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.