Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

khazanah.netAvatar border
TS
khazanah.net
Why Children Don't Think (Orang Tua Wajib Masuk)
Why Children Don't Think (Orang Tua Wajib Masuk)
JANE M Healy, Ph. D -penulis buku “Endangered Minds: Why Children Don’t Think and What We Can Do About It”, setelah menjalani profesi megajar selama berpuluh-puluh tahun menyadari adanya perbedaan pada anak-anak zaman sekarang, perbedaan yang negatif, sungguh disayangkan.

Anak-anak masa kini cenderung mengalami penurunan signifikan pada segala aspek pembelajaran yang berhubungan dengan bahasa: mulai dari MEMBACA, MENULIS, penalaran analitis dan pengungkapan pikiran secara lisan, dimana itu semua sangat berpengaruh pada kemampuan berkonsentrasi pada rentan waktu yang lama serta kemampuan memecahkan masalah yang menuntut beberapa langkah penyelesaian. Argumen yang juga di-iya-kan oleh kawan sejawatnya dan mungkin kita semua (anak zaman sekarang lebih susah untuk dididik).

Lantas apa berarti anak-anak zaman sekarang lebih bodoh?, Tidak. Tren IQ terus mengalami kenaikan tiap tahunnya yang mengindikasikan kecerdasaan anak makin meningkat dalam kurun waktu.

Lantas apa yang salah?, ini yang coba dijabarkan oleh Jane M Healy, sebagian orang mungkin akan menyalahkan para guru dan lembaga pendidikan karena tidak kompeten memberikan pengajaran sehingga tidak mendongkrak kecerdasan yang ada pada diri anak-anak karena faktanya waktu belajar anak lebih banyak dihabiskan di sekolah. Tapi patut untuk diresapi keluh yang dirasakan para pengajar, Ia (penulis) mengatakan, “Saya menduga ini semua karena TV dan orangtua yang terlalu sibuk,” kecamnya, “Dulu, orangtua punya waktu untuk mengajak anaknya mengalami berbagai hal bersama, punya waktu untuk berdiskusi, membacakan buku (bercerita), olahraga bareng, tapi sekarang kalau pergi keluar paling-paling cuma untuk mengantarkan anaknya berangkat ke sekolah atau kursus. Padahal tanpa pengalaman, tidak akan terbentuk konsep. Tanpa konsep, rentang perhatian menjadi pendek, karena anak tidak paham isi percakapan.”

Jawaban yang patut diresapi karena ia mengatakannya bukan tanpa alasan, penjelasan lebih lanjut dalam bukunya memaparkan data (fakta) yang mencengangkan:

Survei membuktikan, anak yang suka baca kini terbilang makhluk langka. Riset terhadap para siswa kelas 5 SD mendapati bahwa 50% anak hanya membaca selama 4 menit atau kurang per hari, 30% membaca 2 menit atau kurang, dan 10% tidak membaca sama sekali, sementara durasi harian mereka menonton televisi terus meningkat. Makin sedikit anak muda yang meminati karya sastra berbobot. Oplah buku-buku ‘serius’ mengalami tren menurun. Lebih celaka lagi, survei lain menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak terampil dan/atau tidak suka membaca ini merasa diri mereka “baik-baik saja”, tidak merasa punya masalah dengan kemampuan membaca mereka, dan tidak merasa perlu bantuan untuk memperbaikinya.

Dari data ini, Jane dengan sedih menyimpulkan bahwa generasi muda kita sedang mengalami sindrom iliterasi (keterampilan membaca kurang) dan aliterasi (minat membaca rendah). Bernice Cullinan dari New York University merumuskan aliterate sebagai “orang yang tahu cara membaca, tapi memilih untuk tidak membaca” – mereka tidak menganggap membaca itu sumber kesenangan, lebih suka mencari informasi dari media audiovisual daripada tulisan. Karena akhirnya hanya memperoleh informasi secara dangkal, seorang yang enggan membaca secara substansial tidak lebih hebat dari mereka yang belum mampu membaca.”

Situasi iliterasi dan aliterasi yang semakin parah karena orang-orang tua juga memberi contoh serupa, dan lebih parahnya mereka tidak mengetahui apa yang sedang mengintai (bahaya) di kedepannya. Anak-anak yang cenderung monoton otak kiri nantinya hanya akan menjadi spesialis pegawai, melakukan satu pekerjaan ahli namun kurang memiliki inisiatif untuk berimprofisasi. Dan yang lebih mengkhawatirkan adalah terciptanya generasi muda yang pasif terhadap sesamanya, cenderung egois dan (maaf) bengis -seperti yang sedang melanda negeri ini, Korupsi (tindakan tanpa hati nurani). So, masa depan memang ada di tangan kita (kawula muda, remaja) tapi seperti apa kita ditentukan oleh kualitas pembetukan mereka (para dewasa, orang tua). Mulai dari hal kecil, membaca dan membacakan, menulis dan berbagi tulisan.

SUMBER
Diubah oleh khazanah.net 14-04-2014 06:35
0
800
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.6KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.