Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

menthungAvatar border
TS
menthung
Tips menghindari penipuan pengobatan alternatif
Bismillaah…
Memperhatikan berita akhir-akhir ini yang sedang ramai dengan banyaknya pengobatan alternatif yang ternyata dikemudian hari banyak yang merasa dirugikan atau bahkan merasa di tipu oleh si “usaha pengobat/penyembuh dengan do’a” dengan gelar yang bermacam-macam, dengan hasil yang kurang sesuai atau bahkan seakan-akan “menipu”. Ada baiknya kita sebagai si pencari obat atau pencari kesembuhan perlu berhati-hati dalam mencari calon penyembuh dengan do’a. Berikut asumsi dari penulis yang didapat dari berbagai macam sumber, dan silahkan diambil baiknya apabila ada baiknya dan acuhkan kalau tidak berkenan.
Sebagai “calon pasien“ kita perlu memperhatikan bahwa seorang “usaha pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a“ (entah itu dokter atau apalah namanya) tetap manusia biasa dan bukan Tuhan (dan keterangannya “manusia biasa” pembaca bisa mendeskripsikan sendiri menurut masing-masing pemikiran dan agama serta kepercayaannya). Jangankan seorang yang bertitel dokter yang sudah tertahun tahun belajar, yang terkadang masih terjadi malpraktek dalam rangka usaha pengobatannya. Apa lagi dengan cara pengobatan alternatif yang belum ada pendidikan secara legal, dan bahkan sampai sekarang belum ada sekolahan resmi bagaimana si “calon pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a” mendapat ilmunya (silahkan pembaca deskripsikan sendiri “do’a” itu apa?).
Untuk itu perlu kecermatan dalam memilih “calon pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a” diantaranya jangan sekali-kali kita sebagai “calon pasien” silau dengan gelar gelar yang menempel atau ditempelkan pada “calon pengobat/penyembuh dengan do’a”, terserah itu gelarnya apa?, dan dari agama atau kepercayaan apapun maka dapat disimpulkan bahwa “calon pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a” ingin mendapatkan sesuatu di balik gelar tersebut (silahkan asumsikan sendiri maksud “ingin mendapatkan sesuatu dibalik gelar-gelar tersebut”). Apalagi “calon pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a” berani mengiklankan diri di berbagai media.
Bisa jadi perantara penyembuhan adalah orang-orang yang berada diantara sekeliling kita, entah itu pembantu/tetangga/bawahan/tukang sayur/office boy/tukang parkir/kuli bangunan/tukang sol atau anak kecil sekalipun, maka dari itu jangan mengangap remeh mereka, bisa jadi atau siapa saja yang anda tidak disadari mereka mempunyai kekuatan do’a yang lebih, dari pada mereka yang ada gelarnya, namun mereka memang sengaja tidak mau menunjukkan kemampuan mereka karena patuh terhadap petuah dari yang mengajari bahwa dunia akherat tidak akan selamat apabila ilmu diperjualbelikan, atau karena memang mereka tidak menyadari mempunyai kemampuan lebih tersebut.
Menurut kepercayaan yang di anut penulis, mereka yang mempunyai “kemampuan lebih” lumrahnya tidak akan pernah dipamerkan atau bahkan diumbar-umbar, karena kuatir kemampuan yang dimiliki akan meredup atau bahkan semakin menjauh, contohnya jika diantara ada yang diobati sembuh lalu pamer kepasien lain, munculah kesombongan namun dibalik itu puluhan atau bahkan ratusan yang berobat tidak kunjung sembuh malah diperdaya.
Penulis percaya bahwa pembaca juga sekiranya tahu bahwa do’a adalah titipan dari illahi, terkadang kemanjuran suatu do’a hanya sesaat seketika dibutuhkan. Selagi kita percaya bahwa itu cara kesembuhannya harus dengan cara yang demikian yang terkadang kita sendiri tidak sadari. Penulis juga maklum bahwa terkadang sebagai pencari kesembuhan akan melakukan apapun demi kesembuhan penyakit yang diderita (pemikiran yang penting sembuh urusan belakang itu sudah lumrah), namun dengan pemikiran yang jernih dan disertai do’a dari sendirilah tetap yang utama, sedangkan “pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a” hanyalah sebagai perantara saja.
Menurut penulis seorang “pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a” yang mujarab do’anya gampang-gampang susah mencarinya, seperti keterangan penulis diatas sebelumnya. Tapi dari ciri-ciri ini barangkali bisa menjadi referensi pembaca dalam mencari “calon pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a”, diantaranya mereka tidak perlu menyematkan gelar (seperti keterangan diatas) karena ada beberapa bagi mereka gelar adalah awal kesombongan dan dihadapan sang khalik tidak ada gunanya itu gelar. Biasanya tempat tinggal si “calon pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a” itu jauh dari kesan duniawi yang wah, apalagi bermegah-megah tetapi tidak juga harus tinggal dihutan atau digua, cara berpakaian juga sewajarnya atau bahkan terkesan seperti orang kurang waras karena mereka memang tidak mau menonjolkan diri mempunyai “kemampuan lebih”.
Seandainya “calon pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a” mau menangani, syarat pertama yang di ajukan bukan “maharnya sekian atau pendaftarannya sekian” tetapi biasanya anda ditanya “saya tidak bisa apa-apa/saya hanya orang biasa/saya bukan kyai juga bukan ustad apalagi orang pintar saya hanya kuli bangunan/tukang ojek dan lain sebagainya (intinya menghindar atau mengelak), kenapa demikian karena rasa kepercayaan kita sebagai calon pasien sewaktu kita datang akan diuji sampai seberapa tinggi rasa percaya kita terhadap “calon pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a” tersebut, karena kita terkadang berpikiran dalam hati “masak sih orang kaya gini, belum tempatknya kok…. dan bla bla bla lainnya” dan menganggap orang yang manjur do’anya mesti harus berjubah, berjenggot (kalau perlu panjangnya yang 1 meter barangkali), bertongkat 2 meter barangkali biar mantap atau bersurban, pakai cincin batu yang gedenya sekepalan tangan biar terkesan mantap, atau rambut di gondrongin biar lebih serem, atau pakai gelang bahar biar kaya jagoan jaman dulu, atau pake pendupaan biar tambah terkesan mistis dan lain-lain (pembaca bisa lanjutkan sendiri).
“Calon pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a” yang manjur menurut penulis tidak mesti ramai dikunjungi orang, juga apa yang dipakai dan dikenakan. Juga belum tentu fasih bacaan qur’an-nya mampu menjadi perantara do’a untuk penyembuh, entah sengaja merendah atau menutupi, kebanyakan orang-orang yang punya kelebihan tersebut menutupi atau seolah-olah memang demikian. Ada juga yang cukup menggunakan bahasa sehari-hari kita, tetapi do’anya di kobul. Terkadang apa yang kita remehkan dan pandang sebelah mata malah luar biasa hasilnya, hal ini banyak literatur tentang orang-orang berpenampilan biasa tetapi luar biasa manjur do’anya. Nah untuk mencarinya menurut penulis, kita harus banyak berdo’a minta pentunjuk dari yang kuasa dimudahkannya dan dipertemukan dengan “calon pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a” tersebut, selain masukan dari orang di sekeliling anda (bisa tetangga, pembantu, dan lain-lain).
Juga dalam tata cara pengobatan perlu diperhatikan bahwa diantara yang terbaik sarana do’a itu, syaratnya tidak aneh-aneh (semisal: bambu pethuk, batu anti pecah, susuk berlian yang panjangnya 1 meter barangkali) dan berbiaya mahal, ada juga syaratnya harus menggunakan mahkluk hidup (menurut penulis kasian), dan syarat mahal lainnya jika dihitung-hitung isi tabungan atau simpanan untuk biaya hidup bisa ludes, maka carilah syarat yang sederhana kalau perlu gratis (misalnya hanya melalui media air itupun hanya 1gelas/1sendok makan barangkali). Juga dalam acara do’a perlu transparansi atau tidak ada yang ditutup-tutupi, dalam ruangan terbuka dan bisa disaksikan bersama-sama. Perlakukan terhadap pasien yang datang mau pejabat atau petani diperlakukan hak sama/tidak ada privatisasi, hal tersebut akan mengurangi rasa kesombongan dan meningkatkan rasa empati bagi si pasien bahan penyakit tidak mengenal pejabat maupun petani.
Tata cara transparansi ini perlu di cermati oleh calon pasien, banyak kasus usaha pengobat/penyembuh cabul, karena dalam pengobatannya si pasien di masukkan keruangan tertutup dan tidak boleh diantar atau disaksikan oleh yang lainnya, ada juga cerita ada syarat mandi bagi pasien diruang tertutup, sewaktu pasien dimandikan oleh “usaha penyembuh” yang nota bene lelaki memandikan pasien wanita atau sebaliknya, padahal dalam adat ketimuran hal tersebut tabu apalagi dalam agama.
Jangan percaya terhadap hasil pengobatan secara kasatmata, (contoh dengan mengunakan media telur ada silet atau darah), sebelum kita tahu secara detail asal muasal media sarana tersebut, karena trik sulap banyak dan pintar orang memanfaatkan. Pentingnya saksi saksi yang melihat juga dibutuhkan, kalau pasien sedang berobat, biasanya tertutup pikiran dan akal jernihnya, apapun yang di bicarakan oleh si ““usaha penyembuh”” pasti juga hanya di “iya”kan saja oleh si pasien walaupun alasanya terkadang tidak masuk akal dan terkesan mistis/menakut-nakuti, karena yang penting tujuannya sembuh.
Jika anda terpaksa bertamu kepada “usaha penyembuh” yang bergelar dan sudah terkenal media bahwa dia “usaha penyembuh” yang paling top seantero nusantara, maka tidak salah jika mencoba kemampuan si “calon pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a” sewaktu bertamu minta di do’akan jangan banyak berbicara niat dari rumah sampai bertatap muka dengan calon penyembuh, biarkan “calon pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a” sendiri yang mencoba membukan pembicaraan mengenai penyakit anda, bahwa penyakit anda normal atau tidak normal padahal anda benar-benar tidak sakit dan hanya pura-pura sakit, tetapi siapkan kondisi mental anda jika niat anda menguji disindir oleh si “calon pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a” berarti benar-benar mempunyai kemampuan lebih, berilah alasan bertamu yang tepat untuk itu.
Hati-hati dalam pemberian barang dari si “calon pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a” baik berupa ajimat/cincin batu/tasbih dan lain-lain. Banyak kasus ada pasien yang prospek (gampang dimanfaatkan harta bendanya) bagi “calon pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a” menghasilkan uang, barang pemberian tersebut telah diberi do’a supaya dia kembali lagi kapanpun si “usaha penyembuh” butuhkan terhadap pasien berprospek tersebut dengan maksud dan tujuan tertentu, baik itu siang maupun malam tanpa mampu mencegahnya. Bukannya negatif thinking terhadap si“calon pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a” terhadap barang-barang yang diberikan kepada pasien, menurut pendapat penulis, tidak semudah itu seorang yang mempunyai kelebihan memberikan sesuatu dengan gampang tanpa si pasien bersusah payah memintanya, dan kekawatiran si pemberi yang akhirnya di buat gagah-gagahan oleh penerimanya.
Menurut sumber-sumber yang penulis dapat, jika kita pergi ke “calon pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a”, maka paling banyak kita di anjurkan mengulangi tata cara penyembuhan sebanyak 3 kali, namun terkadang bahkan hanya sekali sudah sembuh tidak lebih, dan persiapkan sekedar imbalan atau sodakoh yang ikhlas atas do’anya, takar kemampuan anda sendiri dalam memberi, jangan pelit atau kikir (banyak berita kalau yang pakai jubah puluhan juta pun rela dikeluarkan), memberi imbalan tidak perlu jutaan tapi jika ratusan ribu yang dikeluarkan dengan keikhlasan maka faedahnya akan besar, apabila si “usaha penyembuh” menolak dari hasil pemberian kita itu pertanda bagus, berarti orang tersebut tidak mata duitan, namun tetap usahakan anda paksa sampai mau menerima, lipatkan pemberian imbalan bagi “usaha penyembuh” untuk kedatangan yang ke dua kalinya, apabila menolak lagi, maka untuk kedatangan selanjutnya lipatkan lagi (ingat kuncinya keikhlasan), hitung-hitung anda beramal bagi anda namun isinya do’a bagi anda akan mengalir terus dari si “usaha penyembuh” baik dari penyakit/urusan anda sembuh/tercapai maupun rezeki anda akan bertambah. Karena ada sumber penulis bahwa seorang “usaha penyembuh” juga mempunyai kewajiban mendo’akan terus menerus tidak hanya diwaktu pasien datang ke tempat si “usaha penyembuh”an, namun telah menjadikan kewajiban bagi si “usaha penyembuh”an untuk untuk mendo’akan terus menerus hingga tercapai hasilknya karena beban amanah yang diberikan oleh si pasien menjadi bebannya si “usaha penyembuh” di hadapan Tuhan-nya.
Jika ternyata kita sudah 3 kali tidak sembuh berarti yang pertama saya yakin anda berpikiran pasti si “calon pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a” kurang makbul do’anya, padahal belum tentu itu benar. Pada keterangan sebelumnya, penulis anjurkan untuk berdo’a mohon petunjuk supaya gampang mudahkan mendapat si “calon pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a” demi kesembuhan penyakit kita, bisa jadi kita kurang yakin dan percaya, selain itu kita harus mengingat-ingat atas kesalahan dan kelakuan kita yang menimbulkan dosa bagi kita, karena bisa jadi hal tersebutlah yang menjadi penghalang kesembuhan atas penyakit/urusan kita. Maka dari itu penulis ingatkan jangan heran apabila banyak “pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a” mengingatkan si pasien untuk selalu bertaubat ke pada Yang Maha Kuasa atas kesalahan kita.
Seorang “calon pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a” yang mulia ahklaknya tidak pernah menjamin kepastian kesembuhan/urusan si pasien, walaupun tahu akan sembuh/makbul, tetapi si “calon pengobat/penyembuh alternatif dengan do’a” tidak mau mendahului yang memberi kelebihan atas anugerah yang dimilikinya oleh Yang Maha Kuasa, paling hanya keluar kata insyaallah (islam red) jika diminta do’anya atas kesembuhan penyakit/urusan.
Setelah penyakit sembuh atau urusan telah tercapai sesuai keinginan, sebagai pasien jangan sekali-kali melupakan begitu saja kepada usaha perantara do’a tersebut, bukan karena kita harus meng-kultus-kan dia, tetapi kita perlu takzim atau hormat, bahwa do’a dia dikobul dan di ijabah. Kita juga harus pandai menilai seberapa besar imbal balik atas keberhasilan do’a yang di ijabah tersebut setelah kesembuhan kita, yang penting keikhlasan kita, dengan keikhlasan maka apa yang diberikan akan menjadi berkah bagi semua. Dan jangan heran atau kaget apa bila perantara do’a jenis ini menolak dengan halus, karena memang kurang ikhlasnya kita, atau niat kita memberi hanya ingin sesuatu atau pamrih. Maka kita harus mempunyai strategi yang cerdas yaitu mampu melihat bantuan apa yang pantas bagi kebutuhan dapur atau keluarganya, karena perantara do’a jenis ini sangat pandai menutupi kekurangan, walaupun dalam kekurangan karena memang anjuran dari agamanya untuk selalu hidup apa adanya dan selalu bersyukur. Dan itulah kenapa para “usaha penyembuh” jenis ini gampang gampang susah di temukan, karena anggapan kita mereka seperti seseorang dengan keluarga kebanyakan yang tidak ada hal-hal istimewa atau menonjol lainnya.

Terimakasih untuk yang membacanya.

emoticon-Blue Guy Bata (L)emoticon-Blue Guy Bata (L)emoticon-Blue Guy Bata (L)
0
3.4K
6
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.6KAnggota
Urutkan
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.