Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ratnapspAvatar border
TS
ratnapsp
[Short Story] Dia yang Mencintai Hujan
Halo agan sekalian emoticon-Malu (S)
Setelah sekian lama hanya jd pembaca di kaskus ane akhirnya bikin ID juga emoticon-Malu (S)
Kebetulan ane suka bikin cerita gan, tp berhubung belom jago bikin cerpan ya ane bikinnya cerpen, mohon kritik dan sarannya ya agan2 emoticon-I Love Indonesia (S) salam kenal

Aku masih tidak bisa mengerti kenapa dia suka hujan. Yang aku tahu dia sangat menikmati saat terdiam menatap langit di bawah guyuran hujan. Setelah dia puas, dia akan menoleh kepadaku dan memberikan sebuah senyuman puas. Dan aku menikmati senyumannya.

Secara pribadi, sebenarnya aku tidak suka hujan. Aku tidak suka menjadi basah di saat yang tidak tepat. Aku tidak suka menjadi kotor karena cipratan genangan air hujan. Saat pertama kali mengenalnya aku terheran-heran karena kecintaannya terhadap hujan.

Aku bertemu dengannya untuk pertama kali tahun lalu, di bulan Oktober. Hari itu hujan turun untuk pertama kalinya setelah kemarau panjang, sialnya aku lupa membawa payung dan harus terjebak di teras sebuah toko buku bekas. Dari kejauhan terlihat seorang laki-laki berlari-lari kecil menuju toko buku tempatku berteduh. Anehnya dia membawa payung di tangannya tapi tidak menggunakannya. Dia tinggi, berwajah oval dengan sorotan mata yang lembut, rambut dan baju yang dikenakannya sudah basah kuyup oleh air hujan. Sepertinya dia tahu kalau aku diam-diam memerhatikannya. Dia menoleh dan tersenyum kepadaku.
"Hai," sapanya.
"Hai," aku balas tersenyum. "Kenapa kamu tidak memakai payungmu?" tanyaku sambil menunjuk payung ditangannya.
"Oh, ini, aku suka hujan dan aku ingin menikmati hujan pertama di tahun ini."
"Lalu kenapa kamu membawa payung kalau begitu, terlihat repot."
"Hmm, untuk menawarkannya ke wanita cantik sepertimu mungkin," candanya sembari tertawa kecil.

Setelah pertemuan itu kami jadi berteman baik. Kami sering menghabiskan waktu bersama, dari jalan-jalan atau hanya sekedar berbincang-bincang dan menghabiskan waktu di sebuah cafe. Aku dan dia cocok karena ternyata kami punya banyak kesamaan, kecuali untuk hujan.

Jika kami sedang berjalan berdua dan hujan tiba-tiba turun, dia akan mengantarku berteduh dan setelah itu dia akan kembali ke pinggir jalan untuk menikmati hujan. Setelah dia puas, dia akan menoleh padaku, memberikan sebuah senyum dan menghampiriku kembali.

Berkebalikan denganku, dia heran melihatku yang begitu tidak suka dengan hujan. Saat itu dia langsung memutuskan akan membuatku dapat menikmati hujan.Dan dia tidak akan pernah mengatakan alasannya menyukai hujan sebelum aku dapat menikmati hujan.

Ternyata dia benar-benar serius. Dia mengajakku mengenal hujan, seperti kalian diajarkan mengenal air sebelum belajar berenang. Saat hujan turun, kami akan duduk di balkon teras rumah dan menengadahkan tangan, menampung air hujan yang menetes dari genteng di telapak tangan kami.

Di lain hari kami hanya duduk di sebuah sofa yang terletak menghadap jendela, menyesap coklat panas dari cangkir kami masing-masing sembari menghitung tetesan hujan di jendela.

Karena dia aku mulai menyukai hujan, tapi tidak sampai seperti dia yang akan melompat kegirangan saat langit mulai mendung dan air hujan satu per satu mulai turun.

Aku tetap tidak mengerti apa yang dirasakannya terhadap hujan.

***

Sore di bulan November ini benar-benar membuatku terpukul. Aku hancur, benar-benar hancur berantakan. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan selain menelepon dia dan bertemu dengannya.

Aku sampai 15 menit lebih awal di taman tempat kami biasanya menghabiskan waktu. Dia datang dengan raut wajah yang cemas.

"Ada apa? Apa yang terjadi?" dia bertanya dengan nada khawatir.

Tangis yang sudah aku tahan daritadi pecah, aku meraung sejadi-jadinya. Dia dengan sigap meraihku ke dalam pelukannya dan mengelus puncak kepalaku, menenangkanku.

Butuh waktu satu jam untuk menghentikan tangisku dan mendapatkan ketenanganku kembali. Lalu aku menceritakan semuanya kepadanya. Dimulai dari pertengkaran kedua orang tuaku dua minggu lalu yang semakin hari semakin parah, sampai puncaknya hari ini. Ayah melakukan kekerasan pada Ibu dan akhirnya mereka memutuskan bercerai. Aku tidak menyangka sama sekali keluargaku akan menjadi seperti ini.

Aku melihat raut wajahnya mulai berubah menjadi sedih, dan dia mulai mengeluarkan kata-kata bijaksananya yang selalu bisa membuatku merasa lebih kuat. Sesaat kemudian hujan turun dengan derasnya, membasahi kami yang tidak terlindungu oleh atap bangunan.

Senyum sudah tersungging di bibirnya, “Nay, tataplah langit, tutup matamu dan rasakanlah hujan yang turun ini. Tuhan begitu baik menurunkan hujan, karena Dia gak mau lihat kamu nangis. Hujan itu seolah-olah akan melunturkan perasaan resahmu, sedihmu, juga rasa kecewa yang kamu alami, sehingga setelah Tuhan menghentikan hujan ini yang tersisa dalam jiwamu hanyalah perasaan lega dan bahagia.”

Aku menengadahkan kepalaku menatap langit dan menutup maataku. Menikmatinya, membiarkan segala kata-kata dia ucapkan menghipnotisku.
Hujan itu berhenti setelah 20 menit mengguyur kami sampai menggigil. Saat kubuka mataku dia telah menatapku dengan senyum lebar tersungging di bibirnya dan aku membalasnya dengan senyum paling tulus yang pernah aku punya.

Aku suka hujan, sama seperti caranya menyukai hujan. Dan aku menikmati senyumannya yang selalu ada baik hujan maupun terang. Aku jatuh cinta, pada hujan dan dia yang mengenalkanku pada hujan.

Semarang, 16 November 2013
Diubah oleh ratnapsp 05-04-2014 19:49
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
1.4K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.