Bertemu Bangsa Jin.

Perkiraan saya pada waktu itu saya mungkin belum berumur 4 tahun, belum sekolah. Seperti umumnya anak2, begitu terbangun dari tidur pasti akan mencari orang terdekat, pengasuh atau ibunya. Setiap bangun pagi, saya selalu melihat ada seorang wanita bertubuh langsing dengan kaki yang panjang, berambut sepinggul, kulit putih memakai kemben ( kain ) membimbing saya untuk buang air kecil. Yang terpikir oleh saya dia adalah kakak perempuan saya, saya mengikuti saja kemana dia berjalan.

Disamping rumah saya, ada pohon bunga bougenvile yang rindang dan daunnya sebagian berada diatas atap, kebawah pohon itulah saya selalu diajak dan wanita itu meloncat keatap lalu duduk ditepian dengan menjuntaikan kakinya sambil menghisap bunga bougenvile. Menangis, itulah reaksi saya karena tidak dibawa keatas atap, karena tangisan itu pula ibu saya membawa saya masuk kedalam rumah. Ketika umur saya makin bertambah, saya baru mengerti bahwa wanita itu bukan kakak perempuan saya dan sejak saat itu wanita itupun menghilang.

Karena pengalaman itu, saya jadi penakut dimalam hari dan baru hilang ketika saya duduk di perguruan tinggi. Namun, ketika saya berumur 40 tahun an dan saya menempati rumah peninggalan orang tua saya, kejadian seperti saya alami waktu kecil itu terulang lagi. Tetapi kali ini bukan melihat wujud, hanya tiupan angin dingin yang tidak saya ambil pusing hingga suatu saat saya kedatangan seseorang yang sebelumnya tidak saya kenal dan mengatakan dapat berkomunikasi dengan penunggu rumah saya.

Saya tertawa mendengar ucapanya, jawab saya siapapun dapat berkomunikasi dengan saya karena saya tidak bisu. Dia jelaskan bahwa melalui raganya saya dapat berkomunikasi dengan mahluk penunggu rumah orang tua saya itu. Karena rasa ingin tahu saja saya persilahkan dia menjalankan ritualnya untuk memasukan mahluk halus keraganya. Dalam keadaan tidak sadar, dia memperkenalkan diri sebagai panglima dari pasukan yang ditugaskan menjaga saya, saya anggap cuma guyonan, ada pasukan tidak terlihat. Yang membuat saya heran, mahluk ini sangat mengenal saya dan leluhur saya, padahal sesungguhnya saya yakin tidak mungkin orang ini mengenal saya atau keluarga saya. Kejadian ini membuat saya tambah penasaran, saya temui seorang ulama, disini saya mendapat penjelasan bahwa yang temui adalah bangsa jin.

Saya tidak mendalami agama, menghadapi hal seperti ini tentunya membingungkan, saya hindari tapi kenyataanya memang ada, diladeni akan menambah pekerjaan. Melalui mediator saya katakan kepada mahluk jin yang katanya abdi saya, saya tidak mau menyediakan sesaji, dunia kita berbeda, kalau mau mengabdi dan itu tugasmu silahkan saja.

Saya berpikir realistis, mungkin jin ini dapat saya manfaatkan, untuk itu, si mediator saya angkat jadi pegawai disamping saya beri tugas kantor, tugas lain adalah kesurupan bila diperlukan agar saya dapat berbincang dengan jin yang mengaku abdi saya itu. Saya mencoba mengenali para jin itu, satu persatu memperkenalkan diri nama dan jabatanya, ada yang menjabat panglima, hulu balang, adviser , bodyguard dan juga baru saya ketahui wanita yang saya lihat pada waktu saya kecil adalah bagian dari para jin ini.

Ada yang menganggap saya telah tersesat dengan berhubungan dengan jin, saya berpendapat jika saya tidak mengetahui dunia jin ini, saya dapat disesatkan orang lain, artinya yang menyesatkan bukanlah bangsa jin tetapi manusia yang memanfaatkan pengetahuan tentang bangsa jin. Logikanya, orang yang dapat tersesat karena tidak mengetahui dunia yang dimasukinya. Jadi sesat dan tidaknya akan tergantung pada manusianya sebab antara dunia jin dan manusia berbeda. Dalam dunia manusia, ada kegiatan, ada alam yang kasat mata.

Seperti hal tugas yang saya berikan kepada pegawai saya dilapangan, saya crosschek dengan penjelasan Jin melalui mediator mengenai apa yang dilakukan oleh pegawai lapangan itu dihadapan pegawai2 yang lain, ternyata hal ini membuat pegawai tadi terkejut dan takut karena telah melakukan tindakan indisipliner. Pegawai ini mengakui apa yang dikatakan oleh jin itu benar adanya. Saya beri teguran pegawai itu bukan karena laporan jin, tetapi karena pengakuanya. Padahal awalnya saya hanya ingin menguji jin itu apakah dia dapat mengetahui apa yang dilakukan oleh pegawai saya itu. Kesempatan ini saya gunakan juga untuk memberi peringatan kepada yang lain agar bekerja secara benar dan saya katakan yang mencuripun dapat saya ketahui dari mahluk jin ini. Ini hanya cara psikologis memanfaatkan keberadaan jin untuk pengawasan perusahan namun tindakan tidak dapat dilakukan atas dasar masukan dari jin.

Tidak bisa dipungkiri, banyak orang yang percaya bahwa mahluk jin dapat menolong untuk merealisasikan keinginannya. Pernah saya didatangi orang yang katanya mengetahui ada harta karun terpendam dan ada orang yang sanggup memunculkan harta karun tersebut. Mengajak saya karena perlu modal untuk beli sesaji dan mahar, ditunjukkan kepada saya contoh harta terpendam itu berupa emas permata. Saya lakukan uji lab, memang asli tapi saya dapat penjelasan tambahan bahwa itu buatan manusia. Laku dijual tidak ?. Ternyata laku dijual sesuai spesifikasinya. Disini kita diuji,antara akal sehat dan keserakahan, mana yang lebih kuat pada diri kita.

Orang yang katanya mempunyai kemampuan mengangkat harta karun itu berpenampilan kyai, tutur bahasanya menghanyutkan seolah dia datang pada orang tepat untuk menolong sesama. Dia hanya minta minyak wangi yang setahu saya biasa untuk sesaji jin dan sejumlah uang yang ditentukan sebagai mahar. Adanya permintaan uang sebagai mahar membuat saya berfikir, aneh, katanya mampu mendatangkan harta karun, mengapa minta sejumlah uang ?. Logika saya, kalau mempunyai kemampuan mengangkat harta karun, seharusnya dia sudah kaya raya. Untuk tidak mengecewakan, saya minta waktu berfikir beberapa hari, hanya sebagai alasan untuk menolak ajakan itu. Didorong rasa ingin tahu, dengan menggunakan mediator, saya tanyakan kepada Jin yang mengaku abdi saya, saya mendapat jawaban yang sangat logis dan sangat manusiawi, minta rizki jangan minta kepada Jin, berdoalah kepada Allah. Artinya, orang yang katanya mempunyai kemampuan untuk mengangkat harta karun itu berniat menipu.

Mengahadapi hal diluar ilmu pengetahuan yang didapat dari belajar formal, pengalaman diatas saya anggap sebagai ilmu pengetahuan informal, dipelajari agar tidak terjebak. Memang saya rasakan ada manfaatnya karena paling tidak saya terhindar dari penipuan yang akan dilakukan oleh orang lain. Namun dari itu semua dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa ada kehidupan lain layaknya kehidupan manusia dengan strata organisasi dan job discription.

Masing-masing mempunyai aktifitas, ada aktifitas ekonomi, pemerintahan sampai kedudukan keluarga tetapi dalam alam yang berbeda yang kita yakini ditentukan oleh Allah. Ada sebahagian diantara kita yang kita ketahui mengadakan hubungan dengan bangsa jin atau sebaliknya. Terlepas dari ajaran agama yang melarang kita berhubungan dengan bangsa jin, akan menyesatkan atau tidak akan tergantung cara pandang manusia itu sendiri. Sebagaimana budaya Jawa, ritual ritual dengan sesaji hingga saat ini tetap dilakukan seperti halnya melarung kelaut hasil pertanian masayarakat sebagai ungkapan rasa terima kasih dan harapan mendapat kemajuan dimasa datang.

Bangsa Jin Mengerti bisnis manuasia ?

Pada suatu saat, ada seorang teman yang berkunjung kerumah saya, waktu berbincang bincang tiba2 dia mengalami trance, marah, membentak dan seolah olah mengusir pengganggu disekeliling saya. Dalam ucapan dibawah sadar dia memperkenalkan nama dan mengaku sebagai raja langit, berbahasa melayu. Dia juga mengaku sebagai pemuka agama islam yang sedang menjalankan syiar. Saya tanya tujuannya bertemu dengan saya, dia ungkapkan latar belakang saya, lagi2 tidak meleset, ini membuat saya tertarik untuk berkomunikasi lebih jauh.

Dia menyingggung mengenai usaha saya seperti mengetahui kondisi usaha saya, jin ini mengerti bisnis rupanya. Saya akui memang kondisi usaha sedang mengalami kesulitan akibat harga harga tidak stabil dan penurunan penjualan sebagai pengaruh kenaikan BBM pada waktu itu. Bak seorang dosen, diuraikanya mengenai kehidupan bangsa jin yang intinya ada aktifitas sebagaimana layaknya kehidupan manusia. Dia juga dapat menggambarkan ratio asset dan hutang usaha saya dan saya katakan lebih baik saya tutup dan saya jual, lebihnya cukup untuk pensiun dari pada pusing. Dia katakan, tindakanmu adalah tindakan putus asa dan menghilangkan harapan orang lain yang tergantung nafkahnya dari kamu, kamu harus rajin sholat dan berdoa.

Saya jawab, mengapa saya harus yang memikirkan orang lain. Dia balikan jawaban saya, bukankah kamu mendapatkan nafkah dari orang lain juga. Disini saya tertawa, malu sendiri dinasihati oleh bangsa jin. Jika saya bandingkan dengan ucapan para jin yang mengaku sebagai abdi saya, mereka berbahasa jawa karena memang leluhur saya berasal dari jawa, sedangkan raja jin ini berbahasa melayu tetapi penjelasan mengenai aktifitas bangsa jin adalah sama.

Mungkin ada sementara orang yang percaya bahwa kemajuan usahanya berkat bantuan bangsa jin ini, tetapi pengalaman saya bahwa sesungguhnya bangsa Jin tidak dapat mencampuri usaha manusia. Kemajuan usaha sangat ditentukan oleh manusia itu sendiri dalam menjalankan usahanya. Beberapa kali saya datangi orang yang dianggap mempunyai kemampuan lebih ( orang pintar) yang pelangganya mulai dari orang kebanyakan, pejabat, pedagang sampai pengusaha, hanya ingin tahu apakah dia bekerja sama dengan bangsa Jin, umumnya memang demikian.

Apabila yang dalam keadaan sulit kita berhadapan dengan seseorang ( orang pintar ) yang mampu mengetahui latar belakang dan keadaan kita, tentunya kita akan kagum dan sangat percaya bahwa dia dapat menolong kita. Logika saya mengatakan bahwa kemampuan dia mengetahui latar belakang dan keadaan kita adalah karena informasi bangsa Jin itu. Bagi yang tidak paham mengenai dunia jin, tentunya akan mengikuti saja petunjuk orang pintar tadi agar menyediakan ini dan itu untuk ditanam atau ditaburkan disekitar rumah kita yang saya fahami merupakan persembahan bangsa Jin itu. Namun kita juga harus menyadari, terlepas benar atau tidak, kegiatan orang pintar itu adalah profesi dalam dinamika kehidupan manusia.

Budaya Jawa, berhubungan dengan bangsa Jin ?

Mungkin ada diantara kita sudah pernah mendengar jual beli jin dengan harga yang fantastis. Percaya atau tidak, kembali pada iman kita. Namun tidak bisa kita pungkiri, ada yang sukses secara materi dengan kegiatan usaha yang berbau magis. Contohnya, keris bukan hanya dipandang sebagai benda seni tetapi dipandang juga mempunyai kekuatan gaib. Dalam perdagangan benda ini, makin dipercaya kekuatan gaibnya, makin mahal harganya.

Ada yang sangat mempercayai bahwa keberhasilannya berkat memiliki benda yang mempunyai kekuatan magis, apakah itu keberhasilan dalam kedudukan atau keberhasilan dalam hal mendapatkan materi. Budaya memiliki benda magis sudah ada sejak leluhur kita, acara ritual masih biasa dilakukan dalam memelihara benda seperti itu hingga saat ini.

Dari pengalaman saya, yang saya fahami bangsa jin juga memerlukan semacam tempat tinggal, dalam bentuk apapun, dapat berupa bebatuan, senjata tajam, tumbuh2an atau apa saja. Namun, ada kemampuan manusia menempatkan jin pada benda yang diinginkan, seperti halnya keris, tombak atau benda apa saja yang dianggap sebagai perlambang kekuasaan atau martabat. Benda2 semacam itulah dalam budaya jawa dalam pemeliharaanya dilakukan dengan mengadakan ritual terlebih dahulu. Pandangan seperti ini bukan dari mempelajari sejarah, tetapi atas penjelasan bangsa jin itu sendiri.


http://umum.kompasiana.com/2009/08/0...badi-9825.html


Sekedar menambah wawasan & pengetahuan..........