Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

pathutAvatar border
TS
pathut
Wawancara Bondan Winarno soal Prabowo & kenapa Jokowi Tak Layak Jadi Presiden RI
Lebih Baik Jadi Orang bodoh Daripada Pengkhianat
http://www.panajournal.com/2014/04/l...-daripada.html

PanaJournal - Pak “Maknyus” ini siap bertarung merebut kursi di DPR dan meningkatkan gizi masyarakat, serta membela Prabowo Subianto.

MALAM itu, Bondan Haryo Winarno, menemui saya dengan wajah kuyu dan kantong mata lumayan tebal. Sejak menjadi calon anggota DPR dari Partai Gerindra, pria 64 tahun itu mengaku kerap bertemu dengan banyak orang, terutama di Jakarta Selatan dan Pusat, dua daerah pemilihannya (dapil) selain dapil khusus di luar negeri.

“Wawancaranya enggak lama, kan? Saya letih sekali. Besok, saya juga harus berangkat ke Myanmar dengan Kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif–Red),” ujar Bondan, yang sebelumnya lebih dikenal sebagai wartawan investigatif, penulis buku, pengusaha, dan pemandu acara televisi Wisata Kuliner.

Menjadi caleg dari Partai Gerindra tentu bukan keputusan mudah. Belum lama ini, banyak yang mencibir Bondan, terutama setelah ia menulis pembelaannya di Twitter terhadap sosok Prabowo Subianto, Ketua Dewan Pembina dan Calon Presiden Partai Gerindra.

“Jelas Caleg seperti @PakBondan (nama akun Twitter milik Bondan–Red) tidak akan ada dalam caleg bersih saya, karena tidak peduli tentang HAM dan orang hilang ’98,” tulis penyanyi terkenal Glenn Fredly di Twitter.

Berikut rangkuman wawancara saya dengan Bondan soal agenda politiknya, Prabowo, dan Jokowi.

Q: Mengapa jadi caleg?

A: Selama bertahun-tahun, saya apolitis. Artinya, saya tidak bergabung dengan partai politik mana pun. Tapi, saya bukan antipolitik. Saya mulai tergerak masuk ke dunia politik sekitar tiga tahun lalu. Saat itu, saya diundang Menteri Pertanian RI Suswono.

Dia dan jajarannya meminta pendapat saya tentang program kampanye kedaulatan pangan. Lalu, saya mengusulkan kampanye mengurangi konsumsi nasi. Sebab, isu kedaulatan pangan menjadi tanggung jawab pemerintah, jadi terlalu berat buat masyarakat.

Seperti kita ketahui, Indonesia termasuk konsumen beras terbesar dunia. Tingkat konsumsi beras nasional bisa mencapai 139 kg per kapita per tahun. Singapura hanya 60 kg. Jepang juga cuma 50 kg. Kalau konsumsi beras nasional kita bisa turun menjadi 70 kg, itu sebenarnya bagus sekali. Indonesia kini termasuk salah satu negara dengan penderita diabetes terbanyak di dunia.

Jadi, sebagian uang yang tadinya untuk membeli beras, kita ganti untuk makanan sumber protein. Dengan begitu, sumber makanan yang mengenyangkan itu bukan lagi nasi, ubi, singkong dan pati lainnya. Ingat, ya, bukan mengganti nasi dengan singkong. Itu bisa menghina masyarakat, sebab mereka pasti berpikir “Sudah bisa beli beras, kenapa disuruh makan singkong?”.

Q: Kalau memang Anda sepaham dengan Prabowo dan Partai Gerindra soal peningkatan gizi masyarakat, mengapa Anda merasa perlu membela Prabowo atas berbagai tudingan, termasuk pelanggaran HAM?

A: Saya mungkin orang bodoh dan tak cukup sensitif (dalam menanggapi serangan negatif terhadap Prabowo–Red). Tapi, saya selalu merasa iba terhadap orang yang dianiaya. Dan, saya melihat bahwa sosok Prabowo ini sedang dianiaya. Banyak akun Twitter tak jelas yang selalu menjelek-jelekkan Prabowo. Ini dilakukan berulang-ulang secara sistematis. Tapi, saya menghargai tweet orang-orang seperti Glenn Fredly atau Fadjroel Rachman. Let’s agree to disagree. Mari kita bermufakat untuk tidak sependapat.

Saya sudah mengirim email ke Prabowo dan mengatakan bahwa saya tidak kecil hati menghadapi serangan negatif yang demikian. Saya juga meminta maaf kalau saya ternyata telah melakukan kekeliruan dengan membuat masalah ini menjadi besar. Saya tidak disuruh Prabowo untuk melakukan pembelaan, lho. Sampai hari ini email itu belum mendapat balasan. Saya tidak tahu. Bisa jadi dia marah.

Memang ada haters, kalangan pembenci Prabowo. Mereka selalu mengungkit-ungkit fakta bahwa Prabowo telah dipecat dari jabatan militernya pada 1998. Apakah itu membuktikan bahwa Prabowo bersalah atas kejahatan HAM? Tidak. Tolong baca sejarah dari dua sisi.

Sederhana saja. Memangnya KPU itu bodoh? Mengapa KPU waktu itu meloloskan Prabowo sebagai calon wakil presiden ketika berpasangan dengan Megawati pada Pilpres 2009? Mengapa waktu itu tidak ada serangan seperti sekarang ini, ketika Prabowo akan maju sebagai calon presiden? Mungkin, saya dinilai telah bertindak bodoh. Tapi saya lebih baik dinilai sebagai orang bodoh, daripada orang yang tidak setia, atau seorang pengkhianat.

0
7.9K
74
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672KThread41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.