Sejumlah anggota geng dan klub motor dibawah naungan Ikatan Motor Indonesia (IMI) memakai ikat kepala pada "Rebo Nyunda" saat mengikuti acara diskusi bertema Teror Geng Motor "Hantu" Bagi Warga Bandung di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, (19/2). TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Quote:
Pakar sosiologi dari Universitas Padjadjaran, Asep Rachlan, mengatakan maraknya aksi kriminalitas yang dilakukan geng motor di Kota Bandung disebabkan oleh lingkungan yang acuh tak acuh dan stigma terhadap mereka. "Sebaiknya Pemerintah Kota Bandung menyiapkan sirkuit bagi para geng motor," ujar Asep, saat ditemui di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Rabu, 19 Februari 2014.
Para geng motor itu, kata Asep, teranjur dikenal sebagai biang kriminalitas dengan menunggangi kendaraan bermotor. Padahal para perampok belum tentu adalah anggota geng motor. "Malah geng motor yang sebenarnya adalah remaja yang memiliki bakat di bidang adu kecepatan motor," kata Asep.
Seharusnya Pemkot Bandung dapat membuat sirkuit balap agar geng motor yang sebenarnya memiliki media pelampiasan bakat mereka. Selain itu, kata Asep, Pemkot Bandung pun memegang kuasa untuk menekan perusahaan-perusahaan bidang otomotif agar memberikan dana corporate social responsibillity (CSR) untuk pengembangan bakat anggota geng motor.
Dia mencontohkan, pembalap-pembalap asal Malaysia, Singapura, dan Jepang, bisa diakui karena kenekatan mereka dalam mengendarai motor. Para pembalap itu nekat bukan untuk mengorbankan nyawanya, tapi demi eksistensi pribadinya. "Pembalap di Indonesia banyak yang berasal dari arena balap liar," katanya.
Selain mengembangkan bakat balap para anggota geng motor, Pemkot Bandung mesti melakukan pembinaan kreatifitas terhadap mereka. Dengan begitu, lanjut Asep, para anggota geng motor bisa menciptakan suatu produk yang menunjang hobi balapannya.
Pendapat Asep disambut baik oleh Ridwan Kamil dalam acara yang digelar Komunitas Bandung Gandeng di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung. Menurut Emil, sapaan Ridwan Kamil, Pemkot Bandung memiliki kewajiban memenuhi kebutuhan warganya. "Jika memang sirkuit ini yang mereka inginkan, kami akan segera membuatnya," katanya.
Pemkot Bandung berencana membuat sirkuit di kawasan Gedebage, Bandung, sekaligus membuat arena balap di tengah kota. Rencana itu, akan melibatkan Ikatan Motor Indonesia (IMI) Jawa Barat sebagai tim ahli dalam pembuatan sirkuit.
sumber:
TEMPO
Quote:
Geng Motor Siap Serahkan Pelaku Tindak Kriminal
Sejumlah geng motor mengaku siap membantu kepolisian menangkap anggota geng motor yang bertindak kriminal di Kota Bandung. "Kami siap memberikan informasi seputar keberadaan anggota geng motor yang melakukan tindak kriminal. Kami akan bantu pancing mereka," kata Muhammad Ichsan, juru bicara geng motor XTC kepada Tempo seusai diskusi "Teror Geng Motor ‘Hantu’ bagi Warga Kota Bandung" di Gedung Indonesia Menggugat, Rabu, 19 Februari 2014.
Geng motor juga siap menjadi relawan Pemerintah Kota Bandung untuk membantu menjalankan program-program Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. "Ini salah satu cara kami mulai membuka diri pada masyarakat dan pemerintah," kata Ichsan.
Menurut Ichsan, itu merupakan upaya mereka untuk mengubah paradigma negatif masyarakat terhadap anggota geng motor. Saat ini geng motor dipandang buruk oleh masyarakat karena oknum yang melakukan kriminalitas dengan mengatasnamakan geng motor tertentu di Bandung. "Untuk menebarkan citra positif pada masyarakat, geng motor yang memiliki ribuan anggota ini berkomitmen untuk tidak melakukan tindak anarkis, dan kriminalitas," katanya.
Dalam diskusi yang digelar Komunitas Bandung Gandeng itu, para anggota geng motor juga mengatakan kesediaannya dibina oleh Pemkot Bandung. “Kami tidak mau dibubarkan, kami hanya ingin dibina,” ujar Sandi Saputra, anggota Moonraker.
Sandi mengungkapkan, sebelum gerakan biopori digagas Wali Kota, “Kami sudah melakukan pemberdayaan masyarakat, yakni membuat biopori di kawasan Bandung Timur."
Kapolda Jawa Barat Mochammad Iriawan menyambut baik sikap geng ataupun klub motor tersebut. "Mari kita bersama-sama menjaga keamanan Kota Bandung dari tindakan rusuh yang dilakukan oleh kelompok bermotor. Sebab, polisi tidak bisa sendiri menjaga keamanan. Harus ada partisipasi dari masyarakat," ujarnya.
Adapun Komandan Pom Kodam III/Siliwangi Kolonel Wahyu Sapto Nugroho menyatakan TNI siap bekerja sama dengan kepolisian dan pemerintah untuk mengarahkan geng motor pada kegiatan yang positif seperti penanaman pohon, kerja bakti, dan kegiatan sosial lainnya. "Bahkan Garnisun pernah mengumpulkan klub motor untuk berdialog, mencari solusi bagaimana membuat kegiatan-kegiatan positif bagi para geng motor," katanya.
sumber:
TEMPO
hmmm kok aku jadi merasa kurang setuju ya dengan adanya sirkuit nantinya? menurut kamu apa positif negatifnya?