- Beranda
- The Lounge
"Nobuyuki Tsujii" Sang Beethoven asal Jepang
...
TS
aqua.rider
"Nobuyuki Tsujii" Sang Beethoven asal Jepang
!WELCOME! To Aqua.Rider Thread
Hello ketemu sama ane lagi,Dulu Pangkat ane Kaskuser jadi Aktivis Kaskus malah melenceng..Sorry .
Anda Kenal Beethoven?Yaap Seorang Pianis asal Barat yang lumayan terkenal.
Tapi pernah dengar Seorang Pianist yang mirip dengan Beethoven?Belum?
Siapakah dia?Dari mana asal dia? Lihat saja ya
Quote:
Original Posted By Beethoven Asia
Bagi para pecinta J-music, pasti sudah tidak asing lagi jika mendengar nama-nama seperti Ayumi Hamasaki, Utada Hikaru, YUI, Laruku, Arashi, EXILE atau yang belakangan sedang booming seperti AKB48 dan family-nya. Namun jika mendengar nama Nobuyuki Tsujii, pasti kebanyakan dari kita akan mengerutkan dahi sambil berkata “Siapa ya?” Ditambah lagi bila mayoritas dari kita bukanlah seorang penggemar musik klasik.
Meskipun di Indonesia kepopuleran Nobuyuki Tsujii tidak sedahsyat nama-nama yang disebut di atas, namun di Jepang ketenarannya tak perlu diragukan lagi. Beberapa karyanya sering digunakan sebagai lagu tema dalam drama atau film. Bahkan tahun ini rencananya profil Nobuyuki Tsujii akan menjadi salah satu topik pada buku teks Bahasa Inggris SMA di Jepang. Kepopuleran Nobuyuki Tsujii tidak terbatas di Jepang saja. Setelah berhasil menjadi pemenang dalam Van Cliburn International Piano Competition, namanya semakin terkenal sebagai seorang pianis muda berbakat. Rasanya pantas jika kemudian kita menjulukinya sebagai Beethoven dari timur, mengingat keduanya sama-sama memiliki keterbatasan tapi mampu menghasilkan nada-nada dengan harmoni indah.
Bagi para pecinta J-music, pasti sudah tidak asing lagi jika mendengar nama-nama seperti Ayumi Hamasaki, Utada Hikaru, YUI, Laruku, Arashi, EXILE atau yang belakangan sedang booming seperti AKB48 dan family-nya. Namun jika mendengar nama Nobuyuki Tsujii, pasti kebanyakan dari kita akan mengerutkan dahi sambil berkata “Siapa ya?” Ditambah lagi bila mayoritas dari kita bukanlah seorang penggemar musik klasik.
Meskipun di Indonesia kepopuleran Nobuyuki Tsujii tidak sedahsyat nama-nama yang disebut di atas, namun di Jepang ketenarannya tak perlu diragukan lagi. Beberapa karyanya sering digunakan sebagai lagu tema dalam drama atau film. Bahkan tahun ini rencananya profil Nobuyuki Tsujii akan menjadi salah satu topik pada buku teks Bahasa Inggris SMA di Jepang. Kepopuleran Nobuyuki Tsujii tidak terbatas di Jepang saja. Setelah berhasil menjadi pemenang dalam Van Cliburn International Piano Competition, namanya semakin terkenal sebagai seorang pianis muda berbakat. Rasanya pantas jika kemudian kita menjulukinya sebagai Beethoven dari timur, mengingat keduanya sama-sama memiliki keterbatasan tapi mampu menghasilkan nada-nada dengan harmoni indah.
Spoiler for Nobuyuki Tsujii:
Ya,Nobuyuki Tsujii adalah seorang Beethoven asal Asia sekaligus seorang Tuna Netra.Dilahirkan Tanggal 13September 1988 di Tokyo Jepang.Nobuyuki adalah anak Tungga dari pasangan Takashi Tsujii,Seorang Dokter dengan Itsuko Tsujii,seorang Presenter Televisi.Sejak lahir Nobu tidak bisa melihat.
Spoiler for Terus Belajar tanpa kata Menyerah!:
Meskipun begitu, hal ini tak pernah menyurutkan semangat Nobu untuk terus belajar dan mengembangkan bakat bermusiknya. Terbukti pada tahun 1995, tepatnya ketika usianya 7 tahun, Nobu berhasil meraih posisi pertama dalam ajang All Japan Music Competition of Blind Students yang diselenggarakan oleh Tokyo Hellen Keller Association. Kemudian pada tahun 1998 Nobu berhasil melakukan debut pertamanya bersama Century Orchestra di kota Osaka, Jepang. Tak hanya itu, di usianya yang terbilang masih belia (12 tahun), Nobu berhasil menyelenggarakan resital piano pertamanya di Suntory Hall, Tokyo.
Spoiler for Sosok Ibu Dibalik Nobuyuki Tsujii:
Tak dapat dipungkiri, keberhasilan Nobu sampai saat ini tak lepas dari peranan orang tua, terutama sang ibu, yang selalu mendukung dan mengembangkan bakatnya. Pada awalnya, sang ibu (Itsuko) tidak mampu menerima kenyataan bahwa anaknya tak mungkin bisa melihat selamanya, cobaan ini terlalu berat baginya. Setiap kali Itsuko melihat lukisan atau indahnya kerlap-kerlip lampu kota di malam hari, setiap kali itu pula ia menangis, berpikir putranya tak akan pernah bisa melihat keindahan itu.
Namun akhirnya sang ibu tersadar setelah membaca sebuah buku karya Fukuzawa Miwa (seorang penulis buta yang terkenal di Jepang) yang bercerita tentang kesuksesan hidup orang-orang yang memiliki kekurangan. Itsuko sadar bahwa keterbatasan bukanlah penghalang. Putranya pasti juga memiliki sesuatu yang istimewa dalam dirinya, entah apa itu. Tugasnya lah sebagai orang tua untuk mengenali dan memberikan dukungan agar “sesuatu yang istimewa” tersebut bisa berkembang optimal.
Itsuko mengatakan dia mulai menyadari ketertarikan Nobu pada musik saat anaknya baru berusia 8 bulan. Saat itu, sang anak menunjukkan reaksi tanda ketertarikannya dengan mengetuk-ngetukkan kakinya kala diperdengarkan CD rekaman Chopin’s Heroic Polonaise yang dimainkan oleh pianis asal Rusia, Stanislav Bunin. Bahkan ketika ibunya membeli CD rekaman lain dengan lagu serupa tapi dengan pianis yang berbeda, reaksi Nobu pada saat itu bisa menunjukkan perbedaan ketertarikan antara satu pianis dengan pianis yang lainnya. Sampai sekarang Frederic Chopin menjadi salah satu musisi favoritnya di samping Beethoven dan Debussy.
Menginjak usia 2 tahun, karena menyadari ketertarikan anaknya terhadap musik, Itsuko membelikan piano mainan kecil untuk Nobu. Hal yang tak pernah disangkanya pun terjadi. Itsuko yang kala itu sedang bersenandung lirih sambil menyiapkan makan malam, tiba-tiba mendengar alunan suara piano mainan serupa dengan lagu yang tengah disenandungkannya. Dilihatnya ternyata Nobu sedang asyik memainkan jari-jarinya di atas tuts piano mainan tersebut. Dari sini, sang ibu barulah menyadari bahwa buah hatinya tidak hanya tertarik terhadap musik namun mampu memainkan alat musik itu sendiri. Inilah “sesuatu yang istimewa” tersebut, pikirnya.
Nobu memulai pelajaran piano pertamanya pada usia 4 tahun. Pada awalnya dia menggunakan not braille untuk membaca komposisi sebuah lagu. Tapi diakuinya ternyata membaca braille membutuhkan waktu yang sangat lama. Tak hanya itu, beberapa komposisi lagu yang agak “sulit” seperti Prokofiev dan Rachmaninov Concerto tidak tersedia dalam bentuk braille. Alhasil kadang-kadang dia hanya mengandalkan ingatannya untuk memainkan lagu-lagu pendek.
Memasuki usia sekolah, Nobu belajar di SD Khusus Tuna Netra di Universitas Tsukuba. Fokus pembelajaran di sekolah tersebut adalah melatih anak-anak yang buta agar dapat mengatasi segala hambatannya dan mampu hidup mandiri di masyarakat. Sayangnya, tidak ada pelajaran piano di sekolah tersebut. Padahal cita-cita terbesar Nobu adalah menjadi pianis. Apalagi Nobu adalah pribadi yang berpendirian teguh. Sekali dirinya memutuskan sesuatu, dia tidak akan goyah. Beruntung, karena Nobu tergolong murid yang rajin dan pandai, pihak sekolah pun memberikan dispensasi khusus kepada Nobu untuk belajar piano di luar sambil terus belajar di sekolah khusus tersebut. Namun menginjak masuk SMP, Nobu tidak melanjutkan sekolah di sana. Ketika masuk SMA, Nobu masuk ke SMA pilihannya sendiri.
Mulai kelas satu SD hingga lulus SMA, Nobu belajar piano di bawah arahan Masahiro Kawakami. Nobu adalah murid pertamanya yang buta. Kawakami pada awalnya mengaku kesulitan mencari metode yang pas agar Nobu mampu “membaca” not-not musik. Namun potensi Nobu untuk mengenali dan mengingat nada yang baru didengarnya bahkan untuk yang rumit sekalipun, menjawab kesulitannya. Kawakami pun lalu menemukan metode yang cocok diterapkan untuk Nobu. Metode ini dinamakan Hand Separately. Sesuai dengan namanya, pertama-tama sang guru membagi lagu yang akan dimainkan ke dalam dua bagian, bagian tangan kanan dan bagian tangan kiri, kemudian merekam dalam kaset disertai komentar tentang tanda yang diberikan sang pencipta lagu (composer’s marking) seperti kapan tempo harus diperlambat atau dipercepat. Rekaman pun diusahakan bebas dari segala macam gangguan suara (noise). Ketika berlatih, Nobu hanya tinggal mendengarkan rekaman tersebut, memainkannya perlahan-lahan sambil mengingatnya. Diakui Nobu, metode ini ternyata efektif baginya. Bahkan untuk lagu yang terbilang panjang dan memiliki tingkat kesulitan tinggi seperti Beethoven’s Hammerklavier Sonata, Nobu hanya membutuhkan waktu satu bulan untuk menguasainya.
Berbagai dukungan yang diberikan orang-orang di sekitarnya akhirnya menghantarkan Nobu sebagai peserta termuda yang berhasil masuk babak semifinal dan meraih Critics’ Award dalam ajang 15th International Frederic Chopin Piano Competition yang diselenggarakan di Warsawa, Polandia pada Oktober 2005. Dari sini, sosoknya mulai diperhitungkan di dunia musik klasik.
April 2007, Nobu mengambil kuliah di Universitas Musik Ueno Gakuen di Tokyo. Pada tahun 2009, tepatnya saat usianya menginjak 21 tahun, Nobu kembali menunjukkan eksistensinya di dunia musik klasik dengan meraih posisi pertama pada ajang bergengsi 13th Van Cliburn International Piano Competition di Fort Worth, Texas. Juri dan penonton dibuatnya terhanyut dalam lantunan suara piano nan syahdu. Nobu menjadi sensasi tersendiri dalam kompetisi yang digelar empat tahun sekali itu. Dia adalah peserta termuda sekaligus peserta pertama yang buta dalam sejarah digelarnya kompetisi tersebut. Bahkan Van Cliburn sendiri mengatakan bahwa penampilannya benar-benar murni, sangat memukau dan memiliki kesan mendalam. Di kompetisi itu, Nobu menampilkan keseluruhan 12 etude dari Chopin’s Opus No. 10 pada babak pertama, Beethoven’s Hammerklavier Sonata pada semifinal dan pada babak final dia memainkan Chopin’s Piano Concerto No. 1. Atas penampilannya, Nobu juga berhasil meraih penghargaan Beverley Taylor Smith Award sebagai The Best Performance of a New Work.
Kemenangannya di 13th Van Cliburn International Piano Competition sekaligus membuka karir bermusiknya pada ranah internasional. Berbagai undangan untuk tampil selalu datang kepadanya. Setelah lulus kuliah pada bulan Maret 2011, Nobu melakukan debut pertama sekaligus bagian dari program pemenang Van Cliburn International Piano Competition. Dimulai dengan menggelar konser di Carnegie Hall Amerika Serikat pada November 2011. Kemudian dilanjutkan dengan konser di Perancis, Turki, Inggris, Jerman dan negara-negara lain di dunia.
Namun akhirnya sang ibu tersadar setelah membaca sebuah buku karya Fukuzawa Miwa (seorang penulis buta yang terkenal di Jepang) yang bercerita tentang kesuksesan hidup orang-orang yang memiliki kekurangan. Itsuko sadar bahwa keterbatasan bukanlah penghalang. Putranya pasti juga memiliki sesuatu yang istimewa dalam dirinya, entah apa itu. Tugasnya lah sebagai orang tua untuk mengenali dan memberikan dukungan agar “sesuatu yang istimewa” tersebut bisa berkembang optimal.
Itsuko mengatakan dia mulai menyadari ketertarikan Nobu pada musik saat anaknya baru berusia 8 bulan. Saat itu, sang anak menunjukkan reaksi tanda ketertarikannya dengan mengetuk-ngetukkan kakinya kala diperdengarkan CD rekaman Chopin’s Heroic Polonaise yang dimainkan oleh pianis asal Rusia, Stanislav Bunin. Bahkan ketika ibunya membeli CD rekaman lain dengan lagu serupa tapi dengan pianis yang berbeda, reaksi Nobu pada saat itu bisa menunjukkan perbedaan ketertarikan antara satu pianis dengan pianis yang lainnya. Sampai sekarang Frederic Chopin menjadi salah satu musisi favoritnya di samping Beethoven dan Debussy.
Menginjak usia 2 tahun, karena menyadari ketertarikan anaknya terhadap musik, Itsuko membelikan piano mainan kecil untuk Nobu. Hal yang tak pernah disangkanya pun terjadi. Itsuko yang kala itu sedang bersenandung lirih sambil menyiapkan makan malam, tiba-tiba mendengar alunan suara piano mainan serupa dengan lagu yang tengah disenandungkannya. Dilihatnya ternyata Nobu sedang asyik memainkan jari-jarinya di atas tuts piano mainan tersebut. Dari sini, sang ibu barulah menyadari bahwa buah hatinya tidak hanya tertarik terhadap musik namun mampu memainkan alat musik itu sendiri. Inilah “sesuatu yang istimewa” tersebut, pikirnya.
Nobu memulai pelajaran piano pertamanya pada usia 4 tahun. Pada awalnya dia menggunakan not braille untuk membaca komposisi sebuah lagu. Tapi diakuinya ternyata membaca braille membutuhkan waktu yang sangat lama. Tak hanya itu, beberapa komposisi lagu yang agak “sulit” seperti Prokofiev dan Rachmaninov Concerto tidak tersedia dalam bentuk braille. Alhasil kadang-kadang dia hanya mengandalkan ingatannya untuk memainkan lagu-lagu pendek.
Memasuki usia sekolah, Nobu belajar di SD Khusus Tuna Netra di Universitas Tsukuba. Fokus pembelajaran di sekolah tersebut adalah melatih anak-anak yang buta agar dapat mengatasi segala hambatannya dan mampu hidup mandiri di masyarakat. Sayangnya, tidak ada pelajaran piano di sekolah tersebut. Padahal cita-cita terbesar Nobu adalah menjadi pianis. Apalagi Nobu adalah pribadi yang berpendirian teguh. Sekali dirinya memutuskan sesuatu, dia tidak akan goyah. Beruntung, karena Nobu tergolong murid yang rajin dan pandai, pihak sekolah pun memberikan dispensasi khusus kepada Nobu untuk belajar piano di luar sambil terus belajar di sekolah khusus tersebut. Namun menginjak masuk SMP, Nobu tidak melanjutkan sekolah di sana. Ketika masuk SMA, Nobu masuk ke SMA pilihannya sendiri.
Mulai kelas satu SD hingga lulus SMA, Nobu belajar piano di bawah arahan Masahiro Kawakami. Nobu adalah murid pertamanya yang buta. Kawakami pada awalnya mengaku kesulitan mencari metode yang pas agar Nobu mampu “membaca” not-not musik. Namun potensi Nobu untuk mengenali dan mengingat nada yang baru didengarnya bahkan untuk yang rumit sekalipun, menjawab kesulitannya. Kawakami pun lalu menemukan metode yang cocok diterapkan untuk Nobu. Metode ini dinamakan Hand Separately. Sesuai dengan namanya, pertama-tama sang guru membagi lagu yang akan dimainkan ke dalam dua bagian, bagian tangan kanan dan bagian tangan kiri, kemudian merekam dalam kaset disertai komentar tentang tanda yang diberikan sang pencipta lagu (composer’s marking) seperti kapan tempo harus diperlambat atau dipercepat. Rekaman pun diusahakan bebas dari segala macam gangguan suara (noise). Ketika berlatih, Nobu hanya tinggal mendengarkan rekaman tersebut, memainkannya perlahan-lahan sambil mengingatnya. Diakui Nobu, metode ini ternyata efektif baginya. Bahkan untuk lagu yang terbilang panjang dan memiliki tingkat kesulitan tinggi seperti Beethoven’s Hammerklavier Sonata, Nobu hanya membutuhkan waktu satu bulan untuk menguasainya.
Berbagai dukungan yang diberikan orang-orang di sekitarnya akhirnya menghantarkan Nobu sebagai peserta termuda yang berhasil masuk babak semifinal dan meraih Critics’ Award dalam ajang 15th International Frederic Chopin Piano Competition yang diselenggarakan di Warsawa, Polandia pada Oktober 2005. Dari sini, sosoknya mulai diperhitungkan di dunia musik klasik.
April 2007, Nobu mengambil kuliah di Universitas Musik Ueno Gakuen di Tokyo. Pada tahun 2009, tepatnya saat usianya menginjak 21 tahun, Nobu kembali menunjukkan eksistensinya di dunia musik klasik dengan meraih posisi pertama pada ajang bergengsi 13th Van Cliburn International Piano Competition di Fort Worth, Texas. Juri dan penonton dibuatnya terhanyut dalam lantunan suara piano nan syahdu. Nobu menjadi sensasi tersendiri dalam kompetisi yang digelar empat tahun sekali itu. Dia adalah peserta termuda sekaligus peserta pertama yang buta dalam sejarah digelarnya kompetisi tersebut. Bahkan Van Cliburn sendiri mengatakan bahwa penampilannya benar-benar murni, sangat memukau dan memiliki kesan mendalam. Di kompetisi itu, Nobu menampilkan keseluruhan 12 etude dari Chopin’s Opus No. 10 pada babak pertama, Beethoven’s Hammerklavier Sonata pada semifinal dan pada babak final dia memainkan Chopin’s Piano Concerto No. 1. Atas penampilannya, Nobu juga berhasil meraih penghargaan Beverley Taylor Smith Award sebagai The Best Performance of a New Work.
Kemenangannya di 13th Van Cliburn International Piano Competition sekaligus membuka karir bermusiknya pada ranah internasional. Berbagai undangan untuk tampil selalu datang kepadanya. Setelah lulus kuliah pada bulan Maret 2011, Nobu melakukan debut pertama sekaligus bagian dari program pemenang Van Cliburn International Piano Competition. Dimulai dengan menggelar konser di Carnegie Hall Amerika Serikat pada November 2011. Kemudian dilanjutkan dengan konser di Perancis, Turki, Inggris, Jerman dan negara-negara lain di dunia.
Spoiler for Pianis dan Komposer Berbakat:
Tak hanya dikenal sebagai pianis, ternyata Nobu juga terkenal sebagai pencipta lagu. Beberapa lagu ciptaannya sering digunakan sebagai lagu tema dalam drama atau film di Jepang seperti pada film Hayabusa yang tayang pada Februari 2012. Lagu pertama ciptaannya berjudul Street Corner of Vienna bercerita tentang kesan perjalanannya ketika berkunjung ke kota Wina, Austria. Baginya kota Wina adalah kota yang tenang dan damai, itu pula lah yang tergambar dalam lagu tersebut. Lagu ini ditampilkan pertama kali saat resital pertamanya di Suntory Hall Tokyo tahun 2000.
nobupiano1988.coom
Kebanyakan lagu ciptaannya memang bercerita tentang pengalaman dan interaksinya dengan alam. Seperti lagu yang diciptakannya ketika ia SMA berjudul Whisper of The River. Lagu ini merupakan ungkapan rasa sayangnya kepada sang ayah setelah keduanya berjalan-jalan di tepi sungai Kanda Tokyo. Baginya, alam adalah sumber inspirasi. Sejak kecil ibunya memang sering mengajaknya keluar jalan-jalan sambil menikmati alam. Bahkan sesekali ibunya mengajak Nobu pergi ke museum atau melihat pertunjukan kembang api di musim panas sambil menggambarkan bentuk dan warna apapun yang dilihatnya. Nobu mengira semua hal punya bentuk dan warna, sampai suatu ketika dia bertanya “What Colour is Wind Today?” yang kemudian menjadi judul buku yang bercerita tentang Nobu ditulis oleh ibunya. Nobu pun berharap bisa mengunjungi banyak tempat di seluruh dunia dan mengabadikan kenangannya lewat musik.
Berbagai prestasi dan pujian dari berbagai kalangan yang diterimanya tak lantas membuatnya menjadi pribadi yang sombong dan puas diri. Dirinya merasa masih harus terus mengasah dan mengembangkan kemampuan bermusiknya. Baginya kemenangan yang diraihnya dalam 13th Van Cliburn International Piano Competition adalah pembuka karir sekaligus awal bagi terbukanya jalan menuju impian terbesarnya yaitu keliling dunia dan menampilkan musik yang dapat diterima oleh seluruh warga dunia.
Setiap anak adalah istimewa. Meskipun terlahir dengan segala kekurangan pastilah ada “sesuatu yang istimewa” yang ada padanya. Tugas orang tua lah untuk mengenali, mengembangkan dan memberikan dukungan sepenuhnya agar “sesuatu yang istimewa” tersebut dapat berkembang optimal.
nobupiano1988.coom
Kebanyakan lagu ciptaannya memang bercerita tentang pengalaman dan interaksinya dengan alam. Seperti lagu yang diciptakannya ketika ia SMA berjudul Whisper of The River. Lagu ini merupakan ungkapan rasa sayangnya kepada sang ayah setelah keduanya berjalan-jalan di tepi sungai Kanda Tokyo. Baginya, alam adalah sumber inspirasi. Sejak kecil ibunya memang sering mengajaknya keluar jalan-jalan sambil menikmati alam. Bahkan sesekali ibunya mengajak Nobu pergi ke museum atau melihat pertunjukan kembang api di musim panas sambil menggambarkan bentuk dan warna apapun yang dilihatnya. Nobu mengira semua hal punya bentuk dan warna, sampai suatu ketika dia bertanya “What Colour is Wind Today?” yang kemudian menjadi judul buku yang bercerita tentang Nobu ditulis oleh ibunya. Nobu pun berharap bisa mengunjungi banyak tempat di seluruh dunia dan mengabadikan kenangannya lewat musik.
Berbagai prestasi dan pujian dari berbagai kalangan yang diterimanya tak lantas membuatnya menjadi pribadi yang sombong dan puas diri. Dirinya merasa masih harus terus mengasah dan mengembangkan kemampuan bermusiknya. Baginya kemenangan yang diraihnya dalam 13th Van Cliburn International Piano Competition adalah pembuka karir sekaligus awal bagi terbukanya jalan menuju impian terbesarnya yaitu keliling dunia dan menampilkan musik yang dapat diterima oleh seluruh warga dunia.
Setiap anak adalah istimewa. Meskipun terlahir dengan segala kekurangan pastilah ada “sesuatu yang istimewa” yang ada padanya. Tugas orang tua lah untuk mengenali, mengembangkan dan memberikan dukungan sepenuhnya agar “sesuatu yang istimewa” tersebut dapat berkembang optimal.
Seorang Tuna Netra saja bisa,bagaimana lagi kamu.
Spoiler for Asal:
Punya Tekad
Asal Berani
Asa Kita mau
Kita Pasti bisa melakukannya
Spoiler for Contoh Karya Doi:
Kokoro No Me In The Heart Eye
Sudahnya agan sendiri ya
Sudahnya agan sendiri ya
Sumurnya dalam ya gan
Spoiler for Hanya nerima:
Spoiler for Alergi dengan:
Spoiler for yang lum ISO:
Rate 5 Ya gan
Diubah oleh aqua.rider 28-03-2014 14:14
0
4.5K
Kutip
15
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.1KThread•83.3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru