Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Ada Jusuf Kalla Di Balik Skandal Plesiran Ical – Marcella Zalianty?

oesman.kallaAvatar border
TS
oesman.kalla
Ada Jusuf Kalla Di Balik Skandal Plesiran Ical – Marcella Zalianty?
Ada Jusuf Kalla Di Balik Skandal Plesiran Ical – Marcella Zalianty?

Mendadak beredar foto video plesiran Aburizal Bakrie alias Ical Bakrie alias ARB dengan Marcella Zalianty ke Maladewa. Menggambarkan dua pasang, sepasang lagi Aziz Syamsuddin dan Olivia Zalianty.

Entah dikemas seolah itu perjalanan yang mengandung unsur hubungan terlarang, atau memang demikian adanya. Seharusnya tak penting karena menyangkut ruang pribadi. Lantas menjadi penting karena menyangkut tokoh politik, pengusaha kaya raya dan Calon Presiden Partai Golkar menjelang ritual 5 tahunan ala demokrasi, ialah Pemilihan Umum. Kini bernama Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres).

Tentu ada maksud dan tujuan dari meluncurnya isu ini di arena bincang publik. Tak ada yang kebetulan. Hanya para Atheis yang memercayai kebetulan. Mereka, atheis-atheis itu tidak percaya bahwa segalanya terjadi atas maksud dan tujuan.

Apa maksud dan tujuannya? Sudah pasti menjatuhkan pencitraan Aburizal Bakrie alias Ical Bakrie alias ARB. Sebagian bilang, citranya sudah jatuh karena masalah Lapindo, pajak dan segudang masalah lainnya. Tetapi faktanya, si Dagu ini masih kokoh menjadi kandidat Capres Partai Golkar. Suka atau tidak suka.

Kesimpulan singkat, menggagalkan pencapresan Ical hampir pasti menjadi motif di balik sebaran foto video plesiran bareng artis tidak jelek bernama Marcella Zalianty ini.

Pertanyaannya kemudian adalah siapa yang menjadi dalang di balik tersebarnya foto video ini? Bagaimanakah alur sebarannya di jagad digital ini?

Kita jawab satu per satu.

Siapa dalang di balik tersebarnya video ini? Mudah menjawabnya, orang yang menjadi musuh atau tidak menyukai posisi Ical sebagai Capres Golkar dan akan mengambil keuntungan atau posisi tersebut jika Ical berhasil dijatuhkan.

Semua pihak sudah tahu kalau dalam internal Golkar sendiri terdapat friksi besar antara golongan Senior yang dipimpin sang Godfather Akbar Tanjung didampingi Jusuf Kalla dengan golongan Ical. Asal mulanya friksi tersebut berpusat di tahun 2009, pemilihan Ketua Umum Golkar.

Saat itu, Ical mencoba memenangkan kursi Ketua Umum Golkar berhadapan dengan lawan terkuatnya, Surya Paloh yang menjadi kandidat utama meneruskan tahta sang Godfather Akbar Tanjung dan Wakil Godfathernya, Jusuf Kalla.

Rupanya, Ical berhasil memenangkan kursi Ketua Umum Golkar seketika, mendadak, tak terduga. Surya Paloh kalah dan murka. Akbar Tanjung dan Jusuf Kalla tampak santai dan legowo, namun menyimpan dendam dan rencana menjatuhkan Ical.

Hal itu terlihat dari setelah keluarnya Surya Paloh dan mendirikan Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Jusuf Kalla sempat digadang-gadang menjadi Capres Nasdem, meski sang raja Indonesia Timur ini masih anggota di Partai Golkar.

Peta pergerakan bawah tanah kelompok Akbar Tanjung – Jusuf Kalla – Surya Paloh untuk menghancurkan Ical pun dimulai. Akbar Tanjung bertugas menjaga friksi kelompok Golkar Senior dalam internal Golkar. Jusuf Kalla bertugas mencari perahu sewaan alias partai yang mau menerima dirinya sebagai Cawapres atau Capres, sedangkan Surya Paloh melalui Media Indonesianya menggembosi dosa-dosa perusahaan-perusahaan Bakrie serta membajak anggota-anggota Golkar migrasi ke Nasdem.

Akbar Tanjung sukses mempertahankan wacana perlunya evaluasi Ical dari Capres Golkar. Tokoh-tokoh senior Golkar seperti Zainal Bintang, Yoris Raweyai dan sebagainya menjadi corong peluncur wacana evaluasi Ical dari Capres Golkar.

Jusuf Kalla sedang merapat ke PDIP agar bisa menjadi Cawapres PDIP dengan posisi tawar jika direstui Ibu Megawati Soekarnoputri, maka Jusuf Kalla akan berikan upeti pecah belahnya Partai Golkar.

Surya Paloh terus membajaki anggota Golkar dan berharap Nasdem bisa menjadi Golkar Terbaru. Sebelumnya Akbar Tanjung melancarkan jargon Golkar Baru pasca kejatuhan Suharto. Gagal karena direbut Ical, sepertinya Nasdem dipersiapkan untuk menjadi versi terbaru dari Golkarnya Akbar Tanjung. Nasdem is a New Golkar, mungkin demikian tagline yang cocok.

Beberapa waktu tepat sebelum foto video skandal plesiran Ical diluncurkan, arena politik diramaikan kembali dengan wacana evaluasi Ical sebagai Capres Golkar. Juru bicaranya masih sama, Akbar Tanjung, Zainal Bintang, Yoris Raweyai serta tambahan Priyo Budi Santos.

Dan setelah skandal plesiran ramai diperbincangkan, kembali muncul wacana evaluasi Ical. Kali ini, Jusuf Kalla secara frontal menjadi juru bicara utamanya.

Kesimpulannya, terlihat jelas kalau Jusuf Kalla adalah tokoh yang dipersiapkan menggantikan Ical sebagai Capres Golkar.

Dan kelihatannya, buzzer-buzzer digitalnya Jusuf Kalla juga sudah bergerak di Twitter, Kompasiana dan Kaskus untuk menggiring isu plesiran Ical – Marcella Zalianty menjadi Ical Tak Layak Jadi Capres Golkar, JK Saja Yang Gantikan Jadi Capres Golkar.

Mari kita lihat foto-foto di bawah ini :

Spoiler for Ical:


Kalau dilihat dari arah artikel-artikel tersebut yang secara jelas mendesak agar Ical digantikan oleh Jusuf Kalla, terindikasi langsung bahwa tim komunikasi Jusuf Kalla yang memosting artikel-artikel tersebut.

Pada pemberitaan mulai menggiring skandal plesiran Ical – Marcella pada isu evaluasi Ical sebagai Capres Golkar dan mulai memunculkan nama Jusuf Kalla sebagai pengganti Ical. Tema senada juga berkembang di social media. Ini menunjukkan bahwa ada program komunikasi dari tim suksesi Jusuf Kalla yang melakukan penggiringan tersebut.

Fakta-fakta di atas jelas membuktikan kalau Jusuf Kalla menjadi salah satu penggerak wacana plesiran Ical – Marcella Zalianty. Masih ada indikasi-indikasi lainnya.

Sekarang saya akan menjawab pertanyaan kedua. Bagaimana alur sebaran foto – video plesiran Ical – Marcella tersebar di Jagad Maya.

Foto skandal pertama kali dipublikasi oleh akun Facebook bernama Dedi Putrawan (https://www.facebook.com/dedi.putrawan.73) dalam album fotonya bertajuk “Mabuk Cinta Aziz Syamsuddin, Capresnya dan Duo Zalianty”.

Spoiler for Dedi:


Akun Facebook ini baru bergabung pada 17 Maret 2014, pada hari yang sama dengan pertama kalinya muncul pemberitaan pertama skandal plesiran Ical – Marcella di Non Stop Online (http://www.nonstop-online.com/2014/0...cella-beredar/) milik Jawa Pos Group dan Menit.TV milik Oesman Sapta Odang alias OSO (http://entertainment.menit.tv/read/2...livia-Zalianty).

Spoiler for Menit & Nonstop:


Anehnya, pemberitaan itu menyebut mengambil sumber foto dari internet yang beredar pada Minggu, 16 Maret 2014. Padahal, tidak ada sama sekali sebaran foto plesiran pada 16 Maret 2014. Foto perdana ditayangkan oleh akun Facebook milik Dedi Putrawan pada 17 Maret 2014 dan akun itu juga baru dibuat pada hari yang sama.

Dari sini terlihat adanya upaya mengecoh dari penulis berita di Non Stop Online dan Menit.TV. Sayangnya, berita di Nonstop tidak menyebutkan pukul berapa berita tersebut ditayangkan, namun mencantumkan nama penulisnya berinisial DED dalam berita tersebut.

Sementara pada berita Menit TV, tidak ditampilkan nama penulisnya, namun menampilkan bahwa berita tersebut ditayangkan pukul 17.55 WIB pada 17 Maret 2014.

Pertanyaannya, siapakah yang memberitahukan kepada kedua penulis berita itu tentang keberadaan akun Facebook Dedi Putrawan yang baru dibuat pada 17 Maret 2014?

Apakah pemilik akun Dedi Putrawan menelpon langsung kepada penulis berita tersebut? Kalau ini informasi bocoran, seharusnya pembocor mendahulukan menelpon wartawan dari Kompas, Detik, Okezone, Inilah atau media lainnya yang lebih besar cakupan pembacanya. Kenapa Dedi Putrawan menelpon langsung kepada wartawan Nonstop dan Menit TV yang tergolong media kecil?

Saya lebih percaya bahwa salah satu penulis dari Nonstop maupun Menit TV menjadi bagian dari pembuatan akun Facebook Dedi Putrawan serta publikasi perdananya di dua media tersebut.

Apakah kebetulan pula nama Dedi Putrawan memiliki inisial DED seperti nama yang tertulis dalam berita Nonstop? Informasi dari rekan wartawan, penulis berinisial DED itu bernama Dewa, yang juga secara lafal bisa diperpanjang menjadi DEdi putraWAn?

Saya lebih percaya wacana plesiran Ical – Marcella ini digelontorkan pertama kali oleh wartawan Nonstop berinisial DED sebagai pemilik akun Dedi Putrawan. Lihat foto ini

Spoiler for Mabuk Cinta:


Foto tersebut memperlihatkan pemilik akun Dedi Putrawan mempromosikan berita di Nonstop Online, bukan berita dari media lainnya. Apabila pemilik akun Dedi Putrawan adalah wartawan Nonstop Online berinisial DED itu, wajar terdapat kedekatan dengan media tempat dia bekerja, sehingga ada dorongan untuk mempromosikan kanal medianya sendiri dalam kampanye hitam yang sedang dilakukannya.

Akun yang menjadi pemosting perdana Youtube juga bernama DP News (https://www.youtube.com/user/dpNewsi...w=0&shelf_id=6) yang kependekan dari Dedi Putrawan News. Namun akun Youtube ini sudah beroperasi jauh sebelum ini, dan sudah memosting lebih dari 30 video dalam ragam tema.

Spoiler for DP News:


Lantas bagaimanakah hubungannya dengan penayangan berita perdana di Menit TV? Sayangnya, tidak tercantum nama penulis dalam berita ini. Namun kejanggalan jelas terlihat, yaitu bagaiman cara kedua penulis ini (Nonstop dan Menit TV) mengetahui keberadaan akun facebook Dedi Putrawan yang baru dibuat pada 17 Maret 2014?

Saya lebih percaya wartawan berinisial DED itu adalah pemilik akun Dedi Putrawan dan DP News yang bertugas sebagai medium penyebar di jagad digital, sedangkan penyedia utamanya adalah dari Menit TV yang sengaja tidak menuliskan nama penulisnya untuk mencegah pelacakan.

Mengingat Menit TV merupakan media milik Oesman Sapta Odang atau OSO, terlihat jelas juga adanya motif yang terkait dengan kelompok Jusuf Kalla. Oesman Sapta Odang seperti kita tahu terakhir mengkudeta Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto (SBS) dengan mendirikan Kadin Tandingan lalu mendesak Munaslub untuk menguasai Kadin.

Suryo Bambang Sulisto adalah komisaris PT Bumi Resources milik Bakrie Group dan tokoh yang dipanggil dengan sebutan “Gembong” ini memang dekat dengan Ical. Jabatannya di Kadin bertugas untuk mengamankan salah satu pilar Golkar di dunia usaha, yaitu Kadin.

Di sisi lain, Oesman Sapta mengkudeta Kadin dengan tujuan memuluskan jalan bagi anaknya Raja Sapta yang saat ini menjabat sebagai Ketua Hipmi. Memang sudah umum, sehabis menjabat Ketua Hipmi jalur selanjutnya adalah Ketua Kadin lalu Menteri Perindustrian. Selama ini, jalur tersebut dikuasai oleh Golkar dan berhubung Golkar sedang dikuasai Ical, maka dapat dikatakan jalur tersebut dikuasai Ical.

Suksesnya Raja Sapta menguasai kursi Ketua Hipmi jelas merupakan kecolongannya Golkar. Oesman Sapta semula kesulitan menggoyang Kadin pimpinan Suryo Bambang Sulisto karena kuku Ical dan Golkar masih kuat disana.

Rupanya, bantuan datang dari Jusuf Kalla yang saat itu sedang berseteru dengan Ical terkait pencapresan. Jusuf Kalla mengizinkan Oesman Sapta menguasai Ketua Kadin Daerah (Kadinda) di area Indonesia Timur sebagai jalan masuk untuk menggoyang Kadin.

Sebagai informasi, Jusuf Kalla merupakan penguasa Indonesia Timur. Tak ada pihak yang dapat melebarkan sayap ke Indonesia Timur tanpa sowan ke keluarga Jusuf Kalla dan Aksa Mahmud. Contohnya, Astra untuk bisa masuk jualan ke Indonesia Timur harus membentuk perusahaan patugan dengan Kalla Group. Begitu juga Temasek. Ketika singtel mau jualan operator telepon di Indonesia Tmur, harus membentuk Bukaka Singtel yang akhirnya merajai operator di Indonesia Timur. Maka jangan heran kalau untuk mendapatkan dukungan dari Kadinda-Kadinda di Indonesia Timur pun, Oesman Sapta harus izin dan dapat dukungan dari Jusuf Kalla.

Itulah sebabnya, pada perpecahan Kadin yang ramai pada akhir 2012 hingga pertengahan 2013 lalu, kudeta Oesman Sapta kepada Suryo Bambang Sulisto berhasil karena didukung kuat oleh Kadinda-Kadinda dari kawasan Indonesia Timur, berkat bantuan dari Jusuf Kalla.

Melihat dari sisi yang ini, jelas terlihat kenapa Menit TV bisa menjadi salah satu media yang mempublikasikan perdana foto video plesiran Ical – Marcella.

Hipotesa yang saya coba ungkap disini adalah Oesman Sapta sebagai rekan dari kelompok Jusuf Kalla menjadi penyedia data untuk dipublikasi melalui Menit.TV, kemudian untuk persebaran melalui jagad digital dilakukan melalui wartawan berinisial DED dari Nonstop Online sebagai pemilik akun Facebook Dedi Putrawan dan akun Youtube DP News.

Dan satu aspek yang menarik untuk disimak, kurang lebih 1 jam sebelum berita perdana plesiran Ical – Marcella tayang di Menit TV, muncul pemberitaan dari Yogyakarta pada pukul 16.54 WIB, Senin 17 Maret 2014.

Ketika Akbar Tanjung tengah berkampanye di alun-alun Kidul Yogyakarta, persis di saat Akbar Tanjung berorasi, mendadak sebuah tenda untuk penonton dan dua baliho (di kiri dan kanan panggung) bergambar Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie ambruk.

Spoiler for Akbar:


Peristiwa ini, entah disengaja atau tidak, seolah menandai penyerangan kubu Akbar Tanjung dan Jusuf Kalla kepada Ical melalui skandal plesiran Maladewa ini akan segera dimulai. Seperti adegan dalam film The Godfather, ketika Michael Corleone memutuskan menghabisi lawan-lawannya secara seketika, kejadian dilakukan bertepatan dengan Michael Corleone menjalani ritual pembaptisan pada ponakannya. Sungguh seorang Godfather Akbar Tanjung ini.

Apabila permakzulan Ical sukses dilakukan, maka Jusuf Kalla direncanakan akan menjadi Capres Partai Golkar, sedangkan Akbar Tanjung akan menjadi Cawapres pendamping Jokowi. Posisi tawarnya tentu saja, apabila direstui Megawati, maka Akbar Tanjung bisa mengatakan bahwa Golkar berada dalam kuasa tangannya sepenuhnya, karena Jusuf Kalla akan ditugaskan menjadi Capres Golkar.


0
11.7K
68
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.