Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Abidin_DombaAvatar border
TS
Abidin_Domba
[SINDIRAN DARI GRUP SURYA PALOH] Mengakhiri Jebakan Pemimpin Artifisial
NEGERI ini memang paradoksal. Indonesia ialah negara besar, tetapi sudah berpuluh-puluh tahun gagal menunjukkan kebesarannya. Indonesia ialah negara dengan 250 juta penduduk, tetapi teramat sukar mencari pemimpin yang benar-benar pemimpin.

Sudah teramat lama bangsa ini krisis kepemimpinan. Kita pernah memiliki sosok-sosok besar seperti Bung Karno, Hatta, Syahrir, Natsir, atau Kasimo. Mereka pemimpin-pemimpin besar yang tak hanya dicintai rakyat, tetapi juga disegani bangsa-bangsa lain.

Mereka pemimpin berintegritas, yang setiap laku dan tindakan semata-mata demi mengangkat harkat dan martabat bangsa. Mereka bukan pemimpin yang asal jadi dan mengaku-aku sebagai pemimpin, melainkan pemimpin yang benar-benar pemimpin.

Namun, kisah membanggakan itu tinggal cerita. Kerin-duan rakyat untuk mendapatkan kembali pemimpin-pemimpin seperti mereka, yang berjiwa negarawan, pun sudah sangat lama terpendam, seakan-akan sekadar impian yang entah kapan menjadi kenyataan.

Era reformasi yang digadang-gadang sebagai momentum kebangkitan men­cetak pemimpin besar, yang punya gagasan-gagasan besar dan punya kemauan besar untuk mewujudkannya, masih jauh dari harapan.

Betul bahwa sejak keran reformasi dibuka, ribuan anak bangsa terobsesi menjadi pemimpin. Namun, mereka baru pemimpin dalam arti julukan, bukan orang yang berjiwa pemimpin.

Itulah keprihatinan yang sudah lama menggumpal seakan-akan tanpa jalan keluar. Keprihatinan itu pula yang diungkapkan secara gamblang oleh Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh saat berdialog dengan sekitar 200 mahasiswa di Padang, Sumatra Barat, Selasa (25/3). Menurut Surya, selama 16 tahun era reformasi, kita terperangkap pada pemimpin artifisial, pemimpin buatan yang lahir dari pencitraan. Bukan pemimpin substansial dengan ide-ide besar yang bisa mengembalikan kebesaran bangsa.

Di masa silam, bangsa ini mampu menyejajarkan diri dengan negara-negara besar lantaran memiliki pemimpin substansial. Mereka berhasil menjulangkan nama bangsa lantaran lahir dari pergerakan terdidik yang visioner.

Namun, setelah dikelola pemimpin artifisial, Indonesia kehilangan kebanggaan di segala bidang. Jangankan dengan negara-negara superior semacam Amerika Serikat, tatkala berhadapan dengan negara-negara tetangga saja kita kerap inferior. Ketegasan bersalin wujud menjadi ketidakberdayaan untuk menunjukkan harga diri.

Nostalgia indah bukan hanya untuk dikenang, melainkan juga harus kita ulang. Pemilihan umum tahun inilah saatnya untuk mewujudkan kembali harapan kita memiliki pemimpin-pemimpin hebat. Bisakah? Semua bergantung pada rakyat.

Yang pasti, agar tak terus tersandera oleh pemimpin artifisial dan lepas dari jebakan pemimpin palsu yang eksis karena sekadar pintar memoles citra, rakyat mesti cerdas dan jeli menjatuhkan pilihan. Kesadaran rakyat akan pen­tingnya perubahan merupakan keniscayaan.

Hanya figur yang steril dari kepentingan pribadi dan kelompok, yang lantang bersuara 'ini dadaku, mana dadamu' kala berurusan dengan negara lainlah yang layak jadi pemimpin. Kita meminta pemimpin artifisial yang besar karena pencitraan minggir dari pertarungan. Jangan jebak rakyat dengan citra.

Sumber : http://www.mediaindonesia.com/editor...ial/2014/03/27

TS :

Bahasanya lebih halus dari prabowo, tapi tetep aja makjleb.... emoticon-Ngakak
0
2.1K
25
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.2KThread41.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.