Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

darmaboyAvatar border
TS
darmaboy
Listrik Daerah Antara Hidup-Mati, Gas RI Masih Terus Diekspor Super Murah ke China
Sebanyak 48% produksi gas Indonesia tahun lalu diekspor ke berbagai negara, mulai dari China, Korea Selatan (Korsel), Singapura, dan lainnya. Semua ini dilakukan karena harus memenuhi kontrak penjualan.

Kepala Bagian Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Handoyo Budi Santoso mengatakan, ekspor gas Indonesia memang masih sangat besar, tapi semua itu karena hanya untuk memenuhi kewajiban kontrak tahun-tahun sebelumnya.

"Ekspor itu karena harus memenuhi kontrak," kata Handoyo kepada detikFinance, Rabu (26/3/2014).

Seperti diketahui, produksi gas dari Papua yang dioperasikan BP Tangguh 100% diekspor ke Sempra, Amerika Serikat dengan harga US$ 7-US$ 9 per juta british thermal unit (mmbtu). Sebagian pasokan gas ke Amerika tersebut saat ini dialihkan ke Korsel.

Ada pula kontrak jangka panjang penjualan gas LNG Fujian-China. Harga LNG Fujian sampai saat ini masih US$ 3,35 per mmbtu. Saat ini pemerintah sedang mengupayakan renegosiasi harga gas Fujian, pasalnya industri dalam negeri saja berani membeli gas jauh di atas harga Fujian. Selanjutnya, ada ekspor gas ke Singapura hingga 2023 yang berasal dari ConocoPhillips di Sumatera.

Handoyo mengungkapkan, gas Indonesia banyak diekspor juga karena saat diproduksi beberapa puluh tahun lalu belum banyak industri dalam negeri yang menggunakan gas. sementara sebelum sumur gas mengeluarkan gas, harus dipastikan ada pembelinya.

"Sebelum gas keluarkan, harga ada pembelinya, nggak bisa gas sudah keluar baru cari pembeli, sumur gas bisa mati, investasi jutaan dolar yang di keluarkan bisa sia-sia alias rugi. Apalagi pada saat itu seperti gas di Papua, Kalimantan dan lainnya belum bisa diserap dalam negeri. Persoalannya pertama karena infrastruktur pipa gas untuk membawa gas dari Papua, Kalimantan dan daerah lainnya belum tersedia, kedua industri dalam negeri juga belum banyak gunakan gas," ungkapnya.

Handoyo menegaskan, saat ini SKK Migas berkomitmen untuk mendahulukan kebutuhan gas dalam negeri. Lambat laun ekspor gas ke luar negeri akan dikurangi.

"Sekarang kan industri banyak butuh gas, pembangkit listrik juga pakai gas, transportasi juga mulai melirik gas, rumah tangga juga, kami berkomitmen untuk mendahulukan pasokan gas dalam negeri. Apalagi sekarang untuk membawa gas bisa dengan kapal, pipa dan lainnya, gasnya bisa disimpan, ada Floating Storage Regasification Unit (FSRU), kalau dulu belum ada. Jadi jika ke depannya masih ada gas yang diekspor itu semata hanya untuk memenuhi kontrak gas masa lampau," tutupnya.
(rrd/dnl)

www.detik.com


Spoiler for komentar ts:
0
2.5K
36
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.8KThread41.4KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.