Komunikasi politik gencar dilakukan calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dengan sejumlah kalangan. Hal itu dilakukan sebagai sebuah kesadaran politik.

Sekjen PDI-P Tjahjo Kumolo mengatakan, pertemuan Jokowi dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dan Rais Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mustofa Bisri pada Kamis (20/3), dilakukan karena kesadaraan politik kader PDI-P itu terhadap jejak sejarah bangsa.

“PDI-P dan pak Jokowi melihat NU dan Muhammadiyah dua organisasi utama umat Islam yang telah memberikan kontribusi besar bagi tegaknya Republik Indonesia dan menjadi pilar pemersatu bangsa,” katanya di Jakarta, Jumat (21/3).

Menurut dia, dalam pertemuan tersebut pembicaraan seputar kegelisahan dan kepedulian terhadap ekonomi rakyat yang dulu digerakkan NU dan Muhammdiyah, kini digantikan jejaring produk impor, terjadinya krisis keteladanan, serta karakter bangsa. Pertemuan itu juga membangun komitmen kebangsaan bersama kedua orgmas terkemuka di Tanah Air itu guna kaderisasi kepemimpinan nasional

Tjahjo mengatakan, jika PDI-P dan Jokowi mendapatkan mandat kepercayaan rakyat, NU dan Muhammadiyah serta pilar agama lain perlu digandeng untuk memecahkan persoalan tersebut. “Menuntaskan agenda-agenda kebangsaan yakni menciptakan lapangan kerja bagi rakyat serta mewujudkan kehidupan rakyat yang cukup sandang, pangan dan papan,” ujarnya.

Soal komunikasi dengan AS dan Uni Eropa terkait pencapresan Jokowi, Ketua DPP PDI-P Maruarar Siarit menuturkan, hal serupa dilakukan ke semua negara. Hal itu karena PDI-P menganut sistem politik luar negeri non-blok seperti Bung Karno. “Kami juga berkomunikasi dengan Australia, Singapura, Jepang, dan China. Saya pikir itu yang Pak Jokowi lakukan,” ujarnya.

Sumber gan: http://goo.gl/Sjmckp

Payah gan