Cinta Laura memang dikenal sebagai artis cerdas. Selain kuliah di salah satu universitas paling prestisius di dunia, Columbia University, Amerika Serikat, Cinta Laura juga jadi asisten seorang profesor.

Nilai yang tinggi dan lulus test psikologi membuatnya mendapatkan kesempatan tersebut. Meski pun bangga, di sisi lain Cinta juga merasa kewalahan dengan profesi barunya tersebut.

"Ternyata jadi asisten itu tidak gampang. Paling tidak aku 20 jam kerja. Kuis, print materi, ngetik, menilai tugas-tugas juga aku yang kerjakan. Jadi aku stres banget, karena PR-ku juga banyak," ungkapnya ditemui di kawasan Kuningan.

Tawaran sebagai asisten profesor diterima Cinta bukan karena alasan finansial. Pasalnya, upah yang diterimanya pun tak seberapa.

"Aku lakukan bukan karena salary. Dibayarnya cuma $10 (Rp113 ribu) per jam. Seluruh semester ada sekitar 2000-an dolar (Rp22 juta). Tapi dipotong tax, jadi paling dapet 1700-an dolar (Rp19 juta). Paling aku pakai buat ongkos taksi, makan, yang kecil-kecil saja. Uang segitu tidak bisa dipakai apa-apa. Kecil banget di sana," kata dia.

Meski demikian, Cinta mengaku tak ingin melanjutkan profesi sebagai pendidik profesional. Mimpi menjadi artis Hollywood tetap menjadi prioritas yang ingin diraihnya.

"Aku setuju jadi asisten karena bagus pengalamannya buat aku, tapi tidak mau jadi profesor."

Hal senada diungkapkan sang Bunda. Ia juga lebih mendukung putri semata wayangnya itu menjadi artis dibandingkan menjadi profesor atau pengajar di universitas.

"Kalau dia jadi Hollywood star dia lebih terkenal daripada jadi profesor. Indonesia keangkat juga. Kalau jadi profesor sayang, cantik-cantik diam di kampus," tutur sang ibu.

http://life.viva.co.id/news/read/490...sor-di-amerika