taychanAvatar border
TS
taychan
Kasus Pembunuhan Berencana
Halo agan-agan dan sista-sista semuanya. Ketemu lagi ama ane, detektif taychan, kita di sini akan mengupas rencana-rencana pembunuhan yang tabu menjadi layak untuk diperbincangkan, namun tajam terpercaya setajam... SINGLET!

Dalam kasus ketiga ane ini, korban masih merupakan tipe orang yang sama seperti kasus kasus ane sebelumnya.. sakit parah, tidak berdaya, dan membutuhkan orang yang mampu merawat secara total care.

Kasus ketiga ane ini, juga nggak terlalu susah-susah amat gan, levelnya sih masih medium seperti kasus pertama dan kedua ane yang cukup fenomenal beberapa waktu lalu.

Kasus ini diawali dari seorang pria berumur 57 tahun bernama Robert Langford. Beliau menderita penyakit stroke dan mengalami kelumpuhan pada sebelah kiri, namun masih sadar walau hanya terbaring di kasur. Robert memiliki seorang anak tiri bernama Abigail, berumur 24 tahun dan bekerja sebagai model. Istri Robert yang juga ibu kandung dari Abigail sudah meninggal setahun yang lalu karena penyakit kanker rahim.

Tiba-tiba pada suatu sore mendadak Robert tidak sadar, jadi Abigail dan salah satu keponakan Robert bernama Taylor membawanya ke rumah sakit. Selama di rumah sakit, semua uang Abigail maupun Robert akhirnya habis (maklum gan, diluar negeri kaga ada jamkesda, KJS, atau semacamnya gan) untuk biaya pengobatan. Akhirnya dokter menyarankan Robert dibawa pulang saja untuk dirawat sendiri di rumah.

Jadi gini, pas pulang ke rumah, alat-alat medis berupa infuse, selang kateter untuk kencing (DC), dan selang yang menuju lambung (atau NGT; nasogastric tube) tidak dilepas atas anjuran dokter yang merawat beliau, karena tentu saja untuk mempermudah perawatan selama dirumah. Jadi dokter menyarankan untuk menyewa perawat home care saja yang bisa dipanggil.
Kenapa? Karena merawat pasien stroke itu sama aja kayak mengasuh orang yang tidak berdaya. Disuapin makannya, dimandiin, dibersihkan pup ama pipisnya dan lain-lain.

Nah, kebetulan Abigail punya teman seorang perawat bernama Laura dan Rosalie, dan mereka juga lagi nganggur gan jadi langsung diterima gitu aja kerjaan itu. Suatu hari, Abigail merasa jenuh dan curhatlah ia kepada sahabatnya si Laura.
“Fren, ane cape nih ngurusin bokap ane. Duit ane udah abis gara-gara nombokin biaya rumah sakit ama fisioterapi, ane bingung nih mana tagihan kartu kredit makin bengkak nih, orderan jadi model mana sepi lagi, ente ada ide kaga?” Tanya Abigail.
“Ane ada ide nih,” kata Laura. “Bunuh aja dia,” kata Laura, Abigail langsung ngeri.
“Wah, ane kaga mau masuk penjara, ente mah kasih ide yang bener dong, jangan yang kayak gitu. Ngeri ane!” kata Abigail.
“Iih, ane serius kaleeuss.. tapi ada syaratnya..”
“Apaan?”
“Duit warisan asuransi jiwa bokap ente bagi dua ke ane juga,” kata Laura dengan wajah sinis.
“Kalo itu mah, beres! Ane lakuin deh apa aja keinginan ente! Yang penting bokap ane is dead!”

Akhirnya Laura dan Abigail pun merencanakan pembunuhan itu dengan rapi, tapi pada suatu siang sekitar jam 12.00 Laura berubah pikiran. Sebelum Robert makan siang, Laura mengatakan ke Abigail kalau dia hendak mengatur suatu rencana dan Laura tidak ingin Abigail mengetahuinya.
“Pokoke mah beres! Ente kaga usah ikut-ikutan, ane jamin ntar sore bokap ente tewas! Tenang aja!”

Siang itu juga saat Laura memberi makan Robert, ia langsung melakukan eksekusi tanpa kehadiran Abigail, mengatur sesuatu dan sebagainya. Abigail pun curiga kalau Laura memberi semacam obat ke Robert tapi hal itu langsung dibantah Laura, karena Laura sama sekali tidak ingin dicurigai polisi. Pas keluar dari kamar Robert, Laura mengatakan kalau semuanya sudah beres, cuma tinggal tunggu waktu aja. Karena penasaran Abigail pun masuk ke kamar Robert dan tidak menemukan keanehan, semuanya terlihat wajar-wajar saja.
“Ane kaga ada liat yang aneh,” kata Abigail.
“Yah, memang, udah deh kaga usah dipikirin! Yang jelas, udah pasti deh bokap lo ntar mati!” kata Laura.

Sekitar jam 16.30 Abigail mendadak mendapat panggilan buat photoshoot, sebelum berangkat pergi ia melihat keadaan Robert, namun tidak terjadi apa-apa yang aneh, ayahnya masih hidup dan bernapas. Selama Abigail pergi, Robert dijaga oleh Taylor dan perawat Rosalie.
Saat sedang asyik-asyik berpose depan kamera, Abigail mendapat telpon yang mengatakan kalau ayahnya sudah meninggal dunia sekitar pukul 17.15 Tepat seperti apa yang dikatakan Laura. emoticon-Berduka (S)

Pertanyaannya adalah..
Bagaimana cara membunuhnya??
Dalam penyelidikan tidak ditemukan semacam racun, tidak ditemukan obat tertentu yang dimasukkan lewat infus dan Abigail tentu saja menolak dilakukan otopsi. emoticon-Bingung (S)
Enjoy this case gan..
emoticon-Kiss

Ane kasih clue deh gan, nih.. (sumber berasal dari mbah gugel dan ane ga tau itu muka siapa)
Spoiler for pasien stroke:
0
2.7K
12
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Can You Solve This Game?
Can You Solve This Game?KASKUS Official
2.9KThread2KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.