PART 1

Pertengahan Desember 2013

Matahari senja, menyelimuti batas kota tempat kelahiranku. Aku memeluk lututku di pojok ruangan kantor polisi. Mataku sembab. Luka lebam dan memar memenuhi tubuhku. Seorang polwan dating menghampiriku. Aku tertunduk menahan tangis.
“ Ibu, sudah mulai membaik badannya??”
Aku hanya mengangguk lesu.
“Bisa kita mulai sekarang??”
Lagi-lagi aku hanya dapat menganggukan kepalaku.
“ Ibu jangan khawatir. Ini bukan pemeriksaan. Ya sekedar curhat aja. Ibu jangan takut dan malu menjawab pertanyaan saya” lanjut polwan itu.
Aku hanya dapat tersenyum terpaksa. Sakit. Perih. Nyeri. Ku rasakan saat ini. Bagaimana tidak. Orang yang sudah 4 tahun menemani hari-hariku, ayah dari anak-anakku, tega melakukan ini padaku. Bahkan bukan hanya saat ini saja. Kejadian ini telah ku alami lebih dari 5 kali. Bodoh. Mungkin memang itu gelar yang layak aku sandang saat ini. Tapi entaklah… aku sendiri tak tahu, kenapa ku slalu memaafkannya. Tangis kekecewaan menyambut setiap kalimat yang ku lontarkan di depan polwan itu. Mau tak mau, aku harus mengulang kembali dalam ingatanku peristiwa itu. Peristiwa yang membuatku seperti ini. Entah ada berapa pernyaan yang di lontarkan. Aku tak tahu pasti. Aku hanya menjawab apa yang dapat ku jawab. Lumayan lama aku berada di tempat itu. Tempat yang sebenernya gak ingin aku datangi.
“Tadi ibu kesini naik apa bu??”
“Numpang sama motor yang lewat di jalan tadi”
“Sekarang ibu fikir-fikir aja dulu ya bu. Gimana baiknya. Otang tua tau kejadian ini?
Ku gelengkan kepalaku pelan.
“Ada baiknya ibu bicara ma orang tua dulu. Gimana baiknya. Kalau ibu sudah yakin dengan keputusan ibu, ibu bias dating lagi kesini bu. Yang penting sekarang ibu di visum dulu ya bu… mau nanti ibu jadi laporkan suami ibu atau tidak sekalipun, gak masalah”
Lagi-lagi ku anggukan kepalaku.