- Beranda
- Pilih Capres & Caleg
Anies Baswedan Adalah Kuda Hitam Perpolitikan Yang Akan Memimpin Bangsa
...
TS
salemy
Anies Baswedan Adalah Kuda Hitam Perpolitikan Yang Akan Memimpin Bangsa
Kualitas Anies Baswedan
Quote:
Memasuki babak baru Konvensi Partai Demokrat yakni debat antarcapres, tim pemenangan Anies Baswedan mengklaim capresnya terlihat paling siap di antara calon yang lain. Dalam debat yang dilaksanakan di Istana Maimun, Medan, Rabu (22/1), pendiri Gerakan Indonesia Mengajar itu beradu argumen dengan Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, dan Marzuki Alie.
Hadir dalam debat perdana Capres Konvensi Partai Demokrat, Anies Baswedan angkat suara mengenai pertumbuhan ekonomi di daerah. Menurut penggagas Gerakan Indonesia Mengajar ini, ketimpangan besar antara pertumbuhan ekonomi pusat dan daerah perlu segera diatasi. "Pertumbuhan ekonomi jangan hanya lihat angkanya, tapi distribusi pertumbuhan itu harus merata," tegas mantan Ketua Komite Etik KPK ini.
Anies mencontohkan 52 persen kredit dikucurkan di Jakarta, sementara 48 persen lainnya dibagi rata ke seluruh provinsi. Untuk mengatasi hal tersebut mantan moderator debat capres Pemilu 2009 ini mengajukan sebuah solusi. "Inisiatif yang saya lakukan untuk menekan ketimpangan itu adalah merelokasikan kantor-kantor BUMN ke berbagai daerah," ujar capres termuda Konvensi Partai Demokrat ini.
Dalam debat tersebut Anies juga memaparkan fokusnya terhadap pengembangan kualitas manusia Indonesia. "Hidup di era global, bukan berarti tentang memikirkan dunia global. Kuncinya ada pada pengembangan manusia Indonesia," paparnya. Anies menambahkan dalam era globalisasi dibutuhkan integrasi dengan dunia untuk peningkatan kesehatan dan pendidikan. "Modal kita bersaing di dunia global adalah manusia dan kekayaan alam Indonesia," tegas Anies, dalam siaran persnya yang diterima ROL, Rabu (22/1) malam.
Satu dari seratus intelektual dunia versi Majalah Foresight ini juga tak bosan-bosannya menegaskan tekadnya dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia dan menawarkan alternatif pemberantasan korupsi. "KPK harus fokus di hulu dalam pemberantasan korupsi. Kepolisian dan kejaksaan juga harus direformasi total," tegas mantan Ketua Komite Etik KPK ini. Anies juga menegaskan bahwa pemberantasan korupsi adalah tanggung jawab semesta. Menurut anggota Tim 8 KPK ini penegakan hukum masih menjadi masalah besar yang harus dituntaskan.
Ditanya mengenai penanggulangan bencana, Anies menyikapinya dengan mengusulkan tiga solusi penanggulangan. “Pertama, semua orang harus sadar akan kondisi rawan bencana ini. Lokasi Indonesia itu rawan bencana alam, dan seharusnya ada gerakan penyadaran resiko bencana,”. Langkah kedua menurutnya dalah pengurangan resiko misalnya rumah tinggal dari bahan bambu untuk meminimalkan resiko gempa. “Yang ketiga adalah mengelola risiko, kita harus memiliki manajemen saat bencana dan pasca bencana,” jelasnya.
Hadir dalam debat perdana Capres Konvensi Partai Demokrat, Anies Baswedan angkat suara mengenai pertumbuhan ekonomi di daerah. Menurut penggagas Gerakan Indonesia Mengajar ini, ketimpangan besar antara pertumbuhan ekonomi pusat dan daerah perlu segera diatasi. "Pertumbuhan ekonomi jangan hanya lihat angkanya, tapi distribusi pertumbuhan itu harus merata," tegas mantan Ketua Komite Etik KPK ini.
Anies mencontohkan 52 persen kredit dikucurkan di Jakarta, sementara 48 persen lainnya dibagi rata ke seluruh provinsi. Untuk mengatasi hal tersebut mantan moderator debat capres Pemilu 2009 ini mengajukan sebuah solusi. "Inisiatif yang saya lakukan untuk menekan ketimpangan itu adalah merelokasikan kantor-kantor BUMN ke berbagai daerah," ujar capres termuda Konvensi Partai Demokrat ini.
Dalam debat tersebut Anies juga memaparkan fokusnya terhadap pengembangan kualitas manusia Indonesia. "Hidup di era global, bukan berarti tentang memikirkan dunia global. Kuncinya ada pada pengembangan manusia Indonesia," paparnya. Anies menambahkan dalam era globalisasi dibutuhkan integrasi dengan dunia untuk peningkatan kesehatan dan pendidikan. "Modal kita bersaing di dunia global adalah manusia dan kekayaan alam Indonesia," tegas Anies, dalam siaran persnya yang diterima ROL, Rabu (22/1) malam.
Satu dari seratus intelektual dunia versi Majalah Foresight ini juga tak bosan-bosannya menegaskan tekadnya dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia dan menawarkan alternatif pemberantasan korupsi. "KPK harus fokus di hulu dalam pemberantasan korupsi. Kepolisian dan kejaksaan juga harus direformasi total," tegas mantan Ketua Komite Etik KPK ini. Anies juga menegaskan bahwa pemberantasan korupsi adalah tanggung jawab semesta. Menurut anggota Tim 8 KPK ini penegakan hukum masih menjadi masalah besar yang harus dituntaskan.
Ditanya mengenai penanggulangan bencana, Anies menyikapinya dengan mengusulkan tiga solusi penanggulangan. “Pertama, semua orang harus sadar akan kondisi rawan bencana ini. Lokasi Indonesia itu rawan bencana alam, dan seharusnya ada gerakan penyadaran resiko bencana,”. Langkah kedua menurutnya dalah pengurangan resiko misalnya rumah tinggal dari bahan bambu untuk meminimalkan resiko gempa. “Yang ketiga adalah mengelola risiko, kita harus memiliki manajemen saat bencana dan pasca bencana,” jelasnya.
Gagasan Anies Baswedan
Quote:
Saya pikir gagasan besar dan cemerlang Anies juga manakala mengganti istilah SDM (Sumber Daya Manusia) menjadi kualitas manusia. Manusia Indonesia memang tidak boleh dipandang semata-mata sebagai sumber daya. Manusia Indonesia lebih dari itu. Jika istilah SDM mengesankan manusia sebagai instrumen, maka kualitas manusia lebih terkesan manusiawi sebab menekankan manusia sebagai subyek yang kreatif dan harus terus-menerus mengalami perbaikan kualitas hidup. Ketika memakai istilah kualitas, kuat kesan bahwa Anies memang serius memperbaiki kondisi warga bangsa ini. Ia telah menemukan masalah bangsa sekaligus penyelesaiannya. Dan yang menjadi fokus utamanya adalah perbaikan kualitas manusia Indonesia. Kualitas di sini bukan hanya berarti cara berpikir dan merasa, tetapi juga etos seluruh warga bangsa. Ia mencerminkan keadaban mulia sebagai unsur penting dalam menciptakan peradaban (tamaddun).
Bagi Anies, titik berangkat kesejahteraan bukan dari perspektif SDA (Sumber Daya Alam), melainkan harus berangkat dari titik kesadaran bahwa garda terdepan untuk meraih kemenangan adalah kualitas manusia. Dan kualitas manusia hanya bisa diraih lewat pendidikan berkualitas. Sementara sebab utama pendidikan berkualitas itu sendiri bukan lantaran gedung, buku, kurikulum atau bahasa yang berkualitas. Akan tetapi didorong oleh kepemimpinan yang menggerakkan manusia Indonesia serta menginspirasi, dan bukan mendikte. Kepemimpinan bersifat patron-client sudah out of date. Yang lebih up to date (cocok dengan perkembangan zaman) justru kepemimpinan yang dapat membuat orang bergerak, turun tangan, dan berkontribusi menyelesaikan masalah.
Menarik untuk menyimak kondisi SDA vis a vis manusia Indonesia. Tidak ada yang menyangsikan bahwa negeri ini memiliki SDA yang melimpah. Saking kaya dan indahnya, tidak sedikit orang berseloroh, barangkali Tuhan sedang tersenyum bahagia ketika menciptakan alam Nusantara. Namun di pihak yang lain, hal itu kerap dinilai berbanding terbalik dengan kualitas manusianya. Bukan saja banyak yang belum mampu mengenyam pendidikan berkualitas, melainkan juga banyak warganya yang berada di bawah garis kemiskinan, menganggur, dan kurang terjaga kesehatannya. Dalam konteks ini, banyak pakar membandingkan Indonesia dengan Jepang. Dibanding negara matahari terbit itu, SDA Indonesia dinilai lebih kaya, tetapi dalam segi kualitas dan kesejahteraan manusianya, warga negeri ini malah dinilai kalah kualitas dari bangsa Jepang. Mencengangkan bahwa betapa pun SDA-nya terbatas, namun Jepang dapat tampil menjadi macan Asia. Lalu dengan berlimpah SDA, mengapa kualitas bangsa Indonesia masih lemah?
Dalam hal ini, kesimpulan Anies kemungkin besar akan banyak diamini. Bahwa persoalan pokok bangsa ini terletak dalam kualitas manusianya. Bangsa Jepang saja dapat menjadi macan Asia meski SDA-nya terbatas. Kalau saja kualitas bangsa Indonesia tinggi, tentu akan luar biasa hasilnya. Sebab ia akan menjadi kekuatan dahsyat manakala menimbang bahwa bangsa ini sudah kaya dalam segi SDA. Adalah kombinasi luar biasa, tentu saja, ketika menyandingkan manusia Indonesia berkualitas plus melimpah SDA. Hasilnya tentu akan lebih dari capaian bangsa Jepang. Dengan demikian, bagi penulis kesimpulan dan fokus agenda gerakan Anies Baswedan sudah tepat: perbaikan kualitas manusia Indonesia. Dan ini akan tercapai efektif dan efisien dengan menyemarakan pendidikan berkualitas tinggi yang mudah diakses oleh seluruh warga.
Bagi Anies, titik berangkat kesejahteraan bukan dari perspektif SDA (Sumber Daya Alam), melainkan harus berangkat dari titik kesadaran bahwa garda terdepan untuk meraih kemenangan adalah kualitas manusia. Dan kualitas manusia hanya bisa diraih lewat pendidikan berkualitas. Sementara sebab utama pendidikan berkualitas itu sendiri bukan lantaran gedung, buku, kurikulum atau bahasa yang berkualitas. Akan tetapi didorong oleh kepemimpinan yang menggerakkan manusia Indonesia serta menginspirasi, dan bukan mendikte. Kepemimpinan bersifat patron-client sudah out of date. Yang lebih up to date (cocok dengan perkembangan zaman) justru kepemimpinan yang dapat membuat orang bergerak, turun tangan, dan berkontribusi menyelesaikan masalah.
Menarik untuk menyimak kondisi SDA vis a vis manusia Indonesia. Tidak ada yang menyangsikan bahwa negeri ini memiliki SDA yang melimpah. Saking kaya dan indahnya, tidak sedikit orang berseloroh, barangkali Tuhan sedang tersenyum bahagia ketika menciptakan alam Nusantara. Namun di pihak yang lain, hal itu kerap dinilai berbanding terbalik dengan kualitas manusianya. Bukan saja banyak yang belum mampu mengenyam pendidikan berkualitas, melainkan juga banyak warganya yang berada di bawah garis kemiskinan, menganggur, dan kurang terjaga kesehatannya. Dalam konteks ini, banyak pakar membandingkan Indonesia dengan Jepang. Dibanding negara matahari terbit itu, SDA Indonesia dinilai lebih kaya, tetapi dalam segi kualitas dan kesejahteraan manusianya, warga negeri ini malah dinilai kalah kualitas dari bangsa Jepang. Mencengangkan bahwa betapa pun SDA-nya terbatas, namun Jepang dapat tampil menjadi macan Asia. Lalu dengan berlimpah SDA, mengapa kualitas bangsa Indonesia masih lemah?
Dalam hal ini, kesimpulan Anies kemungkin besar akan banyak diamini. Bahwa persoalan pokok bangsa ini terletak dalam kualitas manusianya. Bangsa Jepang saja dapat menjadi macan Asia meski SDA-nya terbatas. Kalau saja kualitas bangsa Indonesia tinggi, tentu akan luar biasa hasilnya. Sebab ia akan menjadi kekuatan dahsyat manakala menimbang bahwa bangsa ini sudah kaya dalam segi SDA. Adalah kombinasi luar biasa, tentu saja, ketika menyandingkan manusia Indonesia berkualitas plus melimpah SDA. Hasilnya tentu akan lebih dari capaian bangsa Jepang. Dengan demikian, bagi penulis kesimpulan dan fokus agenda gerakan Anies Baswedan sudah tepat: perbaikan kualitas manusia Indonesia. Dan ini akan tercapai efektif dan efisien dengan menyemarakan pendidikan berkualitas tinggi yang mudah diakses oleh seluruh warga.
Orang orang baik turun tangan dan masa depan Indonesia
Quote:
Orang-orang Baik, Turun Tangan, dan Masa Depan Indonesia
Meski ada ungkapan “lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan”, namun tidak sedikit orang malah tertelan dan mengutuk kegelapan. Misalnya ketimbang optimis akan hadirnya perbaikan nasib bangsa ke depan, sebagian orang justru tergesa-gesa memvonis bahwa bangsa ini sudah tidak dapat diselamatkan, pasti bangkrut. Demikian pula tak sedikit orang beranggapan bahwa dunia politik adalah dunia jahat dan kotor. Mereka anggap, orang sebaik apa pun yang masuk ke politik akan ikut menjadi jahat dan takkan mampu mengelak menjadi kotor. Seolah-olah dengan mencak-mencak terhadap politik, maka persoalan menjadi selesai bahkan ia terselamatkan dari dosa sosial semacam ini. Padahal, justru jika orang-orang baik berpangku tangan dari politik lantas membiarkan orang-orang yang kurang baik mengisi bidang politik bukankah sama artinya membiarkan kekuasaan politik dipegang oleh pihak-pihak yang kurang baik dan negara ini akan terus dikelola secara kurang baik juga?
Anies sepertinya bukan bagian dari kelompok orang yang mengutuk kegelapan. Ia mencoba untuk optimis sekaligus menyebarkan gairah optimisme. Di tengah kurang cahaya sehingga gelap itu, Anies seperti menyalakan lilin yang menerangi, kendati saat akan dan pasca menyalakannya, suara sumbang dan meragukan gagasan dan tindakannya tetap muncul. Namun Anies terus bergerak. Suara hatinya seolah menegaskan: the show must go on. Memang benar masih ada kurang dan lemah menyangkut kehidupan berbangsa dan bernegara ini, akan tetapi bukannya membiarkannya terus menurun dan bangkrut. Adalah benar bahwa banyak kebijakan dan tindakan kurang etis dalam tradisi lembaga dan aktor-aktor politik di negeri ini, namun mencak-mencak belaka tidak akan menyelesaikan masalah. Juga tidak pula berarti para pengamatnya menjadi benar dan terbebas dari dosa sosial. Bagi Anies, kesalahan besar jika orang-orang baik berpangku tangan dan membiarkan kepemimpinan di negeri ini dipegang oleh orang-orang yang tidak berhak. Adalah kesalahan besar juga manakala abai terhadap masa depan negara bangsa ini.
Maka Anies menegaskan, kalaupun orang-orang baik belum waktunya ikut ambil bagian dalam kepemimpinan nasional dan mengelola negeri ini, paling tidak pilihlah para politisi yang baik untuk mengisi posisi pejabat publik. Bagi Anies, kiwari sudah saatnya orang-orang baik untuk membuktikan kebaikannya. Dan caranya dengan turun tangan menentukan masa depan Indonesia. Selain bekerja untuk memperbaiki kondisi bangsa di berbagai bidang yang dikuasai dan disukai, orang-orang baik juga ditantang nyalinya untuk tampil dan turun tangan memilih bahkan menjadi pihak yang dipilih untuk mengisi posisi-posisi vital dan strategis dalam menyukseskan agenda melunasi janji kemerdekaan di seluruh aspek, pula terhadap seluruh warga bangsa. Dan dalam konteks memenuhi undangan mengikuti Konvensi Calon Presiden RI dari Partai Demokrat belakangan ini, jelas Anies Baswedan memutuskan menjadi pihak yang dipilih. Ia tentu sedang menguji integritas, menguji kualitas kebaikan dirinya, dan bergerak merengkuh posisi yang memudahkannya mewujudkan gagasan besar dan cemerlang yang telah ia sodorkan.
Meski ada ungkapan “lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan”, namun tidak sedikit orang malah tertelan dan mengutuk kegelapan. Misalnya ketimbang optimis akan hadirnya perbaikan nasib bangsa ke depan, sebagian orang justru tergesa-gesa memvonis bahwa bangsa ini sudah tidak dapat diselamatkan, pasti bangkrut. Demikian pula tak sedikit orang beranggapan bahwa dunia politik adalah dunia jahat dan kotor. Mereka anggap, orang sebaik apa pun yang masuk ke politik akan ikut menjadi jahat dan takkan mampu mengelak menjadi kotor. Seolah-olah dengan mencak-mencak terhadap politik, maka persoalan menjadi selesai bahkan ia terselamatkan dari dosa sosial semacam ini. Padahal, justru jika orang-orang baik berpangku tangan dari politik lantas membiarkan orang-orang yang kurang baik mengisi bidang politik bukankah sama artinya membiarkan kekuasaan politik dipegang oleh pihak-pihak yang kurang baik dan negara ini akan terus dikelola secara kurang baik juga?
Anies sepertinya bukan bagian dari kelompok orang yang mengutuk kegelapan. Ia mencoba untuk optimis sekaligus menyebarkan gairah optimisme. Di tengah kurang cahaya sehingga gelap itu, Anies seperti menyalakan lilin yang menerangi, kendati saat akan dan pasca menyalakannya, suara sumbang dan meragukan gagasan dan tindakannya tetap muncul. Namun Anies terus bergerak. Suara hatinya seolah menegaskan: the show must go on. Memang benar masih ada kurang dan lemah menyangkut kehidupan berbangsa dan bernegara ini, akan tetapi bukannya membiarkannya terus menurun dan bangkrut. Adalah benar bahwa banyak kebijakan dan tindakan kurang etis dalam tradisi lembaga dan aktor-aktor politik di negeri ini, namun mencak-mencak belaka tidak akan menyelesaikan masalah. Juga tidak pula berarti para pengamatnya menjadi benar dan terbebas dari dosa sosial. Bagi Anies, kesalahan besar jika orang-orang baik berpangku tangan dan membiarkan kepemimpinan di negeri ini dipegang oleh orang-orang yang tidak berhak. Adalah kesalahan besar juga manakala abai terhadap masa depan negara bangsa ini.
Maka Anies menegaskan, kalaupun orang-orang baik belum waktunya ikut ambil bagian dalam kepemimpinan nasional dan mengelola negeri ini, paling tidak pilihlah para politisi yang baik untuk mengisi posisi pejabat publik. Bagi Anies, kiwari sudah saatnya orang-orang baik untuk membuktikan kebaikannya. Dan caranya dengan turun tangan menentukan masa depan Indonesia. Selain bekerja untuk memperbaiki kondisi bangsa di berbagai bidang yang dikuasai dan disukai, orang-orang baik juga ditantang nyalinya untuk tampil dan turun tangan memilih bahkan menjadi pihak yang dipilih untuk mengisi posisi-posisi vital dan strategis dalam menyukseskan agenda melunasi janji kemerdekaan di seluruh aspek, pula terhadap seluruh warga bangsa. Dan dalam konteks memenuhi undangan mengikuti Konvensi Calon Presiden RI dari Partai Demokrat belakangan ini, jelas Anies Baswedan memutuskan menjadi pihak yang dipilih. Ia tentu sedang menguji integritas, menguji kualitas kebaikan dirinya, dan bergerak merengkuh posisi yang memudahkannya mewujudkan gagasan besar dan cemerlang yang telah ia sodorkan.
Anies Baswedan dan kepemimpinan masa depan Indonesia
Quote:
Anies Baswedan dan Kepemimpinan Masa Depan Indonesia
Menarik bahwa nama Anies Baswedan semakin berkibar. Ia satu di antara beberapa figur pemimpin yang dinilai bersih, punya integritas, visioner, bahkan inspiratif. Setidaknya kehadirannya telah turut memberi harapan, terutama kepada warga bangsa yang nge-fans kepadanya. Bahwa di antara narasi dan wajah kelam negeri ini, masih ada figur yang layak dipecaya dan menebarkan harapan. Ia dapat diharapkan kemampuannya untuk memperbaiki keadaan. Anies mengagumkan, sebab ia satu di antara beberapa figur pemimpin yang relatif masih muda. Setelah dikuasai rezim Presiden Soeharto selama 32 tahun, ternyata negara bangsa ini memiliki stok pemimpin. Bahkan sosok pemimpin yang relatif masih berumur muda. Lebih-lebih mengingat pamor Anies sudah diakui di dunia internasional. Bahkan yang lebih menggembirakan, ia adalah figur pendidik dan sepertinya menyadari vitalitas dan signifikansi pendidikan bagi masa depan negara dengan seperempat milyar jumlah penduduk dan SDA berlimpah seperti Indonesia.
Dalam konteks kepemimpinan masa depan Indonesia, tentu saja figur Anies Baswedan adalah aset bangsa ini. Ia memiliki integritas, cerdas, visioner, inspiratif, bahkan telah dikenal di kancah internasional. Adapun gagasan besar dan cemerlangnya bukan saja sumbangsih sangat berharga, akan tetapi juga sebaiknya diafirmasi serius. Pertama, Indonesia dibangun dengan ikatan janji. Kedua, generasi bangsa pasca merdeka bertanggung jawab untuk melunasi janji kemerdekaan, yaitu melindungi, menyejahterakan, dan mencerdaskan seluruh warga bangsa, serta mengondisikan tersalurkannya peran global setiap warga bangsa. Ketiga, fokus pada agenda meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Keempat, orang-orang baik yaitu orang-orang yang memiliki integritas, bermoral baik, dan cerdas harus turun gelanggang, turun tangan, dan berkiprah di berbagai lini kehidupan vital dan strategis, termasuk politik, sehingga proyek melunasi janji kemerdekaan segera terwujud.
Saya memilih turun tangan bersama Anies Baswedan untuk Indonesia 2014
Menarik bahwa nama Anies Baswedan semakin berkibar. Ia satu di antara beberapa figur pemimpin yang dinilai bersih, punya integritas, visioner, bahkan inspiratif. Setidaknya kehadirannya telah turut memberi harapan, terutama kepada warga bangsa yang nge-fans kepadanya. Bahwa di antara narasi dan wajah kelam negeri ini, masih ada figur yang layak dipecaya dan menebarkan harapan. Ia dapat diharapkan kemampuannya untuk memperbaiki keadaan. Anies mengagumkan, sebab ia satu di antara beberapa figur pemimpin yang relatif masih muda. Setelah dikuasai rezim Presiden Soeharto selama 32 tahun, ternyata negara bangsa ini memiliki stok pemimpin. Bahkan sosok pemimpin yang relatif masih berumur muda. Lebih-lebih mengingat pamor Anies sudah diakui di dunia internasional. Bahkan yang lebih menggembirakan, ia adalah figur pendidik dan sepertinya menyadari vitalitas dan signifikansi pendidikan bagi masa depan negara dengan seperempat milyar jumlah penduduk dan SDA berlimpah seperti Indonesia.
Dalam konteks kepemimpinan masa depan Indonesia, tentu saja figur Anies Baswedan adalah aset bangsa ini. Ia memiliki integritas, cerdas, visioner, inspiratif, bahkan telah dikenal di kancah internasional. Adapun gagasan besar dan cemerlangnya bukan saja sumbangsih sangat berharga, akan tetapi juga sebaiknya diafirmasi serius. Pertama, Indonesia dibangun dengan ikatan janji. Kedua, generasi bangsa pasca merdeka bertanggung jawab untuk melunasi janji kemerdekaan, yaitu melindungi, menyejahterakan, dan mencerdaskan seluruh warga bangsa, serta mengondisikan tersalurkannya peran global setiap warga bangsa. Ketiga, fokus pada agenda meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Keempat, orang-orang baik yaitu orang-orang yang memiliki integritas, bermoral baik, dan cerdas harus turun gelanggang, turun tangan, dan berkiprah di berbagai lini kehidupan vital dan strategis, termasuk politik, sehingga proyek melunasi janji kemerdekaan segera terwujud.
Saya memilih turun tangan bersama Anies Baswedan untuk Indonesia 2014
http://relawan.turuntangan.org/gagas...edan-bagian-3/
http://www.republika.co.id/berita/na...e-daerahdaerah
0
3.2K
Kutip
18
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Pilih Capres & Caleg
22.5KThread•3.1KAnggota
Terlama
Thread Digembok