Tanpa Jokowi pun, menurut beragam survei independen PDIP diprediksikan akan memperoleh suara terbanyak yaitu 16 sampai 22%suara pada pemilu legislatif. Namun, dengan dicalonkannya Jokowi, perolehan suara dapat melonjak hingga 29-31%.

Dari mana perkiraan angka ini diperoleh? Angka ini diperoleh dari jumlah pemilih golput dan pemilih lain yang bersimpati pada partai ini namun masih berpikir ulang karena partai ini terkesan sebagai “Partai Keluarga”

Dengan pencalonan Jokowi, Megawati menanggalkan ambisi pribadi dan keluarganya. Bukannya mencalonkan dirinya sendiri atau Puan, Megawati merestui aspirasi rakyat dan memilih Jokowi yang maju. Hal ini akan memberikan citra positif pada partai PDIP sebagai penyambung aspirasi rakyat.

Pencalonan Jokowi sebagai Capres ini jelas membuat partai lain harus mengambil keputusan cepat. Keputusan yang paling masuk akal saat ini adalah berkoalisi dengan PDIP ataupun berkoalisi dengan koalisi oposisi PDIP, mendirikan koalisi berbasis keagamaan ataupun berdiri sendiri jelas bukan pilihan bijak saat ini.

Jelas, akan ada Capres dari partai tertentu yang memilih meninggalkan ambisinya jadi presiden dan mencoba melamar jadi calon wakil presidennya. Di pihak oposisi pun, mustahil untuk membentuk lebih dari 2 pasangan capres cawapres.

Prediksi saya, Pemilu presiden kali ini tidak akan diikuti lebih dari 3 pasangan Capres Cawapres.Beberapa kandidat Capres akan lebih realistis dan menjadi kandidat cawapres. Beberapa kandidat cawapres akan mengundurkan diri namun tetap memegang jabatan penting di partai mereka.
Farhat Abas dan Rhoma Irama dipastikan tidak mendapat tempat pada pemilihan ini (Ya iyalah….)

Yang jelas bukan Puan Maharani, Puan sendiri sudah terdaftar sebagai Calon Anggota DPR nomer urut 1 dapil V Jateng yang merupakan basis terkuat PDIP, selama matahari ga terbit dari barat, dipastikan Puan akan dengan mudahnya jadi anggota DPR

Yang jelas bukan Bu Mega, ga perlu dijelaskan alasannya saya rasa agan sudah paham.

Cawapres Jokowi kemungkinan berasal dari Capres lain yang akhirnya menjadi lebih realistis ataupun bisa jadi dari kalangan PDIP sendiri, ataupun dari kalangan profesional yang tidak terkait partai manapun.
Kandidat kuat untuk Cawapres pendamping Jokowi adalah Pramono Anungdari PDIP atau dari profesional non partai seperti Anies Baswedan.

Saat ini yang paling mudah diserang adalah fenomena “kutu loncat”Jokowi, dan tak bisa dipungkiri, beliau meninggalkan dua jabatan sebelum masa tugasnya selesai, yaitu sebagai walikota Solo dan sebagai Gubernur Jakarta. Jokowi akan dipojokkan sebagai sosok ambisius yang dengan mudahnya melepas komitmennya demi kekuasaan yang lebih besar.

Pihak PDIP tentu saja tidak tinggal diam, counter paling mudah adalah dengan menunjukkan bahwa sekalipun Jokowi tidak meneruskan kepemimpinannya, namun Jokowi telah memberikan landasan yang kokoh bagi penerusnya untuk meneruskan programnya. Dalam hal ini sosok yang akan banyak disorot adalah walikota Solo Fx Rudy dan juga Wagub Jakarta “Ahok”. Solo akan banyak disorot, program-program era Jokowi seperti Car Free Day, Batik Carnival, Bus Werkudara, Lokomotif uap, maupun birokrasi yang lebih bersih akan menjadi senjata andalan PDIP.

Tak dapat dipungkiri, yang namanya Partai pasti tidak jauh dari Ormas, bahkan ada partai yang dulunya berbentuk ormas. Ormas merupakan basis massa bagi suatu partai, dan tak jarang ormas pendukung suatu partai bahkan kadang lebih fanatik dari anggota partai tersebut.

Masih ingat dengan kejadian Mei 2012? Buat yang lupa, mari sedikit kita ingat kembali. Pada bulan Mei 2012, terjadi konflik yang cukup besar di Solo antara ormas berbasis keagamaan dan kelompok yang diduga merupakan kelompok preman. Banyak pihak mengkaitkan kerusuhan ini merupakan upaya menjegal pencalonan Jokowi sebagai calon guberbur.Sutradaranya ingin menunjukkan bahwa Jokowi meninggalkan kotanya dalam keadaan kacau dan dia tidak layak memimpin Jakarta yang lebih kompleks.

Memang kebenarannya masih sulit dibuktikan, namun hal ini tetap perlu kita waspadai, terutama di Jakarta.

Banyak yang berpendapat, pertanyaanya bukan siapa yang menang, tp apakah dia akan menang dalam satu putaran atau dua putaran?
Pendapat saya pribadi, pemilihan presiden tetap akan berlangsung dua putaran, saat ini elektabilitas Jokowi belum di atas 51%, dan dengan kenyataan ini, sulit untuk mengharapkan pemilihan presiden dapat dilangsungkan satu kali saja.

Sebaliknya, PDIP saya perkirakan akan mengusung slogan mirip SBY, yaitu

“Satu putaran lebih hemat”

Mungkin tidak akan persis sama, namun terbukti strategi ini manjur. Walaupun PDIP tahu pemilu tetap akan berlangsung dua putaran, slogan ini mampu membuat pemilih yang merasa calonnya mempunyai elektabilitas rendah mengurungkan niatnya dan lebih memilih Jokowi. Slogan seperti ini juga mencerminkan kepercayaan diri yang besar akan kemampuan Jokowi.

Indonesia Hebat…. Itulah Slogan yang didengungkan PDIP, visi dan misi Jokowi tentunya tidak akan jauh dari slogan tersebut. Visi dan Misi di mana Indonesia kembali menjadi negara yang diperhitungkan dalam perpolitikan dunia.
Program-program Jokowi pun tidak akan berbeda jauh, yaitu penyelesaiaan masalah dengan pendekatan yang lebih humanis dan manusiawi, namun tetap tegas.

Masuk akal bagi anda? Mungkin iya mungkin tidak, namanya saja pengamat politik amatiran, tinggal waktu saja yang membuktikan benar tidaknya

Am I Jokowi Fans? Yes I am

[Hot Thread]Ngisi CV aja ga niat.. Gimana mau mimpin!!!!!!!
[Thread Santai] Jokowi Dan Perubahan Peta Konspirasi Politik Pasca Pencalonannya
Fakta Di Balik Klaim Sesat Produk Suplemen [HOT THREAD]
7 Alasan gua amat sangan benci MLM (Lounge)
Pengakuan Dosa : Kemesuman semasa sekolah part 2
[motivational story] Petarung bertangan satu
5 Trik Cerdik Pengelola Pasar Swalayan Menguras Habis Uang Anda
7 Maksud Buruk di Balik Kebiasaan Manis Kucing Anda
Segala masukan, saran, kritik, cacian dan makian terkait BPJS, masuk sini