Akhir-akhir ini mungkin sepintas agan pernah dengar/baca/nonton berita tentang naiknya status gunung slamet dari NORMAL menjadi WASPADA..
di tempat ane..menanggapi kenaikan status gunung tersebut biasa-biasa aja (Tadinya).
TAPI, Setelah berbagai Media Massa mulai dari Cetak, Televisi, Radio dan Media-media yang lain memberitakan..malah keluarga ane jadi Parno gan..
kaya semalem aja gan..lagi ujan..jelas-jelas kilat terus bunyi petir...langsung pada panik dan berhamburan kaya bola billiard lagi di sodok..
nih buktinya, Masuk Headline Koran gan..
Dua Ledakan Besar dalam 10 Menit
TNI Dirikan Tiga Tenda di Karangreja
PURBALINGGA- Warga Kutabawa Kecamatan Karangreja dikejutkan dengan dua kali suara ledakan besar disertai asap hitam yang membumbung ke udara dari puncak Gunung Slamet.
Dua ledakan besar ini terdengar dalam jangka waktu yang berselang hanya 10 menit. Dari informasi yang dihimpun Radarmas, suara ledakan itu terjadi pukul 21.50 , dan pukul 21.58. Suara ledakan yang cukup besar itu baru pertama kali terjadi sejak status Gunung Slamet ditetapkan Waspada.
Kepala Desa Kutabawa Edi Suroso mengatakan, sejak sore Kutabawa diguyur hujan lebat sampai pukul 19.30. “Nah, sekira pukul 21.50 saat cuaca cerah, kami mendengar suara ledakan yang cukup besar,” kata dia. Edi enambahkan kondisi yang cerah membuat asap hitam terlihat dari Dusun Bambangan dan Kutabawa. Masyarakat yang sedang berjaga langsung turun ke jalan melihat arah Gunung Slamet.
“Saya mau ngecek ke Pos di Bambangan bagaimana kondisinya, dan merundingkan kemungkinan lain,” imbuhnya, semalam.
Sementara dikomfirmasi Ketua BPBD Purbalingga Priyo Satmoko mengatakan, warga dimintatetap tenang dan waspada. Pemantauan status Gunung slamet dilakukan secara terus menerus.
Dia menghimbau masyarakat tidak mudah percaya terhadap informasi yang tidak valid sumbernya. Jangan sampai situasi ini dimanfaatkan oleh orang yang kurang bertanggungjawab.
Kamis (13/3), semburan abu dan asap masih mewarnai aktivitas Gunung Slamet. Tercatat, selama 12 jam, yakni dari pukul 00.00-12.00 kemarin, ada 9 kali letusan abu dan 33 kali hembusan asap. Letusan atau semburan abu mencapai ketinggian 600- 1.000 meter dan hembusan asap mencapai ketinggian 500- 1.000 meter.
Sedangkan kegempaan juga masih berlangsung hingga Kamis (13/3) siang sebanyak satu kali gempa vulkanik dangkal dan 1 kali gempa vulkanik dalam.
Kondisi itu terpantau melalui posko pemantauan desa Gambuhan kecamatan Pulosari, Pemalang sejak pukul 00.00- 12.00 kemarin. Kemudian gempa hembusan kemarin mencapai 97 kali kejadian.
Petugas pos Pemantauan Gambuhan, Sukedi menjelaskan, kondisi ini berlangsung relatif dan tidak bisa dikatakan menurun maupun naik. Karena tidak bisa diprediksi kapan status akan siaga ataupun kembali normal. Itu ergantung aktivitas gunung.
“Yang jelas status masih waspada dan masyarakat diminta tidak resah dan termakan isu- isu yang menyesatkan atas kondisi gunung Slamet. Gunakan data dari pihak yang berkompeten dan valid seperti PVMBG Bandung maupun kita di Gambuhan,” paparnya, Kamis (13.3) malam.
Masyarakat juga diminta tidak panik dan tetap mengacu pada himbauan maupun arahan pihak resmi. Sementara pihaknya terus memperbaharui semua perkembangan aktivitas Gunung Slamet secara realtime dan paling baru. “Peralatan yang terpasang sangat membantu petugas pemantau di Gambuhan untuk melakukan update data perkembangan gunung,” tambahnya.
Sukedi juga kembali menegaskan, enggan memberikan prediksi kondisi yang akan terjadi selanjutnya jika gempa terus berlangsung. “Sesuai pemantauan dan pengamatan saja, saya tidak berani memprediksi. Kita siap memantau terus perkembangannya,” jelasnya.
Untuk gempa vulkanik dalam meski terjadi, namun belum berpengaruh langsung sampai kaki gunung seperti di desa- desa atau wilayah terdekat gunung Slamet. Beberapa pengaruh akibat letusan abu juga tidak sampai ke Purbalingga maupun Banyumas.
Di bagian lain, terkait status terkini Gunung Slamet yang meletus sebanyak sembilan kali dengan ketinggian letusan rata-rata 1.000 meter, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Hendrasto, mengatakan, sembilan letusan yang dihasilkan gunung tersebut dikenal dengan nama letusan freatik.
Letusan freatik merupakan hasil interaksi antara magma dan air tanah sehingga menimbulkan material abu vulkanis dan uap air. Menurut Hendrasto, letusan yang dihasilkan sampai saat ini belum membahayakan untuk warga di radius lebih dari 5 kilometer.
“Yang membahayakan radius 2 kilometer. Jadi, diimbau untuk tidak mendaki Gunung Slamet dan beraktivitas,” kata Hendrasto, saat berada di Pos Pengamatan Gunung Slamet di Desa Gambuhan, Pulosari, Pemalang, Jawa Tengah.
Hendrasto menambahkan, selain letusan freatik, tercatat masih terjadi sejumlah gempa terkait status waspada Gunung Slamet, antara lain gempa embusan dan gempa vulkanis dalam. “Selama ada 97 gempa embusan, 1 gempa vulkanis dalam dan 1 vulkanis dangkal, sejauh ini statusnya masih waspada,” tambahnya.
Sementara mengantisipasi kemungkinan adanya pengungsi, puluhan TNI dari Kodim 0702 Purbalingga menyiapkan pos evakuasi di Lapangan Karangreja, Lapangan Mekar Jaya dan Lapangan Kecamatan Mrebet. Pendirian tenda dilakukan untuk memastikan kesiapan antisipasi bencana.
Dandim 0702 Purbalingga Letkol Inf Agustinus Sinaga Melalui Peltu Sutarman mengatakan, ada 3 tenda yang akan didirikan di Lapangan Karangreja, masing-masing tenda memuat 30 orang.
Selain bentuk kesiapan evakuasi bencana. Rencananya, TNI, Pemmda dan masyarakat juga akan melakukan simulasi bencana Gunung Slamet dalam waktu dekat ini. Lapangan Karangreja nantinya akan dijadikan pos pengungsian. (amr/jok/dis) [SPOILER=SUMBER]
SUMBER