- Beranda
- Berita dan Politik
Bill Gates Bisa Datang ke Indonesia Gara-gara Orang Ini
...
TS
pojokiriatas
Bill Gates Bisa Datang ke Indonesia Gara-gara Orang Ini
gak nyangka trit pertama ane bisa jadi HT juga
Sebelumnya maap kalo repost, cm pengen share berita dari detikcom aja
Ini sedikit profilnya gan..
Ini orangnya gan...
Waktu sama Bill Gates di kunjungan sebelumnya, Mei 2008 kalo ga salah gan
Orang tajir kayak Tahir ini salah sebut nominal sumbangan aja jalan terus.. ane kapan bisa kayak dia yak
Buat motivasi kita2 biar ntar kalo kita beneran tajir jangan lupa sama sodara2 kita yang belum beruntung.. So, dari kita muda, tetep belajar n bekerja keras.. *Tsaah bahasa gw
Dia bukan yang punya Inter Milan gan, yg punya inter namanya "Erick Thohir".. kalo yang ini "Tahir" doang namanya gan..
Makasih buat agan2 dermawan cendol, moga2 doa kita dikabulin gan
SUMBER
SUMBER
SUMBER
Spoiler for HaTe:
Sebelumnya maap kalo repost, cm pengen share berita dari detikcom aja
Spoiler for Bill Gates ke Jakarte:
Jakarta -Orang terkaya di dunia, Bill Gates, dijadwalkan tiba di Jakarta awal April mendatang. Ia bisa datang ke tanah air berkat orang terkaya ke-12 Indonesia.
Bos Grup Mayapada sekaligus Pendiri Tahir Foundation, Tahir, merupakan orang yang berhasil mengajak Bill Gates datang ke Indonesia dalam rangka kemanusiaan.
Pria yang pernah menyumbang 10 bus gratis ke Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) bisa dibilang orang kaya paling dermawan di Indonesia. Ia pernah menyumbang uang hingga US$ 100 juta atau sekitar Rp 1 triliun untuk kemanusiaan.
Sumbangan senilai US$ 100 juta ia berikan kepada Bill Gates Foundation. Sebelumnya ia sudah bertemu staff Bill Gates Foundation yang menawarkan sebuah rencana pencegahan penyakit polio yaitu global polio fund.
Konsepnya, lanjut Tahir, Bill Gates Foundation akan memberikan sumbangan 1:1 dengan yang digelontorkan Tahir. Jadi dari Rp 1 triliun yang diberikan Tahir, Bill Gates akan menambahnya dengan Rp 1 triliun juga.
"Saya bilang saya mau untuk Indonesia. Lalu berunding 75% untuk Indonesia, 25% untuk dunia," kata Tahir beberapa waktu lalu ketika berkunjung ke kantor detikcom.
Dengan nada yang sedikit bercanda tahir mengatakaan, dia awalnya hanya ingin membuat kaget staff dari Bill Gates tersebut saat menyebut nilai sumbangan sebesar US$ 1 juta. Namun karena bahasa inggrisnya kurang bagus, ia malah menyebut one hundred million dolar, padahal seharusnya one million dolar.
"Dalam hati saya pikir satu juta dolar, tapi yang diucapkan seratus juta dolar karena bahasa Inggris saya kurang bagus. Tapi ya sudah, tidak saya ralat juga," katanya.
Hal itu pun membuat staff dari Bill Gates tersebut kaget. Karena sebelumnya, Bill Gates Foundation pun mendapatkan sumbangan dari Bernama Group perusahaan asal Malaysia senilai US$ 5 juta. Sedangkan Tahir bisa menyumbangkan hingga US$ 100 juta.
Menurutnya, sumbangan yang didapat untuk mencegah penyakit polio di Indonesia bertambah besar. Sebanyak 75% dari total sumbangan yang diberikan Tahir ditambah yang berasal dari Bill Gates Foundation menjadi senilai US$ 150 juta.
"Sebulan kemudian Bill Gates tulis sama saya pribadi. Dia bilang dia ingin ketemu bulan depan," kata Tahir.
Singkat cerita akhirnya kedua orang kaya dunia tersebut bertemu di Abu Dhabi untuk menandatangani kerjasama global polio fund.
Tahir dan Bill Gates melalui Global Fund, masing-masing telah mendonasikan sebesar US$ 103,5 juta, sehingga terkumpul sebanyak US$ 207 juta.
“Sekitar 75% dana itu disalurkan untuk penanggulangan malaria, TBC, HIV dan KB di Indonesia,” kata Tahir, dalam keterangan tertulis, Rabu (12/3/2014).
Malaria masih menjadi momok di Indonesia. Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 50 persen penduduk Indonesia masih tinggal di daerah endemis malaria.
Sedikitnya ada 30 juta kasus malaria terjadi setiap tahunnya di Tanah Air, dengan 30.000 kematian. Survei kesehatan nasional tahun 2001 mendapati angka kematian akibat malaria sekitar 8-11 per 100.000 orang per tahun.
United Nation Development Program (UNDP) juga mengklaim bahwa akibat malaria, Indonesia sedikitnya mengalami kerugian ekonomi sebesar US$ 56,6 juta per tahun. Tren kenaikan prevalensi juga terjadi pada penyakit tropis lainnya seperti demam berdarah dan TBC. Sedangkan penanggulangan HIV-AIDS juga memerlukan perhatian khusus, di samping pengendalian penduduk melalui program KB.
Gates dijadwalkan tiba di Jakarta awal April mendatang. Ia akan meninjau sentra kesehatan masyarakat, bertemu sejumlah orang dermawan Indonesia selain itu juga akan mendonasikan dananya untuk Indonesian Health Fund.
Indonesian Health Fund merupakan lumbung bantuan kesehatan yang khusus menampung donasi para pengusaha dan filantropis di Indonesia.
Bos Grup Mayapada sekaligus Pendiri Tahir Foundation, Tahir, merupakan orang yang berhasil mengajak Bill Gates datang ke Indonesia dalam rangka kemanusiaan.
Pria yang pernah menyumbang 10 bus gratis ke Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) bisa dibilang orang kaya paling dermawan di Indonesia. Ia pernah menyumbang uang hingga US$ 100 juta atau sekitar Rp 1 triliun untuk kemanusiaan.
Sumbangan senilai US$ 100 juta ia berikan kepada Bill Gates Foundation. Sebelumnya ia sudah bertemu staff Bill Gates Foundation yang menawarkan sebuah rencana pencegahan penyakit polio yaitu global polio fund.
Konsepnya, lanjut Tahir, Bill Gates Foundation akan memberikan sumbangan 1:1 dengan yang digelontorkan Tahir. Jadi dari Rp 1 triliun yang diberikan Tahir, Bill Gates akan menambahnya dengan Rp 1 triliun juga.
"Saya bilang saya mau untuk Indonesia. Lalu berunding 75% untuk Indonesia, 25% untuk dunia," kata Tahir beberapa waktu lalu ketika berkunjung ke kantor detikcom.
Dengan nada yang sedikit bercanda tahir mengatakaan, dia awalnya hanya ingin membuat kaget staff dari Bill Gates tersebut saat menyebut nilai sumbangan sebesar US$ 1 juta. Namun karena bahasa inggrisnya kurang bagus, ia malah menyebut one hundred million dolar, padahal seharusnya one million dolar.
"Dalam hati saya pikir satu juta dolar, tapi yang diucapkan seratus juta dolar karena bahasa Inggris saya kurang bagus. Tapi ya sudah, tidak saya ralat juga," katanya.
Hal itu pun membuat staff dari Bill Gates tersebut kaget. Karena sebelumnya, Bill Gates Foundation pun mendapatkan sumbangan dari Bernama Group perusahaan asal Malaysia senilai US$ 5 juta. Sedangkan Tahir bisa menyumbangkan hingga US$ 100 juta.
Menurutnya, sumbangan yang didapat untuk mencegah penyakit polio di Indonesia bertambah besar. Sebanyak 75% dari total sumbangan yang diberikan Tahir ditambah yang berasal dari Bill Gates Foundation menjadi senilai US$ 150 juta.
"Sebulan kemudian Bill Gates tulis sama saya pribadi. Dia bilang dia ingin ketemu bulan depan," kata Tahir.
Singkat cerita akhirnya kedua orang kaya dunia tersebut bertemu di Abu Dhabi untuk menandatangani kerjasama global polio fund.
Tahir dan Bill Gates melalui Global Fund, masing-masing telah mendonasikan sebesar US$ 103,5 juta, sehingga terkumpul sebanyak US$ 207 juta.
“Sekitar 75% dana itu disalurkan untuk penanggulangan malaria, TBC, HIV dan KB di Indonesia,” kata Tahir, dalam keterangan tertulis, Rabu (12/3/2014).
Malaria masih menjadi momok di Indonesia. Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 50 persen penduduk Indonesia masih tinggal di daerah endemis malaria.
Sedikitnya ada 30 juta kasus malaria terjadi setiap tahunnya di Tanah Air, dengan 30.000 kematian. Survei kesehatan nasional tahun 2001 mendapati angka kematian akibat malaria sekitar 8-11 per 100.000 orang per tahun.
United Nation Development Program (UNDP) juga mengklaim bahwa akibat malaria, Indonesia sedikitnya mengalami kerugian ekonomi sebesar US$ 56,6 juta per tahun. Tren kenaikan prevalensi juga terjadi pada penyakit tropis lainnya seperti demam berdarah dan TBC. Sedangkan penanggulangan HIV-AIDS juga memerlukan perhatian khusus, di samping pengendalian penduduk melalui program KB.
Gates dijadwalkan tiba di Jakarta awal April mendatang. Ia akan meninjau sentra kesehatan masyarakat, bertemu sejumlah orang dermawan Indonesia selain itu juga akan mendonasikan dananya untuk Indonesian Health Fund.
Indonesian Health Fund merupakan lumbung bantuan kesehatan yang khusus menampung donasi para pengusaha dan filantropis di Indonesia.
Ini sedikit profilnya gan..
Spoiler for Profil Tahir:
Tahir adalah salah satu orang yang masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia. Sebagai laki-laki yang berusia enam puluh tahun dia sudah mampu menghasilkan kekayaan sebesar 1.3 milyar dollar Amerika atau sebesar 11.7 trilliun rupiah. Dia dikenal sebagai pengusaha ulet dan memiliki bisnis yang cukup beraneka ragam dan kesemuanya sukses di tangan pengusaha ini. Dengan berbekal latar pendidikan sebagai sarjana sains di Universitas Nan Yang dan master of Business Administration yang diperoleh dari Universitas Golden Gate, dia mampu unjuk gigi di hadapan para pebisnis lain dengan kesuksesannya dalam segala bidang bisnis yang dia kelola dengan tangannya sendiri. Dia memang seorang pengusaha yang dikenal sangat cerdas dalam membaca situasi bisnis dan situasi pasar bisnis. Hal inilah yang menjadi kunci kesuksesannya dalam berbisnis. Awal dari karirnya dimulai pada tahun 1980 ketika dia mulai merintis usaha dealer mobil. Namun tak lama bisnis itu dia geluti dia harus menerima kegagalan yang cukup pahit. Tapi nampaknya kegagalan tersebut tidak menjadikannya berhenti untuk berbisnis. Dia mulai bangun dari keterpurukannya akibat kegagalan yang dia alami dan mulai merintis usaha baru di bidang garmen. Lambat laun dia mulai memasuki bidang keuangan dengan membuka Bank Mayapada. Pembukaan Bank ini dilakukan pada tahun 1990, tepat sepuluh tahun setelah dia gagal dengan bisnis dealer mobilnya.
Tahir tidak berhenti di satu atau dua bisnis saja. Setelah mendapatkan kesuksesan di bisnis garmen dan perbankan yang dia geluti akhirnya dia mulai melirik ke sektor rumah sakit yang dilanjutkan dengan toko bebas bea serta perusahaan media. Perusahaan media yang dia lakoni sudah memiliki lisensi Forbes Indonesia. Setelah mendapatkan kesuksesan dari bisnis-bisnis itu, dia mulai lagi menunjukkan kekuatan bisnisnya dengan menciptakan perusahan properti sebanyak sebelas perusahaan yang bertempat di Bali, Indonesia dan Singapura.
Tahir kemudian menjadi pengusaha yang cukup terkenal dan sukses menjalankan Grup Mayapada. Banyak orang melirik ke arahnya dan menjadikannya salah satu pengusaha yang patut untuk di contoh. Gerak geriknya lumayan mengundang perhatian orang karena dia selalu menunjukkan kesuksesan di setiap langkah bisnis yang dia lakukan. Dia selalu memperlihatkan semangat yang besar dalam melakoni setiap bisnis nya dan tidak pernah merasa takut untuk memulai usaha baru. Nampaknya itu lah yang menjadikannya sebagai pengusaha sukses. Dia tidak ragu dalam memilih usaha baru dan kemudian menjalankannya. Dengan banyaknya perusahaan yang dia miliki, dia mampu mempekerjakan ribuan pekerja dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Dia juga tidak pernah berhenti untuk beraksi dengan ide-ide bisnis nya yang cemerlang. Dari upaya bisnis nya itu lah saat ini dia menjadi orang yang kaya raya dan layak di perhitungkan di jajaran pebisnis di Indonesia.
Tahir tidak berhenti di satu atau dua bisnis saja. Setelah mendapatkan kesuksesan di bisnis garmen dan perbankan yang dia geluti akhirnya dia mulai melirik ke sektor rumah sakit yang dilanjutkan dengan toko bebas bea serta perusahaan media. Perusahaan media yang dia lakoni sudah memiliki lisensi Forbes Indonesia. Setelah mendapatkan kesuksesan dari bisnis-bisnis itu, dia mulai lagi menunjukkan kekuatan bisnisnya dengan menciptakan perusahan properti sebanyak sebelas perusahaan yang bertempat di Bali, Indonesia dan Singapura.
Tahir kemudian menjadi pengusaha yang cukup terkenal dan sukses menjalankan Grup Mayapada. Banyak orang melirik ke arahnya dan menjadikannya salah satu pengusaha yang patut untuk di contoh. Gerak geriknya lumayan mengundang perhatian orang karena dia selalu menunjukkan kesuksesan di setiap langkah bisnis yang dia lakukan. Dia selalu memperlihatkan semangat yang besar dalam melakoni setiap bisnis nya dan tidak pernah merasa takut untuk memulai usaha baru. Nampaknya itu lah yang menjadikannya sebagai pengusaha sukses. Dia tidak ragu dalam memilih usaha baru dan kemudian menjalankannya. Dengan banyaknya perusahaan yang dia miliki, dia mampu mempekerjakan ribuan pekerja dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Dia juga tidak pernah berhenti untuk beraksi dengan ide-ide bisnis nya yang cemerlang. Dari upaya bisnis nya itu lah saat ini dia menjadi orang yang kaya raya dan layak di perhitungkan di jajaran pebisnis di Indonesia.
Spoiler for Profil laen:
Tahir Muda yang Pantang Menyerah
Dr. Tahir (lahir di Surabaya 26 Maret 1952, umur 61 tahun ) adalah seorang pengusaha sukses di Indonesia, investor, filantropis, sekaligus pendiri Mayapada Group, sebuah holding company yang memiliki beberapa unit usaha di Indonesia. Unit usahanya meliputi perbankan, media cetak dan TV berbayar, properti, rumah sakit dan rantai toko bebas pajak (DFS).
Tahir kecil dibesarkan di salah satu sudut Surabaya pada tahun 1952 di sebuah lingkungan yang rata-rata warganya tergolong tidak mampu. Dia dibesarkan oleh seorang ayah yang menghidupi keluarga dengan membuat becak, sementara ibunya turut membantu keluarga dengan mengecat becak yang dibuat ayahnya itu. Tahun 1971, dia menamatkan pendidikan menengah atas (SMA) di SMA Kristen Petra Kalianyar Surabaya.
Dekade 60-an, ketika Tahir baru mendapat secarik ijazah SMA dia pernah bercita-cita ingin menjadi seorang dokter namun tidak kesampaian. Cita-cita tersebut kandas karena pada suatu ketika, ayahnya mengalami sakit keras hingga tidak sanggup lagi membiayai keluarga. Rencana Tuhan mengubah jalan hidup yang telah dia rancang. Karena sakit yang diderita oleh ayahnya tersebut Tahir muda harus berhenti kuliah dan melanjutkan bisnis ayahnya di Surabaya.
Namun Tahir tidak mau begitu saja menyerah pada nasib. Ia mencalonkan diri untuk program beasiswa dan kegigihan membuatnya mendapatkan beasiswa sekolah bisnis di Nanyang University, Singapura. Di negeri Singa itu, Tahir menempuh studi sembari tiap bulan mencari produk di Singapura untuk dijual di Surabaya. Dia membeli pakaian wanita dan sepeda dari pusat perbelanjaan di Singapura, dan menjualnya kembali ke Indonesia.
Dari sinilah, ia mendapatkan ide untuk kapitalisasi produk impor guna membantu biaya sekolahnya. Inilah pula awal dari bisnis garmen yang kemudian serius dia geluti. Pasca lulus sarjana dari Nanyang University, Singapura, ia bersekolah kembali lalu menyelesaikan pendidikan keuangan di Golden Gates University, Amerika Serikat untuk menyelesaikan program Master.
Membangun dan Mengembangkan Kelompok Usaha
Pengalaman dan keberaniannya dalam berbisnis pada akhirnya membawanya menjadi seorang pengusaha muda. Dia dikenal sebagai pengusaha ulet dengan bisnis beraneka ragam, dan semuanya sukses di tangan Tahir. Dari garmen lambat laun Tahir muda mulai berani memasuki bidang bisnis lain. Ia memasuki bidang keuangan. Diawali dari Mayapada Group yang didirikannya pada 1986, bisnisnya merambah ke dealer mobil, garmen, perbankan, sampai kesehatan. Tahun 1990 Bank Mayapada lahir menjadi salah satu bisnis andalannya, menggantikan bisnis garmenya yang mengalami stagnasi.
Saat krisis ekonomi 1998 menghantam negeri ini, banyak bank pemerintah maupun swasta yang ambruk. Namun di tengah situasi tidak stabil seperti itu, Bank Mayapada tetap bertahan, malah masuk ke pasar Saham Bursa Efek Jakarta. Aktivitas perbankan Bank Mayapada tidak lumpuh karena ia tidak mengambil kredit dari bank asing sebesar bank-bank di Indonesia pada waktu itu. Bank Mayapada saat itu masih berfokus pada pengucuran kredit usaha kecil dan menengah. Pada 2007, justru bank ini mendapatkan predikat bank umum terbaik nomor 2 dari majalah InfoBank.
Orang Terkaya ke-12 di Indonesia
Kini Dr. Tahir tercatat sebagai orang terkaya ke-12 di Indonesia. Harta kekayaannya saat ini mencapai 2 miliar dolar AS atau setara dengan 19 triliun rupiah. Dia dikenal sebagai pengusaha ulet dan bertangan dingin karena bisinis yang ia pegang selalu berkembangan dan membuahkan hasil. Dia cerdas dalam membaca situasi bisnis di sekitarnya. Ini-lah yang menjadi kunci kesuksesannya dalam berbisnis.
Setelah mendapatkan kesuksesan di bisnis garmen dan perbankan, Tahir pun mulai melirik ke sektor rumah sakit karena terinspirasi oleh cita-cita waktu mudanya, dilanjutkan dengan toko bebas bea serta perusahaan media.
Saat ini Tahir tercatat sebagai pemegang saham perusahaan PT Wahana Mediatama, yang memiliki izin (lisensi) untuk penerbitan Forbes Indonesia. Selain itu, kelompok usaha Mayapada Group terus berkembang dengan sebelas perusahaan properti yang berlokasi di Bali, Indonesia dan Singapura.
Dari anak seorang pembuat becak, perjuangan dan kegigihan membuat Tahir menjadi pengusaha papan atas yang sukses menjalankan bisnis Grup Mayapada. Dengan bisnis yang terus berkembang dan banyaknya perusahaan yang dia miliki, Tahir mampu mempekerjakan ribuan pekerja dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Pada 2008, Tahir dianugerahi gelar Doktor Kehormatan oleh Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya sebagai bentuk apresiasi terhadap keseriusannya dalam pengembangan usaha kecil di Indonesia.
Bisnis Menjadi Berkat
Di balik semua limpahan rezeki yang diperolehnya, Tahir meyakini bahwa bisnis dan kesuksesan adalah sarana untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. Maka selain berbisnis, Tahir juga gemar berderma.
Bapak empat orang anak ini masih teguh memelihara asa masa kecilnya. Langkah nyata meretas asa itu dibuktikan Tahir dengan membangun Rumah Sakit Mayapada yang berlokasi di Tangerang dan Jakarta. Melalui rumah sakit ini, Tahir memudahkan akses pelayanan kesehatan bagi warga tidak mampu. Bahkan pada peresmian rumah sakit-nya saat itu, Tahir memberikan pengobatan jantung gratis untuk penderita penyakit jantung yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Seiring bisnisnya yang semakin pesat, portofolio kedermawanannya juga bertambah. Puluhan juta dolar AS beberapa kali keluar dari kantongnya demi peningkatan layanan kesehatan keluarga dan pemberantasan penyakit seperti malaria dan polio. Selain itu, derma sosial Tahir juga diperluas dengan pemberian beasiswa dan bantuan pengembangan pendidikan lain. Skala donasinya bukan hanya di tingkat nasional, melainkan juga regional dan global.
Ibukota Indonesia pun turut kecipratan donasi Tahir. Banjir besar yang melumpuhkan aktivitas masyarakat Jakarta pada tahun 2013 menggerakkan Tahir bersama bos Maspion Group Alim Markus dan bos Lippo Group sekaligus mertuanya Mochtar Riady untuk mendonasikan 7 miliar rupiah dalam bentuk pengadaan air bersih, buku dan juga seragam sekolah bagi anak-anak korban banjir di Jakarta.
Berderma dengan Strategi
Kabar teranyar dari aktivitas kedermawanan Tahir adalah keberhasilannya bermitra dengan Bill & Melinda Gates Foundation, yayasan sosial yang didirikan sosok terkaya dunia Bill Gates. Tahir menyumbangkan dana hingga 75 juta dolar AS setara sekitar 900 miliar rupiah kepada The Global Fund untuk menanggulangi masalah TBC, HIV, dan malaria serta untuk perkembangan program Keluarga Berencana (KB).
Tahir percaya, berderma pun perlu strategi. Itu sebabnya ia merangkul Gates. Bill & Melinda Gates Foundation mempunyai skema matching fund, artinya setiap donasi yang dikeluarkan oleh mitra akan dilipatgandakan dua kali lipat. Donasi 75 juta dolar AS itu akhirnya beranak menjadi 150 juta dolar AS, dan dikembalikan ke Indonesia sebagai salah satu negara penerima donasi. Sesuai kebijakan The Global Fund, sebuah negara hanya berhak menerima donasi apabila ada seorang warga negara tersebut yang menjadi donatur ke The Global Fund. Dan Tahir menjadi orang pertama serta satu-satunya yang menjadi donatur ke lembaga ini.
"Ini merupakan contoh aksi filantropi paling fenomenal baik bagi Indonesia maupun regional," ujar Bill Gates kala itu di Abu Dhabi. Menurut Gates, Indonesia dianggap telah berhasil meningkatkan angka kesehatan warga negaranya, walaupun masih banyak juga permasalahan yang harus diselesaikan.
Dr. Tahir (lahir di Surabaya 26 Maret 1952, umur 61 tahun ) adalah seorang pengusaha sukses di Indonesia, investor, filantropis, sekaligus pendiri Mayapada Group, sebuah holding company yang memiliki beberapa unit usaha di Indonesia. Unit usahanya meliputi perbankan, media cetak dan TV berbayar, properti, rumah sakit dan rantai toko bebas pajak (DFS).
Tahir kecil dibesarkan di salah satu sudut Surabaya pada tahun 1952 di sebuah lingkungan yang rata-rata warganya tergolong tidak mampu. Dia dibesarkan oleh seorang ayah yang menghidupi keluarga dengan membuat becak, sementara ibunya turut membantu keluarga dengan mengecat becak yang dibuat ayahnya itu. Tahun 1971, dia menamatkan pendidikan menengah atas (SMA) di SMA Kristen Petra Kalianyar Surabaya.
Dekade 60-an, ketika Tahir baru mendapat secarik ijazah SMA dia pernah bercita-cita ingin menjadi seorang dokter namun tidak kesampaian. Cita-cita tersebut kandas karena pada suatu ketika, ayahnya mengalami sakit keras hingga tidak sanggup lagi membiayai keluarga. Rencana Tuhan mengubah jalan hidup yang telah dia rancang. Karena sakit yang diderita oleh ayahnya tersebut Tahir muda harus berhenti kuliah dan melanjutkan bisnis ayahnya di Surabaya.
Namun Tahir tidak mau begitu saja menyerah pada nasib. Ia mencalonkan diri untuk program beasiswa dan kegigihan membuatnya mendapatkan beasiswa sekolah bisnis di Nanyang University, Singapura. Di negeri Singa itu, Tahir menempuh studi sembari tiap bulan mencari produk di Singapura untuk dijual di Surabaya. Dia membeli pakaian wanita dan sepeda dari pusat perbelanjaan di Singapura, dan menjualnya kembali ke Indonesia.
Dari sinilah, ia mendapatkan ide untuk kapitalisasi produk impor guna membantu biaya sekolahnya. Inilah pula awal dari bisnis garmen yang kemudian serius dia geluti. Pasca lulus sarjana dari Nanyang University, Singapura, ia bersekolah kembali lalu menyelesaikan pendidikan keuangan di Golden Gates University, Amerika Serikat untuk menyelesaikan program Master.
Membangun dan Mengembangkan Kelompok Usaha
Pengalaman dan keberaniannya dalam berbisnis pada akhirnya membawanya menjadi seorang pengusaha muda. Dia dikenal sebagai pengusaha ulet dengan bisnis beraneka ragam, dan semuanya sukses di tangan Tahir. Dari garmen lambat laun Tahir muda mulai berani memasuki bidang bisnis lain. Ia memasuki bidang keuangan. Diawali dari Mayapada Group yang didirikannya pada 1986, bisnisnya merambah ke dealer mobil, garmen, perbankan, sampai kesehatan. Tahun 1990 Bank Mayapada lahir menjadi salah satu bisnis andalannya, menggantikan bisnis garmenya yang mengalami stagnasi.
Saat krisis ekonomi 1998 menghantam negeri ini, banyak bank pemerintah maupun swasta yang ambruk. Namun di tengah situasi tidak stabil seperti itu, Bank Mayapada tetap bertahan, malah masuk ke pasar Saham Bursa Efek Jakarta. Aktivitas perbankan Bank Mayapada tidak lumpuh karena ia tidak mengambil kredit dari bank asing sebesar bank-bank di Indonesia pada waktu itu. Bank Mayapada saat itu masih berfokus pada pengucuran kredit usaha kecil dan menengah. Pada 2007, justru bank ini mendapatkan predikat bank umum terbaik nomor 2 dari majalah InfoBank.
Orang Terkaya ke-12 di Indonesia
Kini Dr. Tahir tercatat sebagai orang terkaya ke-12 di Indonesia. Harta kekayaannya saat ini mencapai 2 miliar dolar AS atau setara dengan 19 triliun rupiah. Dia dikenal sebagai pengusaha ulet dan bertangan dingin karena bisinis yang ia pegang selalu berkembangan dan membuahkan hasil. Dia cerdas dalam membaca situasi bisnis di sekitarnya. Ini-lah yang menjadi kunci kesuksesannya dalam berbisnis.
Setelah mendapatkan kesuksesan di bisnis garmen dan perbankan, Tahir pun mulai melirik ke sektor rumah sakit karena terinspirasi oleh cita-cita waktu mudanya, dilanjutkan dengan toko bebas bea serta perusahaan media.
Saat ini Tahir tercatat sebagai pemegang saham perusahaan PT Wahana Mediatama, yang memiliki izin (lisensi) untuk penerbitan Forbes Indonesia. Selain itu, kelompok usaha Mayapada Group terus berkembang dengan sebelas perusahaan properti yang berlokasi di Bali, Indonesia dan Singapura.
Dari anak seorang pembuat becak, perjuangan dan kegigihan membuat Tahir menjadi pengusaha papan atas yang sukses menjalankan bisnis Grup Mayapada. Dengan bisnis yang terus berkembang dan banyaknya perusahaan yang dia miliki, Tahir mampu mempekerjakan ribuan pekerja dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Pada 2008, Tahir dianugerahi gelar Doktor Kehormatan oleh Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya sebagai bentuk apresiasi terhadap keseriusannya dalam pengembangan usaha kecil di Indonesia.
Bisnis Menjadi Berkat
Di balik semua limpahan rezeki yang diperolehnya, Tahir meyakini bahwa bisnis dan kesuksesan adalah sarana untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. Maka selain berbisnis, Tahir juga gemar berderma.
Bapak empat orang anak ini masih teguh memelihara asa masa kecilnya. Langkah nyata meretas asa itu dibuktikan Tahir dengan membangun Rumah Sakit Mayapada yang berlokasi di Tangerang dan Jakarta. Melalui rumah sakit ini, Tahir memudahkan akses pelayanan kesehatan bagi warga tidak mampu. Bahkan pada peresmian rumah sakit-nya saat itu, Tahir memberikan pengobatan jantung gratis untuk penderita penyakit jantung yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Seiring bisnisnya yang semakin pesat, portofolio kedermawanannya juga bertambah. Puluhan juta dolar AS beberapa kali keluar dari kantongnya demi peningkatan layanan kesehatan keluarga dan pemberantasan penyakit seperti malaria dan polio. Selain itu, derma sosial Tahir juga diperluas dengan pemberian beasiswa dan bantuan pengembangan pendidikan lain. Skala donasinya bukan hanya di tingkat nasional, melainkan juga regional dan global.
Ibukota Indonesia pun turut kecipratan donasi Tahir. Banjir besar yang melumpuhkan aktivitas masyarakat Jakarta pada tahun 2013 menggerakkan Tahir bersama bos Maspion Group Alim Markus dan bos Lippo Group sekaligus mertuanya Mochtar Riady untuk mendonasikan 7 miliar rupiah dalam bentuk pengadaan air bersih, buku dan juga seragam sekolah bagi anak-anak korban banjir di Jakarta.
Berderma dengan Strategi
Kabar teranyar dari aktivitas kedermawanan Tahir adalah keberhasilannya bermitra dengan Bill & Melinda Gates Foundation, yayasan sosial yang didirikan sosok terkaya dunia Bill Gates. Tahir menyumbangkan dana hingga 75 juta dolar AS setara sekitar 900 miliar rupiah kepada The Global Fund untuk menanggulangi masalah TBC, HIV, dan malaria serta untuk perkembangan program Keluarga Berencana (KB).
Tahir percaya, berderma pun perlu strategi. Itu sebabnya ia merangkul Gates. Bill & Melinda Gates Foundation mempunyai skema matching fund, artinya setiap donasi yang dikeluarkan oleh mitra akan dilipatgandakan dua kali lipat. Donasi 75 juta dolar AS itu akhirnya beranak menjadi 150 juta dolar AS, dan dikembalikan ke Indonesia sebagai salah satu negara penerima donasi. Sesuai kebijakan The Global Fund, sebuah negara hanya berhak menerima donasi apabila ada seorang warga negara tersebut yang menjadi donatur ke The Global Fund. Dan Tahir menjadi orang pertama serta satu-satunya yang menjadi donatur ke lembaga ini.
"Ini merupakan contoh aksi filantropi paling fenomenal baik bagi Indonesia maupun regional," ujar Bill Gates kala itu di Abu Dhabi. Menurut Gates, Indonesia dianggap telah berhasil meningkatkan angka kesehatan warga negaranya, walaupun masih banyak juga permasalahan yang harus diselesaikan.
Ini orangnya gan...
Spoiler for Tahir:
Waktu sama Bill Gates di kunjungan sebelumnya, Mei 2008 kalo ga salah gan
Spoiler for Tahir & Bill Gates:
Orang tajir kayak Tahir ini salah sebut nominal sumbangan aja jalan terus.. ane kapan bisa kayak dia yak
Buat motivasi kita2 biar ntar kalo kita beneran tajir jangan lupa sama sodara2 kita yang belum beruntung.. So, dari kita muda, tetep belajar n bekerja keras.. *Tsaah bahasa gw
Dia bukan yang punya Inter Milan gan, yg punya inter namanya "Erick Thohir".. kalo yang ini "Tahir" doang namanya gan..
Makasih buat agan2 dermawan cendol, moga2 doa kita dikabulin gan
Spoiler for Cendols:
Spoiler for Cendols:
SUMBER
SUMBER
SUMBER
0
108.3K
Kutip
1.3K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
680.1KThread•48.4KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya