Kaskus

Entertainment

Pengaturan

Mode Malambeta
Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Cinderella di Dunia Nyata, Wanita Ini Diperlakukan Bak Pembantu oleh Sang Ibu

CaverimAvatar border
TS
Caverim
Cinderella di Dunia Nyata, Wanita Ini Diperlakukan Bak Pembantu oleh Sang Ibu
Cinderella di Dunia Nyata, Wanita Ini Diperlakukan Bak Pembantu oleh Sang Ibu

Collette Elliot memiliki kisah hidup yang mirip cerita Cinderella. Namun bedanya, jika Cinderella diperlakukan kasar oleh ibu tirinya, Collette justru oleh ibu kandungnya sendiri.

Wanita 35 tahun ini mengaku sejak lahir hingga akhirnya dia memilih meninggalkan rumah, tak ada hal selain kekerasan psikis yang didapatnya dari sang ibu, Maureen Batchelor. Collette mengenang, hidupnya sebagai anak-anak awalnya baik-baik saja saat dia tinggal bersama orangtua asuh. Dia harus tinggal bersama mereka karena ibunya yang bekerja sebagai pekerja seks komersil sering meninggalkannya sendirian.

Namun saat usianya menginjak empat tahun, dinas sosial mengembalikannya pada sang ibu. Ketika itu ibunya sudah menikah dan memiliki rumah untuk ditinggali. Meskipun sudah tinggal bersama, bukan berarti ibunya mengurus Collette.

"Ibu bekerja di malam hari, jadi dia tidak akan bangun kecuali hari sudah sore. Aku akan bangun, memakai baju, membuat sarapan dan bermain sendirian," kenangnya seperti dikutip Mirror.

Kehidupan yang dijalani Collette kecil sempat membuat tetangga-tetangga rumah mereka khawatir dan melapor ke dinas sosial. Namun ternyata tidak ada tanggapan. Kalaupun dinas sosial datang mengecek, Maureen akan berpura-pura seolah-olah semuanya baik-baik saja.

Saat Collette berusia lima tahun, Maureen menikah lagi. Dia pun mendapatkan dua adik, perempuan dan laki-laki. Kehadiran dua adiknya itu membuat Collette sadar kalau ibunya benar-benar memperlakukannya berbeda.

"Aku yang melakukan semua tugas rumah tangga. Aku juga harus membantu mengurus bayi-bayi itu sebelum ke sekolah, terkadang malah aku tidak sekolah jika belum selesai. Saat mereka mulai besar, aku harus membereskan kamar mereka. Jika segala sesuatunya tidak sesuai, aku dipukul. Ibu terkadang menarik rambutku dan menggigitku," ujarnya.

Perlakuan kasar yang didapat Collette dari ibunya tak sampai di situ. Ibunya juga kerap mengkambinghitamkannya saat adik-adiknya mengalami sesuatu seperti terjatuh. Sang ibu akan menyebut itu adalah salahnya walaupun kenyataannya kesalahan ibunya yang lalai.

Di depan kedua adik tirinya, Maureen tak segan-segan menyebut atau memanggil Collette dengan kata yang tidak pantas. Adiknya yang masih kecil dan belum mengerti akhirnya mengikuti ucapan ibunya tersebit.

"Dia bahkan mengatakan dia tidak mencintaiku. Dan meskipun adik-adikku masih kecil, aku yang akan disuruh tidur duluan, terkadang saat masih jam 4 sore. Aku diminta pergi ke kamar dan tidak boleh ke kamar mandi. Aku ngompol bahkan saat aku sudah remaja," cerita Collette.

Saat usianya sudah cukup besar, Collette pernah mencoba pergi dari rumah. Namun pihak kepolisian selalu membawanya kembali pulang. Baru setelah berulang tahun ke-16, dia bisa benar-benar melarikan diri dari ibunya. Dia membiayai hidupnya sendiri dengan bekerja di akhir pekan dan tinggal berpindah-pindah di rumah temannya.

Saat usianya menginjak 18, dia tinggal bareng kekasihnya dan hamil. Kehamilannya itu sempat membuatnya takut dia menjadi ibu yang jahat seperti ibunya. "Tapi begitu aku menggendong anakku Siannie Louise, aku tahu aku mencintainya. Hal itu pun membuatku bertanya-tanya kenapa ibuku memperlakukanku seperti itu," kata Collette.

Collette pun kemudian menikah dengan pangerannya, Scott. Dari pernikahan tersebut dia dikaruniai empat anak. Ibunya sempat menghadiri pernikahannya. Kini ibu Collette telah tiada. Meski demikian dia masih sulit melepaskan diri dari bayang-bayang kekerasan yang pernah didapatnya dari ibunya itu.

Perlakuan ibunya itu membuatnya sangat depresi. Dia pernah 12 kali mencoba bunuh diri. Pengobatan dan terapi serta dukungan dari suami dan anak-anaknya pada akhirnya membuatnya berhasil sembuh.

Saat Collette diberitahu ibunya meninggal karena kanker otak, perasaannya campur aduk. "Yang membuatku paling sedih, terlepas dari semua kejadian yang aku alami, aku ingin tetap berduka karena dia ibuku, tapi ternyata aku tidak bisa," ujarnya.

Cerita hidupnya ini diceritakan Collette untuk mendukung pengesahan undang-undang pemberian hukuman pada mereka yang melakukan kekerasan psikis pada anak-anak. Undang-undang tersebut tengah diajukan oleh perwakilan dari partai Liberal Demokrat di Inggris, Mark Williams. [/QUOTE]

http://wolipop.detik.com/read/2014/0...-oleh-sang-ibu

Benar-benar sukar dipercaya, tapi ini nyata. emoticon-Berduka (S)
0
4.5K
31
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
KASKUS Official
924.4KThread88.1KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.