Alat tukar favorit para tentara selain makanan, serum penangkal gigitan ular berbisa serta jas hujan. Dalam buku Diana J Dell Berjudul A Saigon Party; And Another Vietnam War Short Stories, di ceritakan bahwa kehadiran Coca-Cola sangat dinanti-nantikan oleh para tentara AS saat perang Vietnam. Sejarawan mencatat proses barter kerap dilakukan oleh para tentara saat berada di garis belakang ataupun di garis depan

Bukan hanya minuman, Coca-Cola di zona militer juga memegang peranan sebagai simbol kebanggaan negeri Paman Sam, tidak heran jika pada perang dunia II perusahaan raksasa itu membangun sekitar 60 pabrik pengemasan (bottling plants) di Afrika, Asia, dan Eropa untuk konsumsi para tentara hingga warga lokal.

Permintaan Vodka "KW 2" ini disampaikan oleh Petinggi militer Rusia Jenderal Georgy Zhukov. Saat itu AS dan Rusia masih menjadi sekutu untuk mematahkan dominasi kubu fasis di Dunia

Perang Dingin yang membuat Eropa terbagi dalam blok Barat dan Timur juga menggunakan Coca-Cola sebagai simbol penting. Di tahun 1989 puluhan warga Jerman Timur terpaksa melakukan aksi kucing-kucingan dengan tentara Soviet untuk membawa puluhan krat Coca-Cola. Dalam periode itu dikenal istilah yang berbunyi "Drinking Coca-Cola became a symbol of freedom."

Boikot untuk produk Coca-Cola sempat terjadi di Jazirah Arab dalam periode 1968-1991. Saat itu beberapa negara Timteng melarang peredaran Coca-Cola sebagai aksi protes terhadap dukungan Amerika Serikat pada Israel

Kehadiran minuman berkarbonasi rasa saparilla, Pepsi sempat membuat Coca-Cola kehilangan dominasinya dibeberapa negara. Persaingan dua raksasa minuman ringan itu juga terjadi di negara dunia ketiga seperti Myanmar yang sempat melarang peredaran Coca-Cola. Berkat aturan itu, Pepsi menggencarkan lobinya pada otoritas setempat agar produk yang akrab dengan ikon blueman itu bisa masuk kepasaran domestik

Terjadi di Perancis pada era 1950an. Saat itu masyarakat Perancis mengecam kehadiran Coca-Cola yang dianggap sebagai bentuk kolonialisme baru. Kelompok anti Coca-Cola juga membuat istilah "Coca-Colonisation" yang menandakan rakusnya bangsa AS dalam pemasaran produk unggulannya. Dalam aksi itu massa juga memecahkan ratusan botol soda serta menggulingkan truk coca-cola yang melintas

Pada tahun 2003 aksi mengecam sikap adikuasa Amerika Serikat kembali menggunakan Coca-Cola sebagai properti. Demostran anti AS secara masal turun kejalan dan menumpahkan ratusan ribu botol/kaleng Coca-cola yang diambil secara paksa di toko-toko dan gerai minuman. Akibat aksi itu Coca-Cola Thailand sempat menghentikan proses distribusinya