1. Melihat istri tetangga kemudian berpikir untuk icip-icip siapa tahu rasanya enak. Siapa tahu. Jadi Anda belum tentu tahu. Jadi sama seperti berjudi, Anda belum tahu bakal menang atau kalah. Namanya juga judi.
2. Melakukan persatuan tubuh baik yang dilakukan para lajang atau para suami dengan siapa saja yang disukai, tanpa mengetahui bahwa yang mau Anda satukan tubuhnya dengan tubuh Anda adalah sehat secara seksual. Tak mungkin menunjukkan surat pernyataan dokter yang dikantongi kemana-mana, bukan? Maka kenikmatan yang beberapa saat itu, sudah seperti judi. Apakah Anda bakal kena AIDS atau penyakit kelamin lainnya, Anda juga tak tahu. Bisa jadi juga Anda selamat karena kebetulan yang dijadikan satu tubuh itu bebas dari segala penyakit. Tetapi toh tetap Anda tak tahu bukan? Masak Anda akan meminta surat keterangan dokter dan surat berkelakuan baik. Anda sedang berjudi, bukan sedang mengurus pemindahan kewarganegaraan, Mas. Karena Anda hanya berasumsi, yang mana tidak ada perhitungan pastinya, itu namanya judi.
3. Anda pergi berperang. Anda memiliki strategi perang yang melebihi strategi yang dimiliki Napoleon dan Hitler, tetapi apakah strategi itu benar manjur atau tidak, Anda harus coba dulu. Waktu Anda mencoba untuk tahu hasilnya, Anda sudah melakukan perjudian. Karena kalau sudah ketahuan hasilnya, itu namanya bukan judi. Kalaupun strategi Anda terbukti manjur, belum tentu Anda yang merasakan kemenangan itu, karena dalam peperangan hidup mati Anda tidak dapat diperhitungkan dengan pasti. Jadi mungkin saja anak buah Anda yang menikmati kemenangan itu dan Anda gugur. Itu sebuah perjudian tentang hidup dan mati. Karena mungkin waktu mulai perang, Anda pikir Anda akan pulang secara utuh, tetapi ternyata Anda memang benar pulang secara utuh, tetapi tak bernyawa. Itu bukan utuh lah ya?
4. Hidup itu sebuah perjudian, karena semuanya tak pasti bukan sebuah panggung sandiwara. Karena yang hidup didalamnya, bukan hanya Tora Sudiro, Luna Maya, Mayangsari, Butet dan Ahmad Albar.