Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

lucianokovidaAvatar border
TS
lucianokovida
Keperawanan sebagai hal yang mutlak ???
Keperawanan sebagai hal yang mutlak ???

PLEASE BACA SAMPAI HABIS BARU COMMENT ... emoticon-Shakehand2

Keperawanan sebagai hal yang mutlak ???

Keperawanan sebagai hal yang mutlak ???

Keperawanan sebagai hal yang mutlak ???

PS : Untuk yang merasa Pria / Laki-Laki PERJAKA adalah Pria / Laki-Laki yang TIDAK PERNAH Masturbasi / Onani ... !!! ( Jangan mendustai diri sendiri ) emoticon-Peace



Memang keperawanan dianggap sebagai mitos dalam kaca mata orang Timur, virginitas lebih merupakan persoalan kultural.

Hanya saja ada ketimpangan atau ketidakadilan gender disitu, dimana perempuan cenderung dipojokkan dan dituntut untuk menjaga keperawanannya, sementara laki-laki tidak pernah dipermasalahkan ke-jantanan-nya.

Virginitas kemudian menjadi sebuah mitos yang sangat sakral, sehingga seolah-olah jika perempuan tidak virgin (perawan) lagi, habislah seluruh harapan hidupnya.

Oleh sebab itu, soal selaput dara tidak bisa menjadi satu-satunya ukuran moral untuk menentukan baik-buruknya seorang perempuan, sebab bisa jadi ia tidak virgin karena mungkin dirudapaksa, padahal di situ perempuan cenderung dalam posisi lemah, atau mungkin sebab berolah raga dan lain sebagainya.

Sehingga sangatlah naif dan tidak adil, jika mengukur moralitas hanya semata-mata kerena ia tidak perawan, yang biasanya ditandai oleh robeknya selaput darah.

Kalau virginitas itu disebabkan oleh karena ia melakukan seks bebas sebelum pra nikah, barangkali umumnya orang sepakat, dan khususnya kultur orang Timur akan mengatakan bahwa hal itu merupakan aib.

Namun mestinya stigmatsiasi seperti itu juga harus diberikan kepada kaum laki- laki, sehingga lebih adil.

Oleh sebab itu, harus ada pergeseran paradigma yang lebih berkeadilan gender.

Artinya bahwa tuntutan untuk menjaga kesucian sebelum pra nikah harus secara adil diberikan baik kepada kaum laki-laki, tidak hanya perempuan.

Memang untuk merubah pola pikir seperti ini tidak mudah, sebab mitos mengenai keperawanan itu sudah sangat berakar dalam pikiran, budaya dan kultur masyarakat kita.

Tidak berlebihan kiranya jika dikaitkan bahwa masalah keperawanan nampaknya lebih merupakan persoalan kultur, dimana aroma patriarkhinya sangat kental.

Kemudian menjadi mitos yang cenderung merugikan perempuan.

Seolah perempuan kalau sudah tidak perawan lagi dengan serta merta diklaim sebagai perempuan yang tidak baik dan tidak bisa jadi harapan menjadi istri yang baik.

Akibatnya perempuan akan selalu merasa bersalah dan rendah diri dihadapan laki-laki jika kehilangan selaput daranya.

Anehnya tuntutan seperti itu hampir tidak pernah diberikan kepada laki-laki.

Mungkin karena alat kelamin laki-laki yang sulit dideteksi secara medis.

Namun bukankah yang menyebabkan tidak virgin karena hubungan seks juga laki-laki?

Jadi, kultur patriarkhi itulah sebenarnya yang sangat mendominasi mempermasalahkan soal keperawanan perempuan.

Sebagai akibatnya soal keperjakaan seolah diabaikan sama sekali.

Sampai-sampai kadang jika lelaki menikahi perempuan yang tidak perawan lagi, ia merasa tidak puas, ada sesuatu yang hilang dalam dirinya.

Pandangan seperti ini jelas tidak adil dan sudah selayaknya di tinjau ulang. Untuk itu duperlukan wawasan pikiran yang terbuka yang bisa di raih hanya melalaui pendidikan.

Di sini perlu ditegaskan bahwa masalah keperawanan perempuan bukan satu-satunya ukuran moral.

Masih banyak ukuran moral lain yang bisa dijadikan tolok ukur untuk mengukur moralitas seorang perempuan, misalnya dari segi tanggung jawabnya, kepribadian, dan keluhuran akhlaknya.

Mempermasalahkan keperawanan sebenarnya lebih kental dengan bungkus kultur patriarkhi, kemudian hal itu menjadi mitos.

Oleh karenanya perlu dibongkar dengan wacana yang lebih berkeadilan gender.

Sehingga seandainya laki-laki mau menikah dengan perempuan, mestinya tidak perlu hanya terjebak kepada persoalan keperwanan, apakah selaput darahnya masih utuh atau tidak, sebab boleh jadi calon istrinya seorang janda.

Memangnya laki-laki mau menikah dengan selaput darah?

Oleh sebab itu, bagi kaum laki-kali, hendaklah bisa memandang kaum perempuan secara lebih utuh dan tidak parsial.

Karena cara pandang seperti itu merupakan cara pandang yang lebih manusiawi dan merupakan salah satu bentuk penghargaan kepada kaum perempuan.

Kita harus dapat melihat segala sesuatu dengan hati terbuka dan melihatnya dari kedua sisi bukan hanya satu sisi saja.

Kita tidak perlu takut cara pandang kita berbeda dengan kalangan umum sepanjang itu kita yakini kebenarannya.

Masalah moral merupakan masalah abu-abu, di suatu masyarakat saling berciuman di tempat terbuka dianggap tabu dan kotor sedangkan di masyarakat lainnya di anggap biasa dan merupakan ungkapan cinta kasih.

Mana yang benar dari kedua pandangan ini ?

Atau mengenai mati demi membela kepercayaan masing-masing dengan saling membunuh sesama manusia ciptaan Tuhan, apakah dibenarkan?

Kembalilah ke diri anda masing-masing, tanya hati nurani anda sendiri jangan terpengaruh indoktrinasi nilai-nilai yang salah yang sejak kecil sudah ditanamkan ke kepala kita.

Sebagai manusia kita memiliki penasehat yang nomer wahid yaitu hati nurani, cuma kadang kali kita manusia sering mengabaikan penasehat utama ini, dikalahkan oleh nilai-nilai yang dibentuk dari hasil indoktrinasi sejak kecil tersebut.

Jadi bagaimana menurut anda2 semuanya ... ???



Spoiler for Comment:




emoticon-Traveller Post 2 .......
Diubah oleh lucianokovida 10-03-2014 02:59
0
12.6K
115
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.