- Beranda
- The Lounge
doors leading to world war in the Ukraine | World War III
...
TS
yudhafals
doors leading to world war in the Ukraine | World War III
Smoga Thread Perdana ane ini gak amin
apa yang anda pikirkan tentang perang dunia ???
tentunya sebuah kehancuran, perpecahan, dan pastinya suatu hal yang tak pernah diinginkan oleh semua umat manusia.
dunia sudah merasakan dampak negatif perang dunia satu dan dua, akankah dunia akan mengulanginya lagi untuk yang KETIGA kalinya ???
semoga saja tidak, karna manusia yang "normal" tidak akan menginginkan peperangan
satu hal yang perlu kita ingat Bahwa "tak ada yang menang dalam sebuah peperangan karena hanya kerugian yang didapat dalam sebuah perang"
tentunya sebuah kehancuran, perpecahan, dan pastinya suatu hal yang tak pernah diinginkan oleh semua umat manusia.
dunia sudah merasakan dampak negatif perang dunia satu dan dua, akankah dunia akan mengulanginya lagi untuk yang KETIGA kalinya ???
semoga saja tidak, karna manusia yang "normal" tidak akan menginginkan peperangan
satu hal yang perlu kita ingat Bahwa "tak ada yang menang dalam sebuah peperangan karena hanya kerugian yang didapat dalam sebuah perang"
Spoiler for cekidot:
Spoiler for Perbandingan Militer Ukraina dan Rusia:
KIEV, KOMPAS.com - Jika Ukraina dan Rusia benar-benar terlibat perang terbuka kira-kira apa yang akan terjadi? Jika dilihat dari jumlah dan kekuatan militernya, maka Ukraina kalah jauh dibandingkan negeri tetangganya yang besar itu.
Pada 2012, personel aktif angkatan bersenjata Rusia berjumlah 845.000 orang, sementara angkatan bersenjata Ukraina hanya ditopang 130.000 personel.
Dari sisi anggaran militer kedua negara juga tak bisa disandingkan. Pada 2012 Rusia menghabiskan 78 miliar dolar AS untuk membiayai angkatan perangnya. Sedangkan Ukraina "hanya" 1,6 miliar dolar AS di tahun yang sama.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada Juni 2011, seorang pakar militer mengatakan Ukraina akan berada dalam posisi defensif selama satu dekade jika anggaran militernya tak berubah.
Valentin Badrak, seorang direktur Pusat Studi Angkatan Bersenjata, Konversi dan Perlucutan Senjata Ukraina (CACDS) kepada harian Nezavisimaya Gazeta mengatakan saat ini program pengembangan Angkatan Bersenjata Ukraina (UAF) berada dalam "level nol".
Pemerintah Ukraina, mengacu para sebuah studi pada 2010, negeri itu tak membutuhkan angkatan bersenjata yang besar karena ancaman utama Ukraina bukan dari luar negeri melainkan dari destabilisasi di dalam negeri.
Tak hanya dari sisi anggaran saja Ukraina kalah dari Rusia, dari sisi sumber daya manusiapun Ukraina bukan tandingan Rusia.
Menurut CIA World Factbook, Ukraina memiliki 15,7 juta pria dan wanita berusia 16-49 yang bisa menyandang senjata jika diperlukan. Namun, jumlah itu kalah jauh dibandingkan Rusia yang memiliki 45,6 juta pria dan wanita di level usia yang sama.
Angka-angka itu lah yang kemungkinan memenuhi benak Menteri Pertahanan Ukraina, Ihor Tenyuh, saat menghadiri sebuah rapat tertutup di parlemen, Minggu (2/3/2014), membahas krisis yang tengah terjadi di Semenanjung Krimea.
Dua anggota parlemen yang hadir dalam rapat itu mengatakan Tenyuh menilai Ukraina tak memiliki kemampuan militer yang cukup kuat untuk melawan Rusia. Sehingga dia menyerukan jalur diplomasi untuk menyelesaikan krisis dengan Rusia.
Pada 2012, personel aktif angkatan bersenjata Rusia berjumlah 845.000 orang, sementara angkatan bersenjata Ukraina hanya ditopang 130.000 personel.
Dari sisi anggaran militer kedua negara juga tak bisa disandingkan. Pada 2012 Rusia menghabiskan 78 miliar dolar AS untuk membiayai angkatan perangnya. Sedangkan Ukraina "hanya" 1,6 miliar dolar AS di tahun yang sama.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada Juni 2011, seorang pakar militer mengatakan Ukraina akan berada dalam posisi defensif selama satu dekade jika anggaran militernya tak berubah.
Valentin Badrak, seorang direktur Pusat Studi Angkatan Bersenjata, Konversi dan Perlucutan Senjata Ukraina (CACDS) kepada harian Nezavisimaya Gazeta mengatakan saat ini program pengembangan Angkatan Bersenjata Ukraina (UAF) berada dalam "level nol".
Pemerintah Ukraina, mengacu para sebuah studi pada 2010, negeri itu tak membutuhkan angkatan bersenjata yang besar karena ancaman utama Ukraina bukan dari luar negeri melainkan dari destabilisasi di dalam negeri.
Tak hanya dari sisi anggaran saja Ukraina kalah dari Rusia, dari sisi sumber daya manusiapun Ukraina bukan tandingan Rusia.
Menurut CIA World Factbook, Ukraina memiliki 15,7 juta pria dan wanita berusia 16-49 yang bisa menyandang senjata jika diperlukan. Namun, jumlah itu kalah jauh dibandingkan Rusia yang memiliki 45,6 juta pria dan wanita di level usia yang sama.
Angka-angka itu lah yang kemungkinan memenuhi benak Menteri Pertahanan Ukraina, Ihor Tenyuh, saat menghadiri sebuah rapat tertutup di parlemen, Minggu (2/3/2014), membahas krisis yang tengah terjadi di Semenanjung Krimea.
Dua anggota parlemen yang hadir dalam rapat itu mengatakan Tenyuh menilai Ukraina tak memiliki kemampuan militer yang cukup kuat untuk melawan Rusia. Sehingga dia menyerukan jalur diplomasi untuk menyelesaikan krisis dengan Rusia.
Spoiler for Perang Cyber:
TEMPO.CO, Jakarta - Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina ternyata memunculkan perang cyber. Menurut laporan, peretas dari kedua negara itu sedang menyebar maleware dan perusakan software resmi di negara "musuhnya".
Untuk saat ini, peretas dari Ukraina dianggap sudah memasuki situs berita resmi Rusia. Mereka mensabotase isi berita dengan pesan yang bisa memunculkan propaganda. Sedangkan pihak Ukraina menuduh peretas Rusia menjebol akses komunikasi mobile dan sasarannya adalah para pejabat negara tersebut.
"Saya menegaskan bahwa ada serangan pada parlemen Ukraina secara berturut-turut. Ukrtelecom, perusahaan telekomunikasi Ukraina, dimasuki secara ilegal," kata Valentyn Nalivaichenko, Kepala Keamanan Rusia, Rabu, 5 Maret 2014. Namun saat dimintai keterangan oleh BBC, pihak Rusia membantahnya.
Paul Rosenzweig, pendiri perusahaan keamanan Red Red Branch Consulting, mengatakan peretas Rusia memang diklaim memiliki kekuatan untuk menjebol jaringan komunikasi dan mampu bekerja secara efektif. Namun ia menjelaskan bahwa peretas Ukraina juga sama berbahayanya.
"Meski perang cyber semakin terasa di kedua negara, tetap saja senjata militer lebih mengerikan karena memiliki daya rusak yang besar. Peretas memang sama-sama mengancam, tapi kekuatan tank dan peluru lebih berbahaya ketimbang serangan cyber," kata Paul.
Untuk saat ini, peretas dari Ukraina dianggap sudah memasuki situs berita resmi Rusia. Mereka mensabotase isi berita dengan pesan yang bisa memunculkan propaganda. Sedangkan pihak Ukraina menuduh peretas Rusia menjebol akses komunikasi mobile dan sasarannya adalah para pejabat negara tersebut.
"Saya menegaskan bahwa ada serangan pada parlemen Ukraina secara berturut-turut. Ukrtelecom, perusahaan telekomunikasi Ukraina, dimasuki secara ilegal," kata Valentyn Nalivaichenko, Kepala Keamanan Rusia, Rabu, 5 Maret 2014. Namun saat dimintai keterangan oleh BBC, pihak Rusia membantahnya.
Paul Rosenzweig, pendiri perusahaan keamanan Red Red Branch Consulting, mengatakan peretas Rusia memang diklaim memiliki kekuatan untuk menjebol jaringan komunikasi dan mampu bekerja secara efektif. Namun ia menjelaskan bahwa peretas Ukraina juga sama berbahayanya.
"Meski perang cyber semakin terasa di kedua negara, tetap saja senjata militer lebih mengerikan karena memiliki daya rusak yang besar. Peretas memang sama-sama mengancam, tapi kekuatan tank dan peluru lebih berbahaya ketimbang serangan cyber," kata Paul.
Spoiler for Krisis Ukraina, AS-Rusia Gagal Capai Kesepakatan:
TEMPO.CO, Paris - Upaya pertama Barat untuk membuat Moskow mundur dari Crimea menemui kegagalan. Hal ini membulatkan langkah Uni Eropa untuk memberlakukan sanksi terhadap Kremlin pada pertemuan puncak darurat pada hari Kamis.
Negosiasi di Paris antara Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry dan Menlu Rusia, Sergei Lavrov, berakhir tanpa kesepakatan pada Rabu. Eropa dan AS berharap Moskow membuka dialog dengan pemerintah baru di Kiev dan juga menarik pasukannya di Crimea ke pangkalan mereka dan mengizinkan pemantau internasional.
Keduanya diharapkan untuk melanjutkan perundingan di Roma pada Kamis setelah berkonsultasi dengan presiden masing-masing. "Pembicaraan telah bergerak dalam arah yang lebih baik," kata Laurent Fabius, Menteri Luar Negeri Prancis.
Lavrov mengatakan negara-negara Barat sejauh ini melakukan langkah-langkah yang tidak membantu menciptakan suasana dialog. Di lain pihak, Kerry berkeras dia tidak datang ke ibu kota Prancis untuk menemukan jawaban instan terkait krisis di Semenanjung Krim. Selain bertemu Lavrov, Kerry juga bertemu dengan Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrij Deshchytsia.
"Semua pihak setuju bahwa adalah sangat penting untuk mengatasi masalah ini melalui dialog," kata Kerry. "Kami tidak akan membiarkan integritas dan kedaulatan Ukraina dilanggar."
Pertemuan antara Kerry dan Lavrov adalah kontak langsung AS-Rusia pertama sejak krisis Ukraina.
Sementara itu dari Kiev, dilaporkan Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa Robert Serry terpaksa mempersingkat kunjungannya ke Ukraina setelah mendapat ancaman dari sekelompok orang yang memaksanya segera meninggalkan negara itu.
Diplomat asal Belanda itu baru saja kembali dari kompleks militer Ukraina, Rabu, 5 Maret 2014. Begitu keluar dari kompleks militer, ia dihadang sekelompok orang berpakaian sipil yang berjumlah sekitar 100 sambil meneriakkan, "Rusia! Rusia!"
Serry kemudian dibawa ke satu kafe dan sempat ditahan oleh kelompok yang tak jelas identitasnya. Penerjemah Serry, Vadim Kastelli, mengatakan kelompok itu menahan Serry untuk tidak berkunjung ke Crimea. Ia digiring kembali dengan kawalan ketat menuju bandara di kota Simferopol tanpa diberi kesempatan kembali ke kamar hotel untuk mengambil tasnya.
Ia kemudian dipaksa terbang dengan pesawat menuju Istanbul. Serry tak berdaya meski berusaha menolak tuntutan kelompok yang diduga bersenjata . "Setidaknya satu di antara mereka bersenjata," kata Kastelli yang mendapat informasi dari jurnalis televisi ITN yang meliput insiden itu.
Negosiasi di Paris antara Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry dan Menlu Rusia, Sergei Lavrov, berakhir tanpa kesepakatan pada Rabu. Eropa dan AS berharap Moskow membuka dialog dengan pemerintah baru di Kiev dan juga menarik pasukannya di Crimea ke pangkalan mereka dan mengizinkan pemantau internasional.
Keduanya diharapkan untuk melanjutkan perundingan di Roma pada Kamis setelah berkonsultasi dengan presiden masing-masing. "Pembicaraan telah bergerak dalam arah yang lebih baik," kata Laurent Fabius, Menteri Luar Negeri Prancis.
Lavrov mengatakan negara-negara Barat sejauh ini melakukan langkah-langkah yang tidak membantu menciptakan suasana dialog. Di lain pihak, Kerry berkeras dia tidak datang ke ibu kota Prancis untuk menemukan jawaban instan terkait krisis di Semenanjung Krim. Selain bertemu Lavrov, Kerry juga bertemu dengan Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrij Deshchytsia.
"Semua pihak setuju bahwa adalah sangat penting untuk mengatasi masalah ini melalui dialog," kata Kerry. "Kami tidak akan membiarkan integritas dan kedaulatan Ukraina dilanggar."
Pertemuan antara Kerry dan Lavrov adalah kontak langsung AS-Rusia pertama sejak krisis Ukraina.
Sementara itu dari Kiev, dilaporkan Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa Robert Serry terpaksa mempersingkat kunjungannya ke Ukraina setelah mendapat ancaman dari sekelompok orang yang memaksanya segera meninggalkan negara itu.
Diplomat asal Belanda itu baru saja kembali dari kompleks militer Ukraina, Rabu, 5 Maret 2014. Begitu keluar dari kompleks militer, ia dihadang sekelompok orang berpakaian sipil yang berjumlah sekitar 100 sambil meneriakkan, "Rusia! Rusia!"
Serry kemudian dibawa ke satu kafe dan sempat ditahan oleh kelompok yang tak jelas identitasnya. Penerjemah Serry, Vadim Kastelli, mengatakan kelompok itu menahan Serry untuk tidak berkunjung ke Crimea. Ia digiring kembali dengan kawalan ketat menuju bandara di kota Simferopol tanpa diberi kesempatan kembali ke kamar hotel untuk mengambil tasnya.
Ia kemudian dipaksa terbang dengan pesawat menuju Istanbul. Serry tak berdaya meski berusaha menolak tuntutan kelompok yang diduga bersenjata . "Setidaknya satu di antara mereka bersenjata," kata Kastelli yang mendapat informasi dari jurnalis televisi ITN yang meliput insiden itu.
Spoiler for einstein berkata:
[img] http://prntscr.com/2ycpah [/img]
"Pelepasan tenaga atom telah merubah segalanya kecuali cara kita berpikir' pemecahan untuk masalah ini tergantung kepada hati nurani umat manusia. Jika saya mengetahuinya, lebih baik saya menjadi pembuat jam tangan."
"Ketika ditanya dengan apa perang dunia III akan dilakukan, Einstein menjawab bahwa ia tidak tahu. Tapi dia mengetahui dengan apa perang dunia IV akan dilakukan: Dengan pentungan dan batu!"
"Pelepasan tenaga atom telah merubah segalanya kecuali cara kita berpikir' pemecahan untuk masalah ini tergantung kepada hati nurani umat manusia. Jika saya mengetahuinya, lebih baik saya menjadi pembuat jam tangan."
"Ketika ditanya dengan apa perang dunia III akan dilakukan, Einstein menjawab bahwa ia tidak tahu. Tapi dia mengetahui dengan apa perang dunia IV akan dilakukan: Dengan pentungan dan batu!"
Spoiler for Rusia Uji Rudal Balistik:
MOSKWA, KOMPAS.COM — Rusia mengatakan telah sukses melakukan uji tembak sebuah rudal balistik antarbenua (Intercontinental Ballistic Missile/ICBM) pada Selasa (4/3/2014), di tengah meningkatnya ketegangan di Crimea setelah Rusia mengontrol wilayah Ukraina itu dan ancaman untuk mengirim pasukan lebih banyak lagi ke Ukraina.
Pasukan Roket Strategis Rusia meluncurkan sebuah rudal RS-12M Topol dari wilayah Astrakhan dan hulu ledaknya mencapai target di daerah Kazakhstan. Demikian kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan, Igor Yegorov, kepada kantor berita milik pemerintah, RIA. Tempat peluncuran itu terletak di dekat Sungai Volga, sekitar 450 kilometer di sebelah timur perbatasan Ukraina.
Rusia dan AS menandatangani satu rangkaian terbaru perjanjian yang membatasi jumlah ICBM pada 2010. Namun, Moskwa telah mengindikasikan akan setuju melakukan pengurangan lebih lanjut dalam waktu dekat dan sedang melakukan sejumlah langkah untuk meng-upgrade senjata nuklirnya.
Presiden Vladimir Putin telah menekankan, Rusia harus mempertahankan sebuah penangkal nuklir yang kuat, sebagian karena perisai anti-rudal AS sedang dibangun di Eropa. Menurut Moskwa, langkah AS itu dapat merusak keamanan.
Seorang pejabat AS mengatakan, pihaknya menerima pemberitahuan Rusia menjelang uji coba ICBM-nya itu.
Rudal RS-12M memiliki panjang 20 meter, dikenal dalam bahasa NATO sebagai SS-25 Sickle. Rudal itu pertama kali dioperasikan pada 1985, enam tahun sebelum runtuhnya Uni Soviet, dan dirancang untuk membawa hulu ledak nuklir. Radiusnya mencapai lebih dari 10.000 kilometer.
Peluncuran rudal itu menyusul keputusan Rusia mengirim pasukan ke wilayah Crimea di Ukraina selatan. Terkait pengiriman pasukan itu, Moskwa beralasan bahwa kehidupan warga etnis Rusia di sana terancam oleh pergolakan politik di Ukraina.
Putin, dalam komentar pertamanya sejak krisis bergolak di Ukraina, mengatakan pada Selasa bahwa saat ini ia melihat tidak ada alasan bagi tentara Rusia untuk campur tangan di Ukraina timur. Namun, ia tetap membuka kemungkinan bagi aksi militer dengan mengatakan bahwa Rusia "punya hak untuk menggunakan segala cara yang kami miliki untuk melindungi orang-orang berbahasa Rusia di selatan dan timur negara itu jika mereka berada dalam bahaya. Kami tidak akan berperang dengan rakyat Ukraina," katanya.
"Saya ingin Anda memahami saya dengan jelas. Jika kami membuat keputusan seperti itu, itu demi melindungi warga Ukraina. Dan Tuhan melarang prajurit yang mencoba untuk menembak rakyat mereka sendiri, kami akan berdiri di belakang mereka, bukan di depan, tetapi di belakang. Biarkan mereka mencoba untuk menembak perempuan dan anak-anak!"
Putin berbicara selama satu jam dalam sebuah konferensi pers tanpa teks di luar kota Moskwa. Ia menggambarkan bahwa pergeseran kekuasaan di Ukraina merupakan "kudeta konstitusional" dan perebutan kekuasaan dengan senjata. Dengan nada marah, Putin mengatakan anggota-anggota gerakan neo-Nazi, nasionalis, dan anti-Yahudi telah merajalela di beberapa bagian Ukraina, termasuk ibu kota Kiev.
Putin membantah bahwa tentara Rusia telah menduduki Crimea. Ia justru menyalahkan AS atas krisis itu. Putin mengatakan, AS telah campur tangan "dari seberang kolam di Amerika seolah-olah mereka duduk di laboratorium dan melakukan percobaan terhadap tikus-tikus, tanpa pemahaman tentang konsekuensi".
Sekian Thread Singkat Sekaligus Perdana Buat Ane ini.
semoga thread ane bermanfaat untuk agan dan sista penghuni kaskus.
bila berkenan bisa tolong atau tapi jangan
semoga thread ane bermanfaat untuk agan dan sista penghuni kaskus.
bila berkenan bisa tolong atau tapi jangan
Spoiler for Semur:
0
2.6K
Kutip
10
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923KThread•83KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru