- Beranda
- Berita dan Politik
Liputan Khusus TEMPO: Kisruh PSSI Berlanjut
...
TS
Riza.Fahdli
Liputan Khusus TEMPO: Kisruh PSSI Berlanjut
Quote:
Tingginya potensi ekonomi sepak bola dalam negeri menyebabkan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) jadi rebutan. Tumbangnya kubu reformis dan kembalinya para penguasa lama PSSI juga dilatarbelakangi oleh motif bisnis sepak bola. Salah satu lahan bisnis yang jadi rebutan adalah hak siar pertandingan liga (Baca selengkapnya di majalah Tempo, Senin 3 Maret 2014).
Pada 2007 pengurus PSSI era Nurdin Halid dan Nirwan Bakrie menyerahkan hak siar Liga Indonesia pada ANTV. Stasiun televisi milik keluarga Bakrie itu memegang kontrak hak siar selama 10 tahun, mulai 2007 hingga 2016, dengan nilai Rp 10 miliar per musim. Di 2011 terjadi pergantian kepengurusan dan PSSI dikuasai oleh kelompok baru yang dimotori oleh pengusaha Arifin Panigoro. (baca: Djohar: Gonjang- Ganjing PSSI Sudah Selesai)
Kubu reformis ini lantas melakukan sejumlah perubahan di tubuh PSSI. Salah satunya adalah memutus kontrak hak siar liga dengan ANTV yang dianggap terlalu murah. PSSI lantas menggelar tender hak siar liga, hasilnya MNC Group--grup media milik Hary Tanoesoedibjo menjadi pemenang hak siar dengan tawaran Rp 100 miliar per musim atau sepuluh kali lipat dari nilai kontrak dengan ANTV.
Tidak hanya itu, rencananya nilai kontrak baru itu akan terus bertambah tiap tahun menjadi: Rp 200 miliar pada tahun kedua, Rp 400 miliar di tahun ketiga, dan Rp 600 miliar di tahun keempat.
Pengamat sepak bola Indonesia dari Save Our Soccer (SOS) Apung Widadi mengatakan bahwa siaran Liga Indonesia memiliki potensi ekonomi sangat tinggi. Sehingga wajar jika nilai kontrak hak siarnya bisa mencapai ratusan miliar rupiah per musim. Alasannya sederhana, Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki penonton sepak bola terbesar di dunia. (baca juga:Cara Roy Suryo Tuntaskan Kisruh Sepakbola)
Dan yang lebih penting, masyarakat Indonesia lebih suka menyaksikan pertandingan liga dalam negeri dibanding liga-liga luar negeri yang mahal nilai kontrak hak siarnya. Rating siaran Liga Indonesia jauh lebih tinggi dibanding Liga Inggris. "Wajar jika PSSI jadi rebutan," katanya.
Kini kelompok lawas kembali berkuasa di PSSI. Pengelolaan hak siar liga juga kembali ke tangan mereka. Pertengahan Januari lalu, PSSI menyerahkan hak siar liga selama sepuluh tahun kepada sebuah perusahaan bernama BV Sports dengan nilai kontrak Rp 1,5 triliun. (baca juga: Bob Hippy: Ketua Umum PSSI Salah Sejak Awal)
Namun, PSSI maupun PT Liga Indonesia enggan membuka siapa di balik BV Sports. Padahal, direktur utama perusahaan itu adalah Hari Widodo yang merupakan salah satu direktur di PT Bakrie Capital. "Tidak penting siapa orangnya," ujar Chief Executive Officer PT Liga Indonesia yang juga rekan Nirwan Bakrie, Djoko Driyono. Djoko juga membantah bahwa kembalinya kubu lama ke PSSI dilatarbelakangi motif ekonomi. "Tidak ada bisnis Pak Nirwan yang berhubungan dengan sepak bola," katanya.
Pada 2007 pengurus PSSI era Nurdin Halid dan Nirwan Bakrie menyerahkan hak siar Liga Indonesia pada ANTV. Stasiun televisi milik keluarga Bakrie itu memegang kontrak hak siar selama 10 tahun, mulai 2007 hingga 2016, dengan nilai Rp 10 miliar per musim. Di 2011 terjadi pergantian kepengurusan dan PSSI dikuasai oleh kelompok baru yang dimotori oleh pengusaha Arifin Panigoro. (baca: Djohar: Gonjang- Ganjing PSSI Sudah Selesai)
Kubu reformis ini lantas melakukan sejumlah perubahan di tubuh PSSI. Salah satunya adalah memutus kontrak hak siar liga dengan ANTV yang dianggap terlalu murah. PSSI lantas menggelar tender hak siar liga, hasilnya MNC Group--grup media milik Hary Tanoesoedibjo menjadi pemenang hak siar dengan tawaran Rp 100 miliar per musim atau sepuluh kali lipat dari nilai kontrak dengan ANTV.
Tidak hanya itu, rencananya nilai kontrak baru itu akan terus bertambah tiap tahun menjadi: Rp 200 miliar pada tahun kedua, Rp 400 miliar di tahun ketiga, dan Rp 600 miliar di tahun keempat.
Pengamat sepak bola Indonesia dari Save Our Soccer (SOS) Apung Widadi mengatakan bahwa siaran Liga Indonesia memiliki potensi ekonomi sangat tinggi. Sehingga wajar jika nilai kontrak hak siarnya bisa mencapai ratusan miliar rupiah per musim. Alasannya sederhana, Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki penonton sepak bola terbesar di dunia. (baca juga:Cara Roy Suryo Tuntaskan Kisruh Sepakbola)
Dan yang lebih penting, masyarakat Indonesia lebih suka menyaksikan pertandingan liga dalam negeri dibanding liga-liga luar negeri yang mahal nilai kontrak hak siarnya. Rating siaran Liga Indonesia jauh lebih tinggi dibanding Liga Inggris. "Wajar jika PSSI jadi rebutan," katanya.
Kini kelompok lawas kembali berkuasa di PSSI. Pengelolaan hak siar liga juga kembali ke tangan mereka. Pertengahan Januari lalu, PSSI menyerahkan hak siar liga selama sepuluh tahun kepada sebuah perusahaan bernama BV Sports dengan nilai kontrak Rp 1,5 triliun. (baca juga: Bob Hippy: Ketua Umum PSSI Salah Sejak Awal)
Namun, PSSI maupun PT Liga Indonesia enggan membuka siapa di balik BV Sports. Padahal, direktur utama perusahaan itu adalah Hari Widodo yang merupakan salah satu direktur di PT Bakrie Capital. "Tidak penting siapa orangnya," ujar Chief Executive Officer PT Liga Indonesia yang juga rekan Nirwan Bakrie, Djoko Driyono. Djoko juga membantah bahwa kembalinya kubu lama ke PSSI dilatarbelakangi motif ekonomi. "Tidak ada bisnis Pak Nirwan yang berhubungan dengan sepak bola," katanya.
Quote:
Kembalinya kekuasaan kelompok lama di tubuh Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) diduga dipengaruhi campur tangan pejabat Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC). Seperti dilansir Majalah Tempo dalam investigasinya ' Antiklimaks PSSI," Direktur Hubungan Internasional dan Integritas Olahraga AFC Sanjeevan Balasinggam diduga mendukung kubu lama untuk mendongkel kubu reformis.
Menurut sejumlah sumber yang ditemui Tempo, Sanjeevan pernah menjadi semacam konsultan untuk Liga Super Indonesia, saat kompetisi itu dicap ilegal oleh PSSI sekitar 2012 lalu. Keberadaan seorang pengurus konfederasi bola Asia di liga yang tak resmi itu jelas memantik kecurigaan. Itu juga sekaligus menjadi salah satu alasan kubu reformis menuding AFC tidak netral dalam menyelesaikan konflik di tubuh PSSI.
Saat dikonfirmasi, Sanjeevan mengaku mengenal baik Djoko Driyono dan para petinggi PSSI dari kelompok lama. Ia juga tidak membantah sering berkunjung ke Jakarta sejak konflik PSSI memanas pada 2012 lalu. Namun ia membantah ikut cawe-cawe dalam konflik di tubuh PSSI. "Saya tidak pernah melakukan apapun yang Anda tuduhkan," katanya. "Saya ke Indonesia karena mengunjungi paman dan mengantar istri belanja."(baca: Di Balik Kisruh PSSI: Ada Rebutan Bisnis Hak Siar)
Chief Executive Officer PT Liga Indonesia yang juga rekan Nirwan Bakrie, Djoko Driyono, juga membantah adanya keterlibatan Sanjeevan. "Ia teman saya sejak lama. Hubungan kami hanya sebatas pertemanan," katanya.
Menurut sejumlah sumber yang ditemui Tempo, Sanjeevan pernah menjadi semacam konsultan untuk Liga Super Indonesia, saat kompetisi itu dicap ilegal oleh PSSI sekitar 2012 lalu. Keberadaan seorang pengurus konfederasi bola Asia di liga yang tak resmi itu jelas memantik kecurigaan. Itu juga sekaligus menjadi salah satu alasan kubu reformis menuding AFC tidak netral dalam menyelesaikan konflik di tubuh PSSI.
Saat dikonfirmasi, Sanjeevan mengaku mengenal baik Djoko Driyono dan para petinggi PSSI dari kelompok lama. Ia juga tidak membantah sering berkunjung ke Jakarta sejak konflik PSSI memanas pada 2012 lalu. Namun ia membantah ikut cawe-cawe dalam konflik di tubuh PSSI. "Saya tidak pernah melakukan apapun yang Anda tuduhkan," katanya. "Saya ke Indonesia karena mengunjungi paman dan mengantar istri belanja."(baca: Di Balik Kisruh PSSI: Ada Rebutan Bisnis Hak Siar)
Chief Executive Officer PT Liga Indonesia yang juga rekan Nirwan Bakrie, Djoko Driyono, juga membantah adanya keterlibatan Sanjeevan. "Ia teman saya sejak lama. Hubungan kami hanya sebatas pertemanan," katanya.
Quote:
Kubu lama PSSI dengan kepanjangan tangan di PSSI saat ini.
Foto jadul: Nugraha Besoes, Sekjen PSSI era Nurdin Halid terlihat mesra bersama Sekjen PSSI/CEO PT LI, Djoko Driyono
PERLU jeda dua tahun sebelum Joko Driyono bisa kembali menduduki posisi Sekretaris Jenderal Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia. Dia pertama kali ditunjuk menempati posisi kunci itu pada awal 2011, menggantikan figur legendaris Nugraha Besoes, yang hampir 30 tahun menjadi Sekjen PSSI. Tapi arus kencang tuntutan reformasi PSSI ketika itu membuat Joko terpental jauh ke luar orbit.
Top Comment:
Quote:
Original Posted By inside_uus►Makanya ane selalu bilang mending bubarkan sepakbola Indonesia selama 20 tahun. Dulu Inggris pun dibekukan sepakbolanya selama beberapa tahun, terbukti sekarang kualitasnya menjadi baik.
Sepakbola Indonesia :
Sepakbola Indonesia :
- Prestasi NOTHING.
- Pemainnya sibuk baku hantam dilapangan, kadang wasit yang dijadikan samsak.
- Supporternya sibuk ngerusuh dan tawuran di luar stadion.
- Pengurus organisasinya sibuk berebut kursi kekuasaan dan sibuk mengeruk uang.
Diubah oleh Riza.Fahdli 04-03-2014 00:35
0
5.4K
Kutip
46
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
671KThread•40.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru