- Beranda
- Cerita Pejalan Domestik
[ FR ] Holiday Holishit : Pahawang , Beauty in Silent
...
TS
prascocker
[ FR ] Holiday Holishit : Pahawang , Beauty in Silent
Though we travel the world over to find the beautiful, we must carry it with us or we find it not.
Quote:
Kost Rawa Belong 49
14 Februari 2014, 20.00 wib
Berkumpulah delapan orang cowo ganteng tapi jomblo akut yang akan melarikan diri dari kepenatan Jakarta yaitu Gusti, Gilang, Greg, Angga, Rifky, Jovan dan Agus ditambah pasangan paling hot abad ini siapa lagi kalo bukan TS dan pacar TS Oiya, Agus ini kawan dari Semarang loh bukan dari Jakarta. Berangkat dari Semarang dengan kereta pagi dan sampai Jakarta sore hari. Dari Stasiun Senen sempat mampir ke kostan gw untuk beristirahat sejenak.
Yaps, kostan gw menjadi meeting point untuk beberapa kawan yang membawa kendaraan roda dua. Disini motor dititip kepada penjaga parkir kost dan biasanya kami berangkat ke seberang RS Harapan Kita menggunakan jasa taxi. 20.30 wib taxi kosong belum ada yang lewat. Diskusi sebentar akhirnya kita sepakat untuk membajak mikrolet eh, mencharter maksudnya. Akhirnya melintaslah satu unit mikrolet yang hanya membawa satu orang penumpang dan gw lekas menyetopnya.
“ Bang, gw mau charter nih mikrolet. Bisa kaga? “ sahut gw dengan gaya Lorenzo Lamas.
“ Boleh, 30 rebu tapi ye.. “ jawab abang mikrolet yang masih muda, tidak ganteng tapi gak jomblo ini. Kenapa gw bilang gak jomblo nih supir angkot? Baca terus FR ini.
Bergegas kami masuk ke dalam mikrolet. Melewati ATM BCA, gw minta berhenti untuk mengambil uang tunai terlebih dahulu. Sedangkan supir mikrolet ini menurunkan penumpang yang tadi dia bawa. Maaf ya Pak, mikroletnya saya bajak dulu
Urusan ambil uang tunai selesai. Gilang pindah tempat duduk dari belakang menjadi di samping supir muda itu. Mikrolet berhenti di salah satu warung makan pinggir jalan di daerah Asrama Polri Palmerah. Tidak disangka... supir mikrolet itu memberikan bingkisan kepada kekasihnya yang berkerja di warung tersebut. So switt... sedangkan di mikrolet itu hampir semua penumpangnya jomblo melongo kaya kebo. Moooo.....
14 Februari 2014, 20.00 wib
Berkumpulah delapan orang cowo ganteng tapi jomblo akut yang akan melarikan diri dari kepenatan Jakarta yaitu Gusti, Gilang, Greg, Angga, Rifky, Jovan dan Agus ditambah pasangan paling hot abad ini siapa lagi kalo bukan TS dan pacar TS Oiya, Agus ini kawan dari Semarang loh bukan dari Jakarta. Berangkat dari Semarang dengan kereta pagi dan sampai Jakarta sore hari. Dari Stasiun Senen sempat mampir ke kostan gw untuk beristirahat sejenak.
Yaps, kostan gw menjadi meeting point untuk beberapa kawan yang membawa kendaraan roda dua. Disini motor dititip kepada penjaga parkir kost dan biasanya kami berangkat ke seberang RS Harapan Kita menggunakan jasa taxi. 20.30 wib taxi kosong belum ada yang lewat. Diskusi sebentar akhirnya kita sepakat untuk membajak mikrolet eh, mencharter maksudnya. Akhirnya melintaslah satu unit mikrolet yang hanya membawa satu orang penumpang dan gw lekas menyetopnya.
“ Bang, gw mau charter nih mikrolet. Bisa kaga? “ sahut gw dengan gaya Lorenzo Lamas.
“ Boleh, 30 rebu tapi ye.. “ jawab abang mikrolet yang masih muda, tidak ganteng tapi gak jomblo ini. Kenapa gw bilang gak jomblo nih supir angkot? Baca terus FR ini.
Bergegas kami masuk ke dalam mikrolet. Melewati ATM BCA, gw minta berhenti untuk mengambil uang tunai terlebih dahulu. Sedangkan supir mikrolet ini menurunkan penumpang yang tadi dia bawa. Maaf ya Pak, mikroletnya saya bajak dulu
Urusan ambil uang tunai selesai. Gilang pindah tempat duduk dari belakang menjadi di samping supir muda itu. Mikrolet berhenti di salah satu warung makan pinggir jalan di daerah Asrama Polri Palmerah. Tidak disangka... supir mikrolet itu memberikan bingkisan kepada kekasihnya yang berkerja di warung tersebut. So switt... sedangkan di mikrolet itu hampir semua penumpangnya jomblo melongo kaya kebo. Moooo.....
Quote:
Halte Seberang RS Harapan Kita
14 Februari 2014, 21.00 wib
Jalanan begitu padat. Mungkin karena malam Valentine. Ah, Jakarta emang selalu padat.
Beberapa kawan sudah sampai disini duluan. Absen – absen setelah lengkap kita siap berangkat. Yang gak siap angkutan umumnya. Bus – bus belum nampak. Tumben biasanya banyak sekali. Kebetulan juga teman – teman yang berangkat bareng dari sini agak rame. Thinking......
Oke, mungkin ini saatnya untuk membajak bus. Yapss... kebetulan ada sebuah bus kosong yang melintas dan berhenti tepat sebelum halte.
Supir bus ini sudah separuh baya. 50 tahunan kira – kira. Mengenakan seragam dari perusahaan busnya dan peci haji putih di kepala. Namanya Pak Azhari. Gw tau setelah berkenalan di dalam bus. Sesaat setelah dia turun dari kemudi langsung gw hampiri.
“ Beh, nih mobil mau kemane ? “ gw tanya dengan logat Mandra.
“ Emang elu mau kemana dek ? “ Pak Azhari bertanya balik.
“ Mau ke Merak Beh, cuma banyak nih penumpangnya. Rombongan !! “ gw berseru.
“ Yaudah naek. “ perintah Pak Azhari.
“ Weits...berapa dulu nih ongkosnya Beh? “ tanya gw.
“ Yodah gampang. Samain kaya biasa aja. “ jawab Pak Azhari.
Bergegas kita masuk ke dalam bus. Lumayan, bus ini kapasitas 29 orang. Hampir penuh semua dengan rombongan. Supaya penuh Pak Azhari masih mengangkut seorang penumpang lagi yang akan turun di Serang. Semua mendapat tempat duduk masing – masing. Mobil mulai melaju ke dalam Tol Kebon Jeruk – Merak. Perjalanan kita mulai. Eh, perjalanan sudah dimulai yah dari tadi, dari melangkah kan kaki keluar rumah. Itulah saat perjalanan dimulai
Ternyata ada satu peserta trip yang tertinggal. Bro Agustiansyah. Sepertinya salah paham. Kami yang dari tadi berada di seberang RS Harapan Kita tidak bertemu, demikian bro Agus juga tidak melihat kami sebagai kerumunan.
Bus melaju dengan kecepatan normal. Ternyata bus Pak Azhari ini merupakan bus charteran, bukan bus umum. Kebetulan saat menuju pool ketemu dengan rombongan kami dan pool Pak Azhari ini di Serang jadi dia bersedia mengangkut kami. Begitulah, trip ini membawa rejeki untuk Pak Azhari.
Karena Pak Azhari tidak membawa kernet, maka proses penarikan ongkos bus dilakukan oleh Greg. Haha.. dengan logat Medannya dia menagih ongkos kepada penumpang satu persatu. Semangat..!! Sedangkan gw sudah bersandar di kursi empuk berhembus angin sepoi – sepoi dari air conditioner. Nikmat sekali dan dalam sekejap gw pun terlelap.
14 Februari 2014, 21.00 wib
Jalanan begitu padat. Mungkin karena malam Valentine. Ah, Jakarta emang selalu padat.
Beberapa kawan sudah sampai disini duluan. Absen – absen setelah lengkap kita siap berangkat. Yang gak siap angkutan umumnya. Bus – bus belum nampak. Tumben biasanya banyak sekali. Kebetulan juga teman – teman yang berangkat bareng dari sini agak rame. Thinking......
Oke, mungkin ini saatnya untuk membajak bus. Yapss... kebetulan ada sebuah bus kosong yang melintas dan berhenti tepat sebelum halte.
Supir bus ini sudah separuh baya. 50 tahunan kira – kira. Mengenakan seragam dari perusahaan busnya dan peci haji putih di kepala. Namanya Pak Azhari. Gw tau setelah berkenalan di dalam bus. Sesaat setelah dia turun dari kemudi langsung gw hampiri.
“ Beh, nih mobil mau kemane ? “ gw tanya dengan logat Mandra.
“ Emang elu mau kemana dek ? “ Pak Azhari bertanya balik.
“ Mau ke Merak Beh, cuma banyak nih penumpangnya. Rombongan !! “ gw berseru.
“ Yaudah naek. “ perintah Pak Azhari.
“ Weits...berapa dulu nih ongkosnya Beh? “ tanya gw.
“ Yodah gampang. Samain kaya biasa aja. “ jawab Pak Azhari.
Bergegas kita masuk ke dalam bus. Lumayan, bus ini kapasitas 29 orang. Hampir penuh semua dengan rombongan. Supaya penuh Pak Azhari masih mengangkut seorang penumpang lagi yang akan turun di Serang. Semua mendapat tempat duduk masing – masing. Mobil mulai melaju ke dalam Tol Kebon Jeruk – Merak. Perjalanan kita mulai. Eh, perjalanan sudah dimulai yah dari tadi, dari melangkah kan kaki keluar rumah. Itulah saat perjalanan dimulai
Ternyata ada satu peserta trip yang tertinggal. Bro Agustiansyah. Sepertinya salah paham. Kami yang dari tadi berada di seberang RS Harapan Kita tidak bertemu, demikian bro Agus juga tidak melihat kami sebagai kerumunan.
Bus melaju dengan kecepatan normal. Ternyata bus Pak Azhari ini merupakan bus charteran, bukan bus umum. Kebetulan saat menuju pool ketemu dengan rombongan kami dan pool Pak Azhari ini di Serang jadi dia bersedia mengangkut kami. Begitulah, trip ini membawa rejeki untuk Pak Azhari.
Karena Pak Azhari tidak membawa kernet, maka proses penarikan ongkos bus dilakukan oleh Greg. Haha.. dengan logat Medannya dia menagih ongkos kepada penumpang satu persatu. Semangat..!! Sedangkan gw sudah bersandar di kursi empuk berhembus angin sepoi – sepoi dari air conditioner. Nikmat sekali dan dalam sekejap gw pun terlelap.
Spoiler for Merak:
Quote:
Pelabuhan Penyeberangan Merak
14 Februari 2014, 11.30 wib
Bus berhenti tepat di pintu masuk Pelabuhan Merak. Suatu keuntungan, karena biasanya harus berhenti di terminal dan berjalan kaki ke pintu masuk pelabuhan lumayan jauh. Tulisan Pelabuhan Penyeberang Merak berwarna biru yang terbuat dari neon menyambut kami. Gw yang udah berkali – kali ke Pelabuhan Merak aja baru sekali lewat sini. Norak ya...
Di depan Indomaret pelabuhan kami berkumpul. Beberapa peserta ada yang sudah sampai. Masih banyak pula yang masih dalam perjalanan. Sembari menunggu, Greg mengabsen peserta yang berangkat ke Krakatau. Greg adalah TS untuk share cost ke Cagar Alam Krakatau. Tapi berhubung dia belum pernah ke Pulau Pahawang maka dia putuskan untuk ikut dalam trip ke Pahawang. Nah, untuk Krakatau peserta akan dipimpin oleh Dimas, salah satu rekan yang sudah berkali – kali ke Cagar Alam Krakatau dan tidak pernah bosan sama sekali.
Pukul 01.30 wib teman – teman peserta sudah lengkap. Malah tinggal Dimas yang belum tiba. Busnya mengalami masalah. Oke, briefing dulu sebentar sembari menunggu Dimas. Tiket dibagi – bagi. Peserta yang berangkat ke Krakatau masuk ke dalam ferry lebih dulu. Dimas sudah hampir tiba. Briefing lagi sebentar untuk peserta yang akan ke Pulau Pahawang dan tepat saat briefing selesai Dimas tiba. Huff..bergegas masuk ke dermaga agar bisa tetap satu ferry dengan teman – teman yang akan ke Krakatau.
Pukul 02.30 ferry angkat sauh. Mulai berlayar dalam kondisi cuaca yang hujan. Mulai cemas akan cuaca. Mudah – mudahan hujan cepat berhenti. Walau hujan, ternyata gelombang laut cukup tenang. Hampir sebagian besar peserta berada dalam ruang VIP di dalam ferry. Sedangkan gw dan beberapa teman lebih suka diterpa angin laut. Dingin. Berteman dengan kopi hangat yang tumben harganya tidak mencekik kantong.
Sembari mengobrol dan bercanda selama perjalanan tak terasa Pelabuhan Bakauheni sudah di depan mata. Jam di layar handphone menunjukkan pukul 05.30 wib. Berarti perjalanan laut hanya tiga jam saja. Cukup cepat. Tetapi apa yang gw takutkan menjadi kenyataan. Hujan masih turun dengan stabil. Tak ada tanda – tanda akan reda. Yaudah mau bilang apa? Nikmati saja perjalanannya.
14 Februari 2014, 11.30 wib
Bus berhenti tepat di pintu masuk Pelabuhan Merak. Suatu keuntungan, karena biasanya harus berhenti di terminal dan berjalan kaki ke pintu masuk pelabuhan lumayan jauh. Tulisan Pelabuhan Penyeberang Merak berwarna biru yang terbuat dari neon menyambut kami. Gw yang udah berkali – kali ke Pelabuhan Merak aja baru sekali lewat sini. Norak ya...
Di depan Indomaret pelabuhan kami berkumpul. Beberapa peserta ada yang sudah sampai. Masih banyak pula yang masih dalam perjalanan. Sembari menunggu, Greg mengabsen peserta yang berangkat ke Krakatau. Greg adalah TS untuk share cost ke Cagar Alam Krakatau. Tapi berhubung dia belum pernah ke Pulau Pahawang maka dia putuskan untuk ikut dalam trip ke Pahawang. Nah, untuk Krakatau peserta akan dipimpin oleh Dimas, salah satu rekan yang sudah berkali – kali ke Cagar Alam Krakatau dan tidak pernah bosan sama sekali.
Pukul 01.30 wib teman – teman peserta sudah lengkap. Malah tinggal Dimas yang belum tiba. Busnya mengalami masalah. Oke, briefing dulu sebentar sembari menunggu Dimas. Tiket dibagi – bagi. Peserta yang berangkat ke Krakatau masuk ke dalam ferry lebih dulu. Dimas sudah hampir tiba. Briefing lagi sebentar untuk peserta yang akan ke Pulau Pahawang dan tepat saat briefing selesai Dimas tiba. Huff..bergegas masuk ke dermaga agar bisa tetap satu ferry dengan teman – teman yang akan ke Krakatau.
Pukul 02.30 ferry angkat sauh. Mulai berlayar dalam kondisi cuaca yang hujan. Mulai cemas akan cuaca. Mudah – mudahan hujan cepat berhenti. Walau hujan, ternyata gelombang laut cukup tenang. Hampir sebagian besar peserta berada dalam ruang VIP di dalam ferry. Sedangkan gw dan beberapa teman lebih suka diterpa angin laut. Dingin. Berteman dengan kopi hangat yang tumben harganya tidak mencekik kantong.
Sembari mengobrol dan bercanda selama perjalanan tak terasa Pelabuhan Bakauheni sudah di depan mata. Jam di layar handphone menunjukkan pukul 05.30 wib. Berarti perjalanan laut hanya tiga jam saja. Cukup cepat. Tetapi apa yang gw takutkan menjadi kenyataan. Hujan masih turun dengan stabil. Tak ada tanda – tanda akan reda. Yaudah mau bilang apa? Nikmati saja perjalanannya.
Spoiler for Merak:
Quote:
Pelabuhan Bakauheni
15 Februari 2014, 06.00 wib
Menuju pintu keluar pelabuhan banyak sekali calo dan kernet bus maupun travel yang akan menarik – narik anda. Cukup bilang sudah pesan mobil atau berjalan beriringan sudah bisa mengusir mereka. Mobil yang kita pesan sudah menunggu. Tiga unit mobil yaitu Suzuki APV satu unit dan dua unit Toyota Avanza. Cukup untuk kami yang berjumlah total dua puluh dua orang. Selesai melepas kepergian trip Krakatau, kami mulai memasuki mobil masing – masing. Hehehe..rada sempit ternyata untuk yang menumpang di mobil gw. Hampir sebagian besar penumpang di mobil gw bertinggi seratus tujuh lima sentimeter keatas. So, lumayan juga tekuk kaki selama perjalanan sampai Padang Cermin yang memakan waktu tiga jam.
Ada suatu kejadian mengenaskan saat perjalanan mencapai kawasan Kalianda. Telah terjadi kecelakaan antara dua pengendara motor yang mengakibatkan dua pengendaranya tewas. Menegerikan karena hal itu baru saja terjadi jadi kami masih bisa melihat kondisi jenazahnya di tepi jalan. Oiya, untuk melakukan perjalanan ke Pahawang ada baiknya meminum obat anti mabuk terlebih dahulu. Hizkia salah satu rekan yang sering banget ikut trip laut bareng gw sukses dibuat muntah dalam perjalanan. Haha..padahal selama dilaut dia ini termasuk kuat melawan goyangan ombak – ombak besar loh.
Tiga jam perjalanan telah kami lalui. Sekarang kami berada di salah satu restoran masakan Padang karena perut sudah sangat keroncongan. Masakannya enak. Terlebih sop iga. Gw tetap memilih menu andalan yaitu Nasi Rendang. Kelar makan lanjut menuju Dermaga Ketapang yang ternyata hanya lima belas menit dari restoran.
15 Februari 2014, 06.00 wib
Menuju pintu keluar pelabuhan banyak sekali calo dan kernet bus maupun travel yang akan menarik – narik anda. Cukup bilang sudah pesan mobil atau berjalan beriringan sudah bisa mengusir mereka. Mobil yang kita pesan sudah menunggu. Tiga unit mobil yaitu Suzuki APV satu unit dan dua unit Toyota Avanza. Cukup untuk kami yang berjumlah total dua puluh dua orang. Selesai melepas kepergian trip Krakatau, kami mulai memasuki mobil masing – masing. Hehehe..rada sempit ternyata untuk yang menumpang di mobil gw. Hampir sebagian besar penumpang di mobil gw bertinggi seratus tujuh lima sentimeter keatas. So, lumayan juga tekuk kaki selama perjalanan sampai Padang Cermin yang memakan waktu tiga jam.
Ada suatu kejadian mengenaskan saat perjalanan mencapai kawasan Kalianda. Telah terjadi kecelakaan antara dua pengendara motor yang mengakibatkan dua pengendaranya tewas. Menegerikan karena hal itu baru saja terjadi jadi kami masih bisa melihat kondisi jenazahnya di tepi jalan. Oiya, untuk melakukan perjalanan ke Pahawang ada baiknya meminum obat anti mabuk terlebih dahulu. Hizkia salah satu rekan yang sering banget ikut trip laut bareng gw sukses dibuat muntah dalam perjalanan. Haha..padahal selama dilaut dia ini termasuk kuat melawan goyangan ombak – ombak besar loh.
Tiga jam perjalanan telah kami lalui. Sekarang kami berada di salah satu restoran masakan Padang karena perut sudah sangat keroncongan. Masakannya enak. Terlebih sop iga. Gw tetap memilih menu andalan yaitu Nasi Rendang. Kelar makan lanjut menuju Dermaga Ketapang yang ternyata hanya lima belas menit dari restoran.
Spoiler for Menuju Ketapang:
Quote:
Dermaga Ketapang
15 Februari 2014, 11.00 wib
Di dermaga kami sudah ditunggu oleh Pak Yanto, pemilik kapal yang baik hati walau sampai sekarang saya berpikir kalau dia adalah mutan. Loh, kenapa gitu? Bayangin aja broh, si doi ini bisa berlari telanjang kaki dihamparan karang – karang tajam. Beuh..ngilu liatnya.
Kami menyewa dua unit kapal. Satu kapal diisi sebelas orang. Luas. Gw kira kapal ini bisa mengangkut 15 orang perkapalnya.
Teluk Ratai, inilah nama daerah tempat kami berada. Diluar pandangan gw tentang laut sebelumnya. Disini tidak ada ombak sama sekali. Sangat tenang seperti danau. Air memang keruh karena habis terkena hujan besar. Maklum saja, cuaca memang sulit diprediksi. Disekeliling terdapat pemandangan bukit – bukit menjulang. Sangat banyak sekali. Indah memang akan tetapi dalam hati tetap merutuki cuaca yang mendung. Padahal gw kangen banget sinar matahari di tepi pantai.
Untuk mencapai Pulau Pahawang harus berlayar selama satu jam kurang lebih dari Dermaga Ketapang. Selama perjalanan mata akan dimanjakan pemandangan pulau – pulau dengan vegetasi yang masih lebat dan perbukitan yang menjulang. Lautnya sekali lagi gw tegaskan, sangat tenang tanpa ombak.
Satu jam kita lalui. Tibalah kami di dermaga Pulau Pahawang. Istri dari pemilik homestay sudah menjemput. Bergegas kami menuju homestay untuk beristirahat. Dua homestay telah disiapkan. Kejutan, disini gw bertemu kembali dengan salah seorang traveler yang gw kenal di Pulau Kenawa, Sumbawa. Sempit sekali dunia yah.
Makan siang ternyata sudah disiapkan oleh pihak homestay. Sayangnya kami masih kenyang karena sudah terlebih dulu makan di restoran Padang. Akhirnya makanan ditarik, lauknya untuk makan malam saja biar lebih banyak menu. Hohoho... Setelah beristirahat dan ibadah, kita kembali ke perahu untuk mencari spot – spot snorkeling di sekitar.
15 Februari 2014, 11.00 wib
Di dermaga kami sudah ditunggu oleh Pak Yanto, pemilik kapal yang baik hati walau sampai sekarang saya berpikir kalau dia adalah mutan. Loh, kenapa gitu? Bayangin aja broh, si doi ini bisa berlari telanjang kaki dihamparan karang – karang tajam. Beuh..ngilu liatnya.
Kami menyewa dua unit kapal. Satu kapal diisi sebelas orang. Luas. Gw kira kapal ini bisa mengangkut 15 orang perkapalnya.
Teluk Ratai, inilah nama daerah tempat kami berada. Diluar pandangan gw tentang laut sebelumnya. Disini tidak ada ombak sama sekali. Sangat tenang seperti danau. Air memang keruh karena habis terkena hujan besar. Maklum saja, cuaca memang sulit diprediksi. Disekeliling terdapat pemandangan bukit – bukit menjulang. Sangat banyak sekali. Indah memang akan tetapi dalam hati tetap merutuki cuaca yang mendung. Padahal gw kangen banget sinar matahari di tepi pantai.
Untuk mencapai Pulau Pahawang harus berlayar selama satu jam kurang lebih dari Dermaga Ketapang. Selama perjalanan mata akan dimanjakan pemandangan pulau – pulau dengan vegetasi yang masih lebat dan perbukitan yang menjulang. Lautnya sekali lagi gw tegaskan, sangat tenang tanpa ombak.
Satu jam kita lalui. Tibalah kami di dermaga Pulau Pahawang. Istri dari pemilik homestay sudah menjemput. Bergegas kami menuju homestay untuk beristirahat. Dua homestay telah disiapkan. Kejutan, disini gw bertemu kembali dengan salah seorang traveler yang gw kenal di Pulau Kenawa, Sumbawa. Sempit sekali dunia yah.
Makan siang ternyata sudah disiapkan oleh pihak homestay. Sayangnya kami masih kenyang karena sudah terlebih dulu makan di restoran Padang. Akhirnya makanan ditarik, lauknya untuk makan malam saja biar lebih banyak menu. Hohoho... Setelah beristirahat dan ibadah, kita kembali ke perahu untuk mencari spot – spot snorkeling di sekitar.
Spoiler for Ketapang:
Quote:
Tanjung Putus
15 Februari 2014, 13.00 wib
Spot snorkeling pertama ada di Tanjung Putus. Diberi nama seperti itu soalnya kawasan ini kalau air laut surut kawasan ini menyambung dengan daratan Lampung dan kalau laut pasang menjadi sebuah pulau kecil yang berpisah dengan daratan Lampung. Sayangnya air di sekitar sini juga masih keruh. Visibility yang bagus bisa didapat hanya dengan menyelam sekitar empat sampai tujuh meter. Padahal biota laut disini lumayan bagus loh.
Pak Yanto sempat mengambil Kima, sejenis kerang yang bisa dimakan langsung. Menurut Hizkia, Kima bahkan sejenis kerang yang harganya lumayan tinggi di pasaran. Beberapa teman langsung mencicipi makanan yang menurut gw ekstrem itu. Dan herannya malah pada ketagihan. Hadeuh....
Spot kedua juga masih disekitar Tanjung Putus. Kami hanya berkeliling sebentar disini selebihnya hanya bermain air saja. Lompat – lompat dari kapal sampai membuat bubble ring di bawah laut. Hari semakin sore dan akhirnya kami memutuskan untuk mencari spot snorkeling kembali sembari pulang ke homestay.
Spot ketiga ada di belakang Pulau Pahawang Besar. Spot terbaik menurut gw pribadi. Karang dan ikan ada di kedalaman kurang lebih lima meter. Akan tetapi ratusan ikan kecil warna – warni berada disitu. Arus sangat tenang bahkan di bawah air pun tak terasa ada arus bawah sama sekali. Kami bermain – main kembali disini sampai menjelang matahari tebenam.
15 Februari 2014, 13.00 wib
Spot snorkeling pertama ada di Tanjung Putus. Diberi nama seperti itu soalnya kawasan ini kalau air laut surut kawasan ini menyambung dengan daratan Lampung dan kalau laut pasang menjadi sebuah pulau kecil yang berpisah dengan daratan Lampung. Sayangnya air di sekitar sini juga masih keruh. Visibility yang bagus bisa didapat hanya dengan menyelam sekitar empat sampai tujuh meter. Padahal biota laut disini lumayan bagus loh.
Pak Yanto sempat mengambil Kima, sejenis kerang yang bisa dimakan langsung. Menurut Hizkia, Kima bahkan sejenis kerang yang harganya lumayan tinggi di pasaran. Beberapa teman langsung mencicipi makanan yang menurut gw ekstrem itu. Dan herannya malah pada ketagihan. Hadeuh....
Spot kedua juga masih disekitar Tanjung Putus. Kami hanya berkeliling sebentar disini selebihnya hanya bermain air saja. Lompat – lompat dari kapal sampai membuat bubble ring di bawah laut. Hari semakin sore dan akhirnya kami memutuskan untuk mencari spot snorkeling kembali sembari pulang ke homestay.
Spot ketiga ada di belakang Pulau Pahawang Besar. Spot terbaik menurut gw pribadi. Karang dan ikan ada di kedalaman kurang lebih lima meter. Akan tetapi ratusan ikan kecil warna – warni berada disitu. Arus sangat tenang bahkan di bawah air pun tak terasa ada arus bawah sama sekali. Kami bermain – main kembali disini sampai menjelang matahari tebenam.
Spoiler for Dermaga Pulau Pahawang:
Spoiler for Tanjung Putus Underwater:
Spoiler for Tanjung Putus:
Quote:
Homestay Pulau Pahawang Besar
15 Februari 2014, 18.30 wib
Dengan lahap atau ,alah cenderung rakusnya kami menghabiskan hidangan makan malam yang disediakan. Nasi goreng, cumi goreng tepung, ikan, semangka iris. Entah memang makanan yang nikmat atau kami yang terlalu lapar. Setelah selesai makan satu per satu peserta membersihkan diri.
Malam ini kami memiliki acara untuk nonkrong di dermaga. Dibawah terang bulan di dalam gelap malam. Oke, lebay bahasa gw. Bodo amat. Delapan botol anker bir yang kami beli di Dermaga Ketapang masih tersimpan apik dalam perahu.
Ternyata di dermaga tidak begitu sepi. Ada beberapa penduduk yang juga nongkrong disitu. Termasuk Pak Yanto dan beberapa temannya. Botol pertama dibuka, suasana sudah sangat cair. Menyenangkan. Suasana seperti ini yang membuat gw gak pernah bosan untuk berpergian. Teman - teman baru. Suasana sunyi tapi dipenuhi kehangatan teman - teman sepenanggungan. Tapi gak lama gw mulai mengantuk, semilir angin malam menambah rasa kantuk pula. So tidur aja di dermaga beralaskan kain yang biasa dibawa. Menjelang tengah malam baru kembali ke homestay. Tidur nyenyak.
15 Februari 2014, 18.30 wib
Dengan lahap atau ,alah cenderung rakusnya kami menghabiskan hidangan makan malam yang disediakan. Nasi goreng, cumi goreng tepung, ikan, semangka iris. Entah memang makanan yang nikmat atau kami yang terlalu lapar. Setelah selesai makan satu per satu peserta membersihkan diri.
Malam ini kami memiliki acara untuk nonkrong di dermaga. Dibawah terang bulan di dalam gelap malam. Oke, lebay bahasa gw. Bodo amat. Delapan botol anker bir yang kami beli di Dermaga Ketapang masih tersimpan apik dalam perahu.
Ternyata di dermaga tidak begitu sepi. Ada beberapa penduduk yang juga nongkrong disitu. Termasuk Pak Yanto dan beberapa temannya. Botol pertama dibuka, suasana sudah sangat cair. Menyenangkan. Suasana seperti ini yang membuat gw gak pernah bosan untuk berpergian. Teman - teman baru. Suasana sunyi tapi dipenuhi kehangatan teman - teman sepenanggungan. Tapi gak lama gw mulai mengantuk, semilir angin malam menambah rasa kantuk pula. So tidur aja di dermaga beralaskan kain yang biasa dibawa. Menjelang tengah malam baru kembali ke homestay. Tidur nyenyak.
Spoiler for Malam:
Spoiler for Kongkow:
Quote:
Dermaga Pulau Pahawang
16 Februari 2014
Kami berkemas - kemas. Hoping island hari ini kita sekalian pulang menuju Dermaga Ketapang tanpa kembali ke Homestay. Setelah sarapan tanpa mandi, kami sudah siap di dermaga. Hoping island kali ini dengan tujuan Pulau Pahawang Kecil, Pulau Tegal, Pulau Makitem, sayang Pulau Kelagian terlewat karena miskomunikasi.
16 Februari 2014
Kami berkemas - kemas. Hoping island hari ini kita sekalian pulang menuju Dermaga Ketapang tanpa kembali ke Homestay. Setelah sarapan tanpa mandi, kami sudah siap di dermaga. Hoping island kali ini dengan tujuan Pulau Pahawang Kecil, Pulau Tegal, Pulau Makitem, sayang Pulau Kelagian terlewat karena miskomunikasi.
Spoiler for Anak - anak Dermaga:
Spoiler for Narsis:
Quote:
Pulau Pahawang Kecil
16 Februari 2014. 09.00 wib
Pulau Pahawang Kecil merupakan pulau pribadi milik seseorang yang bukan berkewarganegaraan Indonesia. Entah dari mana gw gak mau ambil pusing. Di sini hanya boleh bermain - main di sekitar pantai saja. Cuaca saat itu lumayan cerah dengan sedikit berawan. Tempat yang cocok untuk bersantai dan foto - foto.
16 Februari 2014. 09.00 wib
Pulau Pahawang Kecil merupakan pulau pribadi milik seseorang yang bukan berkewarganegaraan Indonesia. Entah dari mana gw gak mau ambil pusing. Di sini hanya boleh bermain - main di sekitar pantai saja. Cuaca saat itu lumayan cerah dengan sedikit berawan. Tempat yang cocok untuk bersantai dan foto - foto.
Spoiler for Pahawang Kecil:
Diubah oleh prascocker 03-03-2014 07:54
0
11.6K
Kutip
31
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Cerita Pejalan Domestik
2.1KThread•2.7KAnggota
Urutkan
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru