Metrorealitas.com, Jakarta - Anak saya sudah dua hari demam tinggi, mual muntah, lemas sekali, sehingga untuk bicarapun sudah lemah.

Orang awam bilang sakitnya demam berdarah, namun karena ruang rawat mulai dari kelas 3 sampai VIP penuh sesak, maka terpaksa saya rawat sendiri di rumah sambil menunggu ada tempat rawat inap di Rumah Sakit.

Semoga Allah segera memberi kesembuhan pada ananda dan kami di beri kemudahan..amin.

Maksud saya menceritakan ini, hanya ingin berbagi pada masyarakat yang bukan medis, bahwa ketika sebuah rumah sakit menyatakan tempat penuh, tidak bisa menerima pasien yang butuh perawatan, itu adalah sebuah kebenaran dan sama sekali bukan alasan yang dibuat-buat untuk menolak pasien, baik pasien yang gratis maupun yang bayar.

Buktinya adalah kejadian ini, anak saya sendiri, anak dari seorang dokter yang bekerja dan mengabdi di sebuah Rumah sakit namun tetap saja tidak bisa mendapatkan ruang rawat inap, walau saya ingin bayar berapapun biayanya.

Jadi mohon kepada segenap masyarakat, bijaklah dalam bersikap!

Janganlah selalu mencurigai kami dengan cepat menuduh dan mengucapkan kalimat menghakimi

“Kami di tolak di rumah sakit.”

Bagi seorang dokter, tidak ada kata, “Orang miskin dilarang sakit.”

Kami akan menolong siapapun jika memang situasinya mengharuskan demikian. Bahkan tanpa dibayarpun, karena menyelamatkan nyawa sesama manusia adalah tugas kami, para dokter.

Dan harus diketahui, bahwa semua fasilitas di rumah sakit mulai dari tempat tidur, obat-obatan, ruang ICU dan lain-lainnya itu disediakan oleh pemilik Rumah sakit, jika RS Negeri berarti pemiliknya pemerintah.

Jadi bukan salah kami, para petugas rumah sakit, jika semua itu tidak tersedia.

Karena kami hanya menjalankan tugas sebagai pelayan kesehatan dan bukan sebagai pembuat kebijakan.

Semoga seluruh rakyat Indonesia selalu sehat.

Salam Sehat !

Penulis : Eva Sridiana, ketua umum DIB, Dokter Indonesia bersatu. (MR/Ed)