Teknologi TV terus berkembang. Jika beberapa waktu lalu, kita masih asyik berbicara tentang LED, Smart TV dan 3D TV, kini muncul 'spesies' baru bernama Ultra High Definition TV.

Kualitas gambar yang ditawarkan pada format ini sangat baik, yakni sekitar empat kali lebih tajam dibandingkan video full yang beresolusi 1920x1080 pixel.

Dengan resolusi tersebut, pengguna dipastikan bakal merasakan sensasi yang lebih dalam saat berada di depan layar kaca. 

Perangkat yang bisa menampilkan video Ultra HD memang sudah mulai bertebaran, hanya saja konten dengan format tersebut masih sulit ditemukan di pasaran. 

Alhasil, pembesut Ultra HD TV seperti Samsung, juga memperkaya perangkatnya dengan berbagai konten. Jadi pemilik TV premium ini tak dipusingkan mencari konten yang cocok untuk lebih mengoptimalkan perangkatnya.

Satu hal yang mengganjal lainnya adalah soal harga. Ultra HD TV saat ini paling murah dibanderol Rp 50 jutaan. Harga ini tentu tak bisa diterima khalayak umum, sehingga target pasarnya masih segmented.

Melihat kondisi tersebut, Ubay Bayanudin -- Senior Product Manager Samsung Electronics Indonesia -- mengakui jika pasar Ultra HD TV di Indonesia memang masih belum booming.






Pun demikian, kondisi ini mirip saat Smart TV muncul beberapa waktu lalu. Dimana pasar perlu waktu menerimanya, termasuk mengedukasi para calon konsumen.

Ubay menambahkan, di tahun pertama kehadirannya, kontribusi Smart TV Samsung tak sampai 3%. Kini, sudah di atas 20%. "Jadi memang perlu waktu," ujarnya. 

Vendor elektronik pun sudah melihat adanya peluang menjanjikan di segmen ini. Dimana sejumlah brand sudah mulai memamerkan Ultra HD TV andalannya, tak cuma Samsung.

Nah, kini tinggal bagaimana para vendor ini mengedukasi pasar dan membuat sebuah standar untuk Ultra HD.

Langkanya video Ultra HD disebut-sebut karena belum adanya standarisasi format yang disepakati. Konon High Efficiency Video Coding (HEVC) adalah salah satu format film yang paling menjanjikan untuk video ultra definisi tinggi.

Tapi sayangnya, video dalam format tersebut masih memiliki kapasitas yang cukup besar. Jadi rasa-rasanya masih belum bisa dinikmati secara massal.

Hal ini pun diakui oleh Bernard Ang selaku Director & Consumer Electronics Head Samsung Electronics Indonesia.






Bernard mengatakan, untuk menampilkan kemampuan optimal dari deretan Ultra HD TV di ajang Samsung Forum 2014 yang berlangsung di Bali, pihak Samsung telah menyiapkan konten Ultra HD. 

"Untuk satu film, ukuran konten tersebut bisa sampai 70 GB. Dan tebak, berapa lama kami mendownloadnya? Dua hari!" tegas Bernard, di sela acara Samsung Forum 2014.

"Itu kami menggunakan jaringan broadband kantor Samsung yang harusnya lumayan ngebut," ceritanya.

Sementara untuk harga, Bernard tak terlalu khawatir. Di pasar TV seharga Rp 60 juta ke atas, Samsung mengklaim telah menguasai pangsa pasar 60%.

"Itu bisa jadi bayangan dan membuat kami percaya diri di tahun 2014 untuk pasar Ultra HD TV," ia menambahkan. 

"TV Ultra HD memang harganya masih tinggi, tetapi tetap saja ada peminatnya. Terutama mereka yang ingin jadi yang pertama memiliki gadget premium. Dimana pemiliknya masih jarang," tandas Bernard.

Dengan berbagai persiapan, edukasi dan kelebihan yang ditawarkan, Samsung pun optimistis jika pasar Ultra HD TV yang baru pemanasan di tahun 2013, bakal lepas landas dan selanjutnya meroket di tahun 2014.






http://m.detik.com/inet/read/2014/02...p-lepas-landas


cepat bgt kemajuan tekhno