Telepon kuno, Lampu gantung jaman VOC, Baki kuno bergaya Eropa, Patung Bali sampai penutup kepala penyelam jaman Tintin serta Gramaphone yang unik dan mewah, terpampang apik di jejeran toko-toko kecil sepanjang Jl. Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat.

Bagi sebagian orang, tempat ini merupakan surga harta karun yang terpendam di tengah kota Jakarta.

Tidak sulit mencapai lokasi ini. Dari Bunderan Hotel Indonesia menyusuri Jl. Diponegoro, Jakarta Pusat, Pasar Antik Jl. Surabaya dapat ditemui sekitar 250 M dari taman Suropati.

Para pemburu barang antik, kolektor, penikmat seni maupun pencari inspirasi tak habis-habisnya mengunjungi pasar ini mencari harta karun. Hasilnya sangat beragam, bahkan ada yang sangat berbahagia menemukan barang berharga lebih dari yang mereka harapkan.



Ada yang mengamat-amati sebuah Jambangan, Ada pula yang tertarik pada sebuah gong kecil dan tak ketinggalan sebuah patung kuda kuningan yang akan diboyong ke negeri sang turis.

Seperti pantauan Berita Daerah suatu siang di bulan Februari 2014. Suasana Jl. Surabaya masih basah oleh tumpahan air hujan yang baru usai. Namun tak menyurutkian semangat kerumunan Turis mancanegara yang mengerumuni sebuah toko yang menjual barang-barang dari kuningan. Ada yang mengamat-amati sebuah Jambangan, Ada pula yang tertarik pada sebuah gong kecil dan tak ketinggalan sebuah patung kuda kuningan yang akan diboyong ke negeri sang turis.



Lain lagi dengan suasana toko yang menjajakan koleksi kaset dan piringan hitam masa lalu. Toko itu tak seberapa besar dan terlihat lengang. Beberapa koleksi penyanyi besar “Tempo Doeloe” dari dalam dan luar negeri terpampang rapih. Diantaranya piringan hitam milik Alfian yang terkenal dengan hitsnya “Senja di Kaimana”.

Biasaya para kolektor mencari kaset dan piringan hitam yang sudah langka. Misalnya piringan hitam tua berisikan rekaman tembang “Pulau Seribu” dari penyanyi Teti Kadi produksi tahun 1967 bisa bernilai tinggi harganya. Tak masalah kondisi gambar sampulnya sudah menguning dan suaranya sember. Yang penting adalah nilai sejarah dan originalitasnya.



Selain Piringan hitam dan kaset tua, ada pula yang menjajakan kepingan-kepingan “Lasser Disc” dengan kondisi gambar sampul yang masih mulus. Teknologi analog ini baru saja digantikan dengan teknologi yang lebih canggih.

Seorang Ibu muda di sebuah toko kecil, terlihat sedang memilih beberapa cakram Lasser Disc. Bukan untuk diputar tapi untuk dikoleksi gambar sampulnya. Alat pemutarnya sudah lama rusak dan sudah tidak diproduksi lagi.



Lain lagi dengan Seorang Opa asal Manado yang tersenyum sumbringah ketika baru saja menemukan sebuah piringan hitam penyanyi barat, Skeeter Davis. Sementara anak Sang Opa takjub menemukan kaset lama dari jaman remajanya, Kaset group Band asal Inggeris “NKOTB”.

Barang-barang kuno ini dapat dibawa pulang dengan kepiawaian tawar menawar. Pembelinya ataupun dengan cara barter.

Bukan hanya melulu barang kuno yang dapat ditemukan di pasar ini, tetapi barang baru juga dijual seperti Koper, Tas dan sepatu.

Ada kegembiraan dan keceriaan di sebuah pasar kecil yang sudah ada sejak tahun Enam Puluhan. Barang – barang kuno dari masa lampau itu seolah menceritakan kembali kisahnya masing – masing bagi para kolektornya. Sejarah mencatat, Pada tahun 1994, Bill Clinton pernah datang mengunjungi pasar barang antik, Jl. Surabaya.

Sumber : beritadaerah

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA DAN JANGAN LUPA UNTUK MEMBERIKAN KOMENTAR / PENDAPAT / SARAN.

Ane menerima dan menolak keras

Ga komentar? ga kasih cendol? Minimal RATE lah...