Playen,-Adalah sebuah sekolah kecil di pinggiran Kecamatan Playen. Bangunan maupun fasilitas-nya tak se-elit sekolah-sekolah di Wonosari atau kota besar lainnya. Hanya sebuah perpustakaan yang berisi puluhan buku dengan jumlah siswa yang tak lebih dari 54 orang, bahkan siswanya bisa dikatakan siswa 'buangan'. Tetapi sekolah inilah yang akan mewakili Indonesia pada kontes photo story di Barcelona, Spanyol.

Kepala SMA Pembangunan 4 Playen, Sarono S.Pd mengakui bahwa selama ini sekolah tersebut bagaikan sebuah badan bernyawa namun hampir tidak memiliki nafas. Hebatnya, berawal dari keterbatasan ini, mereka memiliki mimpi yang tidak terbatas, bahkan mimpi itu kini telah menjadi kenyataan. Miscrosoft Global Forum Barcelona, Spanyol memilih SMA Pembangunan 4 Playen mewakili Indonesia untuk maju ke Barcelona melawan ratusan sekolah di seluruh penjuru dunia. Dari 32.000 peserta dari 80 negara, mulai dari SD sampai tingkat Universitas, disaring untuk mendapatkan (250). Dan di Indonesia terpilih 3 pemenang, diantaranya SD N Ponorogo, SMP Al-Azhar dan SMA Pembangunan 4 Playen.

Dengan mengusung photo story dan publisher (sejenis pamflet) yang mengangkat tema wisata di Gunungkidul tanggal 3 Maret, Miss Betty Sekarasih, guru bahasa Inggris, akan membawa hasil kreatifitas anak-anak didiknya tersebut ke Jakarta untuk dilakukan karantina dan selanjutnya terbang ke Barcelona untuk dipamerkan dan dinilai oleh tim yuri. Tidak tanggung-tanggung, dunia melirik hasil kerja keras anak-anak ini. Yang tidak memiliki modal apa-apa dalam proses pembuatan photo story dan publisher. Kamera, laptop dan uang saku, tidak ada satupun yang mereka punya. Mereka inisiatif meminjam kamera kepada temannya, laptop dibawakan oleh guru-guru dan uang saku tentu saja dari para guru dan sedikit biaya dari sekolah.

Nugroho Budi Santoso, guru Bahasa Indonesia, mengatakan para guru pendamping diantaranya Betty Sekarasih, guru Bahasa Inggris, Agung Temmy Nugroho, guru TIK dan dirinya tidak memiliki keinginan lain atau hal yang muluk-muluk. Keinginan mereka sederhana, mereka hanya ingin siswa-siswa duduk bersama, belajar bersama dan memiliki tim work yang kuat. Sebelumnya, kegiatan belajar mengajar di sana benar-benar lumpuh. Siswa yang mayoritas adalah siswa pindahan dari sekolah lain ini sangat sulit diajak belajar bersama. Kadang dari 20 siswa, hanya 3 atau 4 siswa yang berangkat sekolah.

"Ya, berangkatnya saja sift-siftan. Saya mengakui anak-anak didik saya nakal dan kemampuan mereka terbatas. Kami berkeinginan membuat apa yang terbatas ini menjadi tidak terbatas dan mereka nanti yang merasakannya," katanya.

Akhirnya tiga guru hebat itu mulai mengajak para siswa hunting foto ke berbagai tempat wisata, wawancara kepada tourist atau pengunjung wisata, serta wawancara ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Sesuatu yang menurut para siswa itu asyik dan tidak terasa bahwa mereka saat itu sedang belajar dan membuat sebuah karya yang akan disajikan ke dunia Internasional. Nyatanya cukup berhasil, awalnya para siswa benar-benar tidak tahu apa sih yang mereka lakukan dan untuk apa kegiatan ini? Sekarang, mereka sedikit paham, bahwa guru-guru mereka mempunyai mimpi yang besar untuk nama SMA Pembangunan 4 Playen.

"Dan apa yang dilakukan oleh mereka (siswa) juga yang akan mengubah SMA Pembangunan 4 Playen menjadi punya nafas lagi," kata Sarono.

Seluruh guru pembimbing dan kepala sekolah berharap, dukungan dari masyarakat dan pemerintah Gunungkidul untuk anak-anak didiknya.

"Dukung karya anak-anak dan guru di SMA Pembangunan 4 Playen ini dengan doa masyarakat Gunungkidul. Kami yang tidak punya apa-apa ini berharap bisa jadi apa-apa dan berkontribusi untuk daerah kami," imbuhnya.

Sumber : Sorot Gunungkidul

Ni Gan Penampakan Trailer Project'nya
[YOUTUBE] [/youtube]