kak yuk belhemat itu aja yg bisaaku sarankan sebelum membaca
Spoiler for =No jebmen kak:
Jakarta -Ketahanan energi suatu
negara dapat dilihat dari
banyaknya stok energi bahan bakar
minyak (BBM) yang disimpan.
Indonesia hingga kini belum punya
sistem stok BBM nasional, karena
masih mengandalkan cadangan
operasional BBM PT Pertamina
(Persero).
"Perlu diketahui kita tidak punya
stok BBM yang ada cadangan
operasional. Stok dengan cadangan
beda, kalau stok itu ditimbun dalam
bangker tidak boleh digunakan, dan
Indonesia tidak punya itu," kata
Anggota Komisi VII DPR Dito
Ganinduto ditemui di Hotel Four
Seasons, Kuningan, Jakarta, Selasa
(18/2/2014).
Ia mengatakan cadangan
operasional yang berada di depo
BBM dan SPBU, Indonesia memiliki
kecukupan hanya hingga 21 hari.
Artinya jika ada sesuatu bencana
besar atau perang, dan pasokan
minyak dari luar negeri terhenti,
Indonesia masih bisa bertahan
selama 21 hari.
"Indonesia punya cadangan
operasional selama 21-22 hari,
bandingkan negara seperti Malaysia
mereka punya cadangan BBM cukup
hingga 25 hari, Singapura negara
yang wilayahnya kecil itu dan
lucunya kita impor minyak dan BBM
dari sana punya cadangan 90 hari.
China 90 hari bahkan Amerikan
Serikat punya 260 hari," ungkapnya.
Dito menambahkan, bahkan dengan
hanya punya 21 hari cadangan
operasional BBM, untuk bahan bakar
pertahanan seperti kendaraan
tempur dan lainnya hanya cukup
untuk 4 hari saja.
"Bahkan untuk pertahanan kita
hanya cukup 4 hari saja," tutupnya
Spoiler for =no jebmen 2:
Pemerintah Kesulitan
Membeli Minyak dari Perut
Bumi RI Sendiri
Jakarta -Pemerintah melalui SKK
Migas menginginkan Pertamina
membeli minyak mentah yang
diproduksi perusahaan minyak yang
beroperasi di Indonesia. Namun tidak
mudah, karena perusahaan minyak
tersebut tidak mau menjual.
"Sistem perminyakan kita itu kan
bagi hasil, yang dibagi itu minyak.
Jadi misalnya perusahaan produksi
minyak, hasil minyaknya 85% buat
negara dan 15% buat perusahaan
minyak," ujar Sekretaris SKK Migas
Gde Pradyana ditemui di Hotel Four
Seasons, Kuningan, Jakarta, Selasa
(18/2/2014).
Gde mengatakan, pihaknya ingin
pembagian hasil 15% tersebut tidak
berupa minyak lagi, tetapi
pembagian keuntungan dalam bentuk
dolar.
"Jadi 15% itu bukan berupa minyak
lagi, tapi uang dolar atau jika tidak
mau, minyak mereka dibeli langsung
oleh Pertamina. Jadi Pertamina tidak
perlu membeli dari luar negeri, toh di
dalam negeri sudah ada," ucapnya.
Tetapi langkah tersebut ditentang
banyak perusahaan minyak, karena
minyak itu jatah mereka jadi hak
mereka. Apalagi minyak tersebut
digunakan untuk kilang perusahaan
minyak itu sendiri.
"Tapi banyak perusahaan yang tidak
mau. Contoh Chevron, yang sudah
punya kilang minyak di luar negeri,
minyak dari Indonesia salah satu
penyuplai kilang mereka. Kalau
pasokan minyak dari Indonesia dibeli
kita, kilang mereka kekurangan
pasokan. Contoh lain yakni seperti
PetroChina, kebijakan pemerintah
China setiap minyak yang didapat di
luar negeri wajib dibawa masuk ke
China," ungkap Gde.
Saat ini, mekanisme tersebut terus
dibahas, pihak Indonesia Petroleum
Association (IPA) yang awalnya
menentang keras sekarang sudah
mulai melunak dan bersedia
membahas masalah ini.
"Kalau ini bisa terealisasi, ada
potensi tambahan pasokan minyak
dalam negeri sekitar 300.000-400.000
barel per hari, yang jelas harga
minyak yang dibeli berpatokan pada
harga pasar atau bisa juga dari ICP
(Indonesia Crude Price)," tutupnya.
maaf kak trit ku kacau
no cendol
no bata
no rate
no minat HT
berminat Indonesia Lebih baik
minta pendapat warga Indonesia
maaf walau hanya copas
kalo salah forum mohon di arahkan
c