- Beranda
- Travellers
ANATOMY BACKPACKER
...
TS
dreamerpau
ANATOMY BACKPACKER
Thread ini ane bikin karena kegundahan ane tentang fenomena backpacker.
Menjadi umum ketika masyarakat sering latah istilah, menyebut sesuatu dengan istilah yang populer namun tidak pada kondisi yang sama. Sebelum menyebut diri sendiri sebagai backpacker, Anda harus tahu pengertian backpacking itu sendiri. Ane sering denger anggapan yang salah mengenai arti dari backpacking itu sendiri, asal kegiatan itu murah, orang sudah menganggapnya backpacking. Untuk itu ane tanya tanya dulu sama mbah google apa itu backpacker (CMIIW). Langsung adj kita k TKP:
Menjadi umum ketika masyarakat sering latah istilah, menyebut sesuatu dengan istilah yang populer namun tidak pada kondisi yang sama. Sebelum menyebut diri sendiri sebagai backpacker, Anda harus tahu pengertian backpacking itu sendiri. Ane sering denger anggapan yang salah mengenai arti dari backpacking itu sendiri, asal kegiatan itu murah, orang sudah menganggapnya backpacking. Untuk itu ane tanya tanya dulu sama mbah google apa itu backpacker (CMIIW). Langsung adj kita k TKP:
Quote:
Spoiler for Terminologi backpacker:
Backpacker adalah derivat kata backpack. Akar katanya back dan pack.Back, yang di-Indonesia-kan ‘belakang’, berasal dari kata Inggris kuno baec. Consice Oxford Dictionary menyebut baec datang dari bahasa Jerman. Pack juga pinjaman bahasa Jerman; kata bendanya pak, kata kerjanya pakken. Penutur bahasa Jawa punya kata ‘pak’ (mis: sepuluh pak [sepuluh bungkus] ‘Jarum Filter’) dan bahasa Indonesia memiliki kata ‘paket’ (dari package) yang kira-kira semakna.
*Menurut Santosa/Sangata-Kalimantan* Sebagai kata benda ‘backpack‘ diberi padanan ‘rucksack‘, di Indonesia-kan ransel. Ingat nggak, dulu setiap tentara mendapat jatah pembagian ransel dan bursak. Meski bisa dijinjing atau digendong, lantaran muatannya yang lebih besar bursak lebih sering digedong. Sebagai kata kerja ‘backpack‘ diartikan travel atau hike carrying one’s belonging in a rucksack; bepergian atau jalan kaki dengan membawa ransel. Memang arti ‘backpack’ telah meluas, mungkin istilahnya ameliorative atau jadi melebar tergantung dari sudut mana. Kalau mau zakelijk, kalau mau per takrif (definisi), yang lebih pas mestinya ‘jalan kaki menggendong ransel’. Ransel baru digendong bila si empunya jalan kaki. Kalau bepergian dengan bis, ransel akan disimpan di bagasi.
Dalam kamus saya *artsons.wordpress.com*, saya artikan backpacker adalah melakukan perjalanan jauh dari satu kota ke kota lain bisa dinegara sendiri atau ke kota di negara lain dengan biaya yang ditekan se-irit mungkin. Barang yang dibawa mengunakan ransel yang digendong di punggung. Perjalanan dilakukan dengan berbagai moda transportasi seperti pesawat udara, kereta ataupun bus bahkan sepeda motor. Semua rencana itu disusun sebelumnya dengan banyak mengali data serta survey yang mendalam.
Membuat defisini arti backpacker mungkin sangat bias, tergantung dari mana memulai. Jika anda mengartikan backpacker sebagai tas yang dikenakan di punggung tentu saja tidak salah. Kini backpacker bukan lagi perjalanan yang dilakukan dengan mengunakan tas ransel yang dikenakan di punggung mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah di jangkau sebelumnya, bergaul dan mencoba memahami budaya setempat bahkan menginap di rumah-rumah penduduk. Banyak pelancong yang megunakan tas ransel yang di sandangkan bahkan ada tas ransel yang mengunakan roda (trolley).
Lebih jauh lagi menurut saya bepergian ala backpacker adalah cara kita melakukan suatu perjalanan yang dilakukan melalui beberapa proses seperti membuat itinerary, membuat rencanan perincian dana yang akan dikeluarkan, menyiapkan perlengkapan, menentukan destinasi, menetapkan akomodasi dan transportasi yang sesuai dengan dana atau budget.
Seorang backpacker sejati selalu siap menghadapi berbagai kemungkinan. Biasanya tidak peduli ketika harus menaiki kendaraan umum yang penuk sesak dan tidak nyaman. Tidak masalah ketika harus tidur disembarang tempat, seperti di pos gardu, mushola hingga emperan. Barang yang dibawapun tidak banyak, isi tas nya umumnya barang-barang seperlunya dan tidak membawa peralatan yang tidak penting.
Sementara backpacker pada era modern saat ini banyak yang mempersiapkan diri dengan peralataan (gadget) yang canggih dan terkini. Tak usah heran saat anda melihat seorang pelancong yang membawa ransel dengan mengenakan pakaian seadanya tapi memegang alat GPRS untuk menentukan tujuannya.
sumber
*Menurut Santosa/Sangata-Kalimantan* Sebagai kata benda ‘backpack‘ diberi padanan ‘rucksack‘, di Indonesia-kan ransel. Ingat nggak, dulu setiap tentara mendapat jatah pembagian ransel dan bursak. Meski bisa dijinjing atau digendong, lantaran muatannya yang lebih besar bursak lebih sering digedong. Sebagai kata kerja ‘backpack‘ diartikan travel atau hike carrying one’s belonging in a rucksack; bepergian atau jalan kaki dengan membawa ransel. Memang arti ‘backpack’ telah meluas, mungkin istilahnya ameliorative atau jadi melebar tergantung dari sudut mana. Kalau mau zakelijk, kalau mau per takrif (definisi), yang lebih pas mestinya ‘jalan kaki menggendong ransel’. Ransel baru digendong bila si empunya jalan kaki. Kalau bepergian dengan bis, ransel akan disimpan di bagasi.
Dalam kamus saya *artsons.wordpress.com*, saya artikan backpacker adalah melakukan perjalanan jauh dari satu kota ke kota lain bisa dinegara sendiri atau ke kota di negara lain dengan biaya yang ditekan se-irit mungkin. Barang yang dibawa mengunakan ransel yang digendong di punggung. Perjalanan dilakukan dengan berbagai moda transportasi seperti pesawat udara, kereta ataupun bus bahkan sepeda motor. Semua rencana itu disusun sebelumnya dengan banyak mengali data serta survey yang mendalam.
Membuat defisini arti backpacker mungkin sangat bias, tergantung dari mana memulai. Jika anda mengartikan backpacker sebagai tas yang dikenakan di punggung tentu saja tidak salah. Kini backpacker bukan lagi perjalanan yang dilakukan dengan mengunakan tas ransel yang dikenakan di punggung mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah di jangkau sebelumnya, bergaul dan mencoba memahami budaya setempat bahkan menginap di rumah-rumah penduduk. Banyak pelancong yang megunakan tas ransel yang di sandangkan bahkan ada tas ransel yang mengunakan roda (trolley).
Lebih jauh lagi menurut saya bepergian ala backpacker adalah cara kita melakukan suatu perjalanan yang dilakukan melalui beberapa proses seperti membuat itinerary, membuat rencanan perincian dana yang akan dikeluarkan, menyiapkan perlengkapan, menentukan destinasi, menetapkan akomodasi dan transportasi yang sesuai dengan dana atau budget.
Seorang backpacker sejati selalu siap menghadapi berbagai kemungkinan. Biasanya tidak peduli ketika harus menaiki kendaraan umum yang penuk sesak dan tidak nyaman. Tidak masalah ketika harus tidur disembarang tempat, seperti di pos gardu, mushola hingga emperan. Barang yang dibawapun tidak banyak, isi tas nya umumnya barang-barang seperlunya dan tidak membawa peralatan yang tidak penting.
Sementara backpacker pada era modern saat ini banyak yang mempersiapkan diri dengan peralataan (gadget) yang canggih dan terkini. Tak usah heran saat anda melihat seorang pelancong yang membawa ransel dengan mengenakan pakaian seadanya tapi memegang alat GPRS untuk menentukan tujuannya.
sumber
Spoiler for prinsip utama:
Prinsip utama backpacking adalah independent (tidak bepergian bersama kelompok tur), travel light (membawa barang sesedikit mungkin), educated (bersifat mendidik) dan travel cheap (berwisata dengan cara dan biaya yang murah). Lebih spesifik lagi, ada beberapa hal lain yang membedakan backpacker dengan wisatawan biasa.
Backpacking bisa diartikan sebagai salah satu metode atau cara dalam melakukan perjalanan. Tiap orang pasti mempunyai cara tersendiri untuk menghabiskan atau memanfaatkan waktu liburnya masing-masing. Ada yang mengunjungi tempat-tempat tertentu seperti tempat belanja atau klub malam. Jadi jangan heran jika ada orang yang rela menempuh perjalanan panjang ribuan kilometer dan sangat melelahkan tentunya hanya untuk berbelanja atau hanya ingin dugem di klub malam saja. Ada juga orang yang hanya bersedia menginap di hotel mewah dan super mahal serta makan di restoran kelas atas. Dan ada juga sebagian orang yang hanya bersedia jalan-jalan secara berkelompok menggunakan jasa agen perjalanan.
Demikian juga dengan para ksatria ber-ransel atau sering kita sebut backpacker. Mereka punya cara sendiri saat jalan-jalan. Backpacker tulen hanya melakukan perjalanan secara mandiri atau independen. Artinya, mereka tidak mau menggunakan jasa agen perjalanan apalagi dengan biaya yang besar. Durasi mereka tinggal di suatu tempat rata-rata juga lebih lama dari wisatawan biasa. Karena itu para backpacker ini selalu memilih untuk tinggal di rumah kenalan atau penginapan dengan akomodasi termurah serta makan di tempat makan sederhana. Pilihan yang serba murah itu dipilih bukan karena mereka tidak mampu (miskin), tapi karena mereka benar-benar paham cara mengatur pengeluaran sehingga uang yang mereka punya benar-benar digunakan untuk hal yang memang diinginkan, bukan karena kemewahan semata. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk merasa malu atau rendah diri saat berperan sebagai backpacker.
Karena tidak menggunakan jasa agen wisata, para backpacker selalu menggunakan transportasi umum yang biasa digunakan oleh penduduk lokal, bukan bus atau minibus yang ada spanduknya. Hal inilah yang menjadi point penting bagi kesan perjalanan backpacker. Karena dengan menggunakan transportasi umum, maka mereka dapat berinteraksi dengan warga lokal sehingga dapat pengalaman baru yang lebih berharga saat berinteraksi dengan penduduk lokal. Bandingkan dengan wisatawan biasa. Selain transporatasi, para backpacker juga memilih untuk makan di tempat biasa seperti warung makan pinggir jalan, pasar atau di pusat keramaian rakyat. Tujuannya ya bisa dapat makanan yang murah meriah dan yang pasti cita rasa makanan yang didapat juga jauh lebih autentik atau orisinil.
Keasyikan lain dari backpacker ini adalah mereka memegang kendali penuh tentang jadwal perjalanannya. Tidak seperti wisatawan yang ikut tur yang mempunyai jadwal padat dan telah diatur oleh agen. Jadinya ya tidak akan menikmati perjalan secara menyeluruh. Durasi tinggal backpacker yang bebas dan jauh lebih lama membuat mereka bebas untuk pergi kemana, kapan berangkatnya atau malah ingin istirahat seharian karena kecapean. Semua bebas gak ada yang mengatur. Backpacker juga harus menghormati budaya penduduk lokal. Mereka dituntut untuk berperilaku santun, mengenakan busana sopan dan tidak berdandan dengan berlebihan karena backpacker sering berinteraksi dengan penduduk lokal. Tidak seperti wisatawan biasa yang biasanya cuek dengan budaya lokal karena memang mereka jarang berinteraksi dengan penduduk lokal. Backpacker sangat menghargai budaya penduduk lokal karena mereka tidak mau mengganggu budaya yang sudah tercipta dan yang pasti tidak ingin diusir gara-gara melanggar norma masyarakat.
Hal utama yang membedakan Backpacker dengan wisatawan biasa adalah nilai edukasi dalam perjalanan yang dilakukan. Kerena mereka melakukan semuanya secara mandiri, seorang backpacker diwajibkan untuk mencari informasi dan riset secara mendalam dan bahkan berbulan-bulan yang artinya lebih lama dari waktu perjalanannya. Dan hal utama yang harus dipahami adalah tentang objek wisata, tempat menginap, aspek budaya, bahasa serta kondisi sosial tempat-tempat yang akan dikunjungi. Tentu, kegiatan serius itu tidak mengurangi tujuan berlibur, yakni bersenang-senang. Namun, bersenang-senang yang memberi makna tentunya. Sesuatu yang sulit didapat dengan menjadi turis biasa.
[URL="http://www.backpackerindonesia.comS E N S O Ramrizal-triyudanto/pengertian-backpacker"]sumber[/URL]
Backpacking bisa diartikan sebagai salah satu metode atau cara dalam melakukan perjalanan. Tiap orang pasti mempunyai cara tersendiri untuk menghabiskan atau memanfaatkan waktu liburnya masing-masing. Ada yang mengunjungi tempat-tempat tertentu seperti tempat belanja atau klub malam. Jadi jangan heran jika ada orang yang rela menempuh perjalanan panjang ribuan kilometer dan sangat melelahkan tentunya hanya untuk berbelanja atau hanya ingin dugem di klub malam saja. Ada juga orang yang hanya bersedia menginap di hotel mewah dan super mahal serta makan di restoran kelas atas. Dan ada juga sebagian orang yang hanya bersedia jalan-jalan secara berkelompok menggunakan jasa agen perjalanan.
Demikian juga dengan para ksatria ber-ransel atau sering kita sebut backpacker. Mereka punya cara sendiri saat jalan-jalan. Backpacker tulen hanya melakukan perjalanan secara mandiri atau independen. Artinya, mereka tidak mau menggunakan jasa agen perjalanan apalagi dengan biaya yang besar. Durasi mereka tinggal di suatu tempat rata-rata juga lebih lama dari wisatawan biasa. Karena itu para backpacker ini selalu memilih untuk tinggal di rumah kenalan atau penginapan dengan akomodasi termurah serta makan di tempat makan sederhana. Pilihan yang serba murah itu dipilih bukan karena mereka tidak mampu (miskin), tapi karena mereka benar-benar paham cara mengatur pengeluaran sehingga uang yang mereka punya benar-benar digunakan untuk hal yang memang diinginkan, bukan karena kemewahan semata. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk merasa malu atau rendah diri saat berperan sebagai backpacker.
Karena tidak menggunakan jasa agen wisata, para backpacker selalu menggunakan transportasi umum yang biasa digunakan oleh penduduk lokal, bukan bus atau minibus yang ada spanduknya. Hal inilah yang menjadi point penting bagi kesan perjalanan backpacker. Karena dengan menggunakan transportasi umum, maka mereka dapat berinteraksi dengan warga lokal sehingga dapat pengalaman baru yang lebih berharga saat berinteraksi dengan penduduk lokal. Bandingkan dengan wisatawan biasa. Selain transporatasi, para backpacker juga memilih untuk makan di tempat biasa seperti warung makan pinggir jalan, pasar atau di pusat keramaian rakyat. Tujuannya ya bisa dapat makanan yang murah meriah dan yang pasti cita rasa makanan yang didapat juga jauh lebih autentik atau orisinil.
Keasyikan lain dari backpacker ini adalah mereka memegang kendali penuh tentang jadwal perjalanannya. Tidak seperti wisatawan yang ikut tur yang mempunyai jadwal padat dan telah diatur oleh agen. Jadinya ya tidak akan menikmati perjalan secara menyeluruh. Durasi tinggal backpacker yang bebas dan jauh lebih lama membuat mereka bebas untuk pergi kemana, kapan berangkatnya atau malah ingin istirahat seharian karena kecapean. Semua bebas gak ada yang mengatur. Backpacker juga harus menghormati budaya penduduk lokal. Mereka dituntut untuk berperilaku santun, mengenakan busana sopan dan tidak berdandan dengan berlebihan karena backpacker sering berinteraksi dengan penduduk lokal. Tidak seperti wisatawan biasa yang biasanya cuek dengan budaya lokal karena memang mereka jarang berinteraksi dengan penduduk lokal. Backpacker sangat menghargai budaya penduduk lokal karena mereka tidak mau mengganggu budaya yang sudah tercipta dan yang pasti tidak ingin diusir gara-gara melanggar norma masyarakat.
Hal utama yang membedakan Backpacker dengan wisatawan biasa adalah nilai edukasi dalam perjalanan yang dilakukan. Kerena mereka melakukan semuanya secara mandiri, seorang backpacker diwajibkan untuk mencari informasi dan riset secara mendalam dan bahkan berbulan-bulan yang artinya lebih lama dari waktu perjalanannya. Dan hal utama yang harus dipahami adalah tentang objek wisata, tempat menginap, aspek budaya, bahasa serta kondisi sosial tempat-tempat yang akan dikunjungi. Tentu, kegiatan serius itu tidak mengurangi tujuan berlibur, yakni bersenang-senang. Namun, bersenang-senang yang memberi makna tentunya. Sesuatu yang sulit didapat dengan menjadi turis biasa.
[URL="http://www.backpackerindonesia.comS E N S O Ramrizal-triyudanto/pengertian-backpacker"]sumber[/URL]
Spoiler for kata pakar:
JAKARTA - Saat ini, banyak wisatawan yang mengklaim dirinya sebagai seorang backpacker. Namun, apa makna backpacker sebenarnya?
Perjalanan ala backpacker memang terus berkembang di Indonesia, namun banyak juga yang tak mengetahui makna backpacker sebenarnya. Pendiri Komunitas Backpacker Dunia (KBD), Elok Dyah Messwati, mencoba menalaahnya.
Perjalanan seorang backpacker dapat diartikan sebagai perjalanan mandiri. Tak ada trip organizer yang mengatur perjalanan, dari berangkat hingga pulang sehingga wisatawan hanya tinggal menyetorkan sejumlah uang dan menikmati perjalanan.
“Backpacker itu pejalan mandiri. Tidak selalu harus sendiri, berdua hingga berempat masih boleh, namun semuanya ikut mengurusi perjalanan mereka. Misalnya, si A cari tiket, B cari penginapan, dan seterusnya,” katanya saat wawancara eksklusif dengan Okezone di Jakarta, baru-baru ini.
Mengatur semuanya sendiri, maka diperlukan manajemen yang baik dalam mengatur diri sendiri, kegiatan perjalanan, hingga uang. Oleh karena itu, backpacker dikenal pula sebagai smart traveler. Backpacker, ditegaskan Elok, dituntut harus hemat selama perjalanan, caranya bukan berarti dengan mempersulit diri sendiri, tapi cerdik mencari celah.
“Dapat dikatakan, backpacker itu seorang smart traveler dan tidak identik dengan yang kumuh atau menyiksa diri, bahkan banyak juga anggota KBD yang mantan pramugari,” imbuh penulis buku Backpacking Hemat ke Australia ini.
Misalnya saja, mereka harus menabung untuk dapat berkeliling ke luar negeri. Mereka pun harus pintar mencari tiket penerbangan dan tempat penginapan murah. Bahkan, bukan tidak mungkin bila mereka berhasil mendapatkan tiket penerbangan dan penginapan gratis.
“Inginnya, mereka yang backpacker jadi mandiri kayak bule-bule. Tidak seperti turis kebanyakan, yang segerombolan pakai bendera sama tour guide. Kalau ada trip organizer, itu sih bukan backpacker, karena semuanya diurusin,” tutupnya.
[URL="REFERENSI [url]http://travel.okezone.com/read/2013/03/07/407/772659/apa-makna-backpacker-sebenarnya[/url]"]sumber[/URL]
Perjalanan ala backpacker memang terus berkembang di Indonesia, namun banyak juga yang tak mengetahui makna backpacker sebenarnya. Pendiri Komunitas Backpacker Dunia (KBD), Elok Dyah Messwati, mencoba menalaahnya.
Perjalanan seorang backpacker dapat diartikan sebagai perjalanan mandiri. Tak ada trip organizer yang mengatur perjalanan, dari berangkat hingga pulang sehingga wisatawan hanya tinggal menyetorkan sejumlah uang dan menikmati perjalanan.
“Backpacker itu pejalan mandiri. Tidak selalu harus sendiri, berdua hingga berempat masih boleh, namun semuanya ikut mengurusi perjalanan mereka. Misalnya, si A cari tiket, B cari penginapan, dan seterusnya,” katanya saat wawancara eksklusif dengan Okezone di Jakarta, baru-baru ini.
Mengatur semuanya sendiri, maka diperlukan manajemen yang baik dalam mengatur diri sendiri, kegiatan perjalanan, hingga uang. Oleh karena itu, backpacker dikenal pula sebagai smart traveler. Backpacker, ditegaskan Elok, dituntut harus hemat selama perjalanan, caranya bukan berarti dengan mempersulit diri sendiri, tapi cerdik mencari celah.
“Dapat dikatakan, backpacker itu seorang smart traveler dan tidak identik dengan yang kumuh atau menyiksa diri, bahkan banyak juga anggota KBD yang mantan pramugari,” imbuh penulis buku Backpacking Hemat ke Australia ini.
Misalnya saja, mereka harus menabung untuk dapat berkeliling ke luar negeri. Mereka pun harus pintar mencari tiket penerbangan dan tempat penginapan murah. Bahkan, bukan tidak mungkin bila mereka berhasil mendapatkan tiket penerbangan dan penginapan gratis.
“Inginnya, mereka yang backpacker jadi mandiri kayak bule-bule. Tidak seperti turis kebanyakan, yang segerombolan pakai bendera sama tour guide. Kalau ada trip organizer, itu sih bukan backpacker, karena semuanya diurusin,” tutupnya.
[URL="REFERENSI [url]http://travel.okezone.com/read/2013/03/07/407/772659/apa-makna-backpacker-sebenarnya[/url]"]sumber[/URL]
Dari beberapa artikel tsb, ane coba menarik kesimpulan (CMIIW), yaitu:
Spoiler for kesimpulan:
Quote:
1. Backpacker itu pejalan mandiri alias independent. Tak ada trip organizer/open trip/ travel agent yang mengatur perjalanan, dari berangkat hingga pulang sehingga wisatawan hanya tinggal menyetorkan sejumlah uang dan menikmati perjalanan.
2. travel light (membawa barang sesedikit mungkin). Namun, backpacker bukan lagi perjalanan yang dilakukan dengan mengunakan tas ransel yang dikenakan di punggung. Banyak pelancong yang megunakan tas ransel yang di sandangkan bahkan ada tas ransel yang mengunakan roda (trolley). Tapi intinya adalah isi tas nya umumnya barang-barang seperlunya dan tidak membawa peralatan yang tidak penting.
3. Perjalanan dilakukan dengan berbagai moda transportasi seperti pesawat udara, kereta ataupun bus bahkan sepeda motor.
*namun ane lebih srek klo pelancong menggunakan transportasi umum yang biasa digunakan oleh penduduk lokal, bukan bus atau minibus yang ada spanduknya. Hal inilah yang menjadi point penting bagi kesan perjalanan backpacker. Karena dengan menggunakan transportasi umum, maka mereka dapat berinteraksi dengan warga lokal sehingga dapat pengalaman baru yang lebih berharga saat berinteraksi dengan penduduk lokal.
4. Hal utama yang membedakan Backpacker dengan wisatawan biasa adalah nilai edukasi dalam perjalanan yang dilakukan. Seorang backpacker diwajibkan untuk mencari informasi dan riset mengenai destinasi dengan melalui beberapa proses seperti membuat itinerary, membuat rencanan perincian dana yang akan dikeluarkan, menyiapkan perlengkapan, menentukan destinasi, menetapkan akomodasi dan transportasi yang sesuai dengan dana atau budget.
5. Durasi mereka tinggal di suatu tempat rata-rata juga lebih lama dari wisatawan biasa. Karena itu para backpacker ini selalu memilih untuk tinggal di rumah kenalan atau penginapan dengan akomodasi termurah serta makan di tempat makan sederhana. Pilihan yang serba murah itu dipilih bukan karena mereka tidak mampu (miskin), tapi karena mereka benar-benar paham cara mengatur pengeluaran sehingga uang yang mereka punya benar-benar digunakan untuk hal yang memang diinginkan. backpacker itu seorang smart traveler dan tidak identik dengan yang kumuh atau menyiksa diri.
Anatomy of Backpacker
Quote:
Spoiler for :
Spoiler for :
Backpacker ibarat sbuah teori, bisa dikatakn sbuah teori apabla mmenuhi syarat" tertentu. sehingga apabila hnya trpenuhi unsur "murah" sja sbaiknya dsbut dg istilah yg lbih umum sja "traveller/pelancong/tourist dll" .
Brhenti bcara sdut pndang tnpa dsar, kita hrus pintar menelaah dari asal usul kata, sejarah backpacker itu gimana nd klo perlu plajari anatomy itu sndri.
Krena bberapa hal dibwah ini ada unek” ane tentang alsan knp ane bkin thread ni. yaitu
Brhenti bcara sdut pndang tnpa dsar, kita hrus pintar menelaah dari asal usul kata, sejarah backpacker itu gimana nd klo perlu plajari anatomy itu sndri.
Krena bberapa hal dibwah ini ada unek” ane tentang alsan knp ane bkin thread ni. yaitu
Quote:
Spoiler for :
1. Apakah yang menggunakan motor masih bisa dikatakan backpacker? Walaupun point nya adalah untuk menekan pengeluaran dan di manage sendiri.
kalau ada yang pakai bajaj sampai pke sepeda. Ane lebih sepakat kalau itu disebut sebagai traveller karena intinya mereka hobby jalan”. atau kyk agan dibawah ini sekalian sbg adventurer atau petualang sejati karena ada sisi ekstrimnya dan mereka biasanya melakukan perjalanan jauh. :
2. Pelancong yang naek pesawat (tanpa mempertimbangkan tiket yg murah) meskipun cuma bawa ransel trus kdang nginep di hotel jg bkn home stay. Mampirnya ke tempat” wisata yg udh populer walaupun kesana kesini sendiri. Ane kurang srek jg klo klmpok ni dibilang backpacker.
3. terkadang walaupun dg biaya sehemat mungkin dan melakukan riset sendiri. Tp brang bawaan ny kyk gmbar dibawah ini, kurang srek jg klo dsbut backpaker.
4. backpacker yg udh trbntuk sbg komunitas apa msih bsa dsbut backpacker. krena hal tsb bsa adj mmbka pluang kbiasaan bbrp org trima bres ngsh duit jtohnya kn jd trip organizer. ditambah lg klo udh pke sponsor, emg si msuk k syrat manage keuangan scra mandiri klo bsa gratis. knp ga? ane lebih sepakat kalau disebut forum komunikasi backpacker. krn kalau komunitas backpacker pd akhir nya mmbuat even bsar msalnya dg mmbka pndaftarn baik utk anggta ataupn masyarkat luas jtohnya udh TRAVEL AGENT.
5. ane lebih cendrung srek ngliyat gaya bule yg backpackern. krena dr mreka lah budaya backpackern berasal.
kalau ada yang pakai bajaj sampai pke sepeda. Ane lebih sepakat kalau itu disebut sebagai traveller karena intinya mereka hobby jalan”. atau kyk agan dibawah ini sekalian sbg adventurer atau petualang sejati karena ada sisi ekstrimnya dan mereka biasanya melakukan perjalanan jauh. :
Spoiler for :
Kang JJ alias Jeffrey Polnaja solo riding melintasi negara menggunakan motor BMW GS Adventure
2. Pelancong yang naek pesawat (tanpa mempertimbangkan tiket yg murah) meskipun cuma bawa ransel trus kdang nginep di hotel jg bkn home stay. Mampirnya ke tempat” wisata yg udh populer walaupun kesana kesini sendiri. Ane kurang srek jg klo klmpok ni dibilang backpacker.
3. terkadang walaupun dg biaya sehemat mungkin dan melakukan riset sendiri. Tp brang bawaan ny kyk gmbar dibawah ini, kurang srek jg klo dsbut backpaker.
Spoiler for :
4. backpacker yg udh trbntuk sbg komunitas apa msih bsa dsbut backpacker. krena hal tsb bsa adj mmbka pluang kbiasaan bbrp org trima bres ngsh duit jtohnya kn jd trip organizer. ditambah lg klo udh pke sponsor, emg si msuk k syrat manage keuangan scra mandiri klo bsa gratis. knp ga? ane lebih sepakat kalau disebut forum komunikasi backpacker. krn kalau komunitas backpacker pd akhir nya mmbuat even bsar msalnya dg mmbka pndaftarn baik utk anggta ataupn masyarkat luas jtohnya udh TRAVEL AGENT.
5. ane lebih cendrung srek ngliyat gaya bule yg backpackern. krena dr mreka lah budaya backpackern berasal.
Spoiler for :
MAAF YANG SEBESAR”NYA KALAU ADA PIHAK” YG TERSINGGUNG. SEMUA INI HANYA TESA, ANTI TESA, DAN SINTESANYA ALIAS MEREPRODUKSI PEMIKIRAN HASIL PENGAMATAN. KALAU KURANG BERKENAN, ANE TERIMA KRITIK DAN TANGGAPANNYA
TAPI JGN DIKASIH YA
SUKUR" DIKASIH
TAPI JGN DIKASIH YA
SUKUR" DIKASIH
Diubah oleh dreamerpau 21-02-2014 14:46
0
3.4K
Kutip
10
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Travellers
23.1KThread•11.5KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru