Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

CherishManAvatar border
TS
CherishMan
Cerita rakyat : Kisah Kambing berbulu emas
Kisah kambing berbulu emas

Cerita rakyat : Kisah Kambing berbulu emas
Alkisah di negeri swedia, hiduplah sekumpulan kambing berbulu emas yang dimiliki oleh seorang peri. Apa jadinya ketika kambing-kambing istimewa ini melarikan diri dan dipelihara oleh manusia?

Suatu ketika, peri pemilik kambing berbulu emas bepergian naik kereta yang ditarik oleh kambing-kambing tersebut. Mendadak, ketiga kambing itu melepaskan diri dan berlarian di rumput.
Ketika itu, ada tiga petani yang sedang berladang tak jauh dari situ, nama mereka adalah Oskar, Bjorn, dan Leo. Melihat tiga hewan berbulu emas yang indah berlarian ke sana kemari, tiga petani ini menghentikan pekerjaan mereka dan mengejar kambing-kambing tersebut. Setelah upaya keras, mereka berhasil menangkap kambing-kambing itu.
“Terima kasih sudah menangkap kambing-kambingku,” sebuah suara merdu terdengar. Di dekat mereka kini berdiri wanita berambut pirang dan panjang yang cantik. “Mereka adalah hewan ajaib.”
Oskar dan Bjorn tertawa tak percaya, tapi Leo bertanya,”Ajaib?”
“Benar, Aku adalah seorang peri, dan untuk membalas budi kalian, aku akan memberikan mereka kepada kalian sebagai hadiah. Kalian harus mengawasi kambing-kambing ini dengan baik. Jika sampai kabur, mereka akan melarikan diri ke istanaku, dan kalian tak akan bisa menemukan mereka lagi.”
Oskar berseru senang dan Bjorn bertepuk tangan girang. Leo membungkukkan badan dan berkata,”Terima kasih, Peri. Kami akan menjaga mereka baik-baik.”
Ketiga petani itu bergegas pulang bersama kambing berbulu emas yang kini menjadi milik mereka. Mereka mencukur bulu emas tersebut dan menjualnya di pasar. Mereka berhasil mendapatkan uang jauh lebih besar dari yang pernah mereka impikan. Oskar dan Bjorn langsung berhenti mengurus ladang, namnun Leo tetap bekerja.
Seandainya kambing mereka kabur, Oskar dan Bjorn memberi cairan dari ter kayu di ujung tanduk kedua kambing mereka. Mereka juga mengikatkan tali di tanduk mereka dan membayar orang untuk mengurus kambing-kambing tersebut. Namun, Leo menjaga sendiri kambingnya dan membawanya ke mana pun ia pergi.
Ketika uang hasil penjualan bulu emas sudah bertambah banyak, Oskar dan Bjorn pindah ke rumah yang jauh lebih besar. Mereka juga mengenakan pakaian yang indah-indah dan mulai menyebut diri mereka sendiri Lord Oskar dan Lord Bjorn.
Leo juga menghasilkan uang banyak dan ia membangun rumah yang baik dari rumahnya sebelumnya, tapi tidak terlalu besar. Ia tetap hidup sederhana dan suka mengajak kambingnya berjalan-jalan ke padang rumput sambil mengobrol. Tak lama, kambing Leo menjadi amat jinak dan tidak membutuhkan tali pengikat. Hewan itu dengan setia mengikuti Leo ke mana-mana dan langsung menghampirinya dengan satu siulan saja.
Oskar dan Bjorn menertawakan Leo yang begitu lengket dengan kambingnya, tidak seperti mereka yang menyewa orang lain untuk memelihara hewan tersebut. “Kamu ini kok malah jadi tukan angon kambing,” olok mereka, sambil menghabiskan hari dengan bermalas-malasan, makan dan tidur.
Suatu hari, Leo memutuskan untuk mencoba memintal bulu emas kambingnya menjadi benang. Ternyata bulu tersebut menghasilkan benang yang sangat panjang.
Ketika Leo telah memintal bulu tersebut menjadi benang,ia menggulungnya di sekitar tanduk kambingnya. Seakan mengerti, kambing tersebut menggoyangkan kepalanya dari kanan ke kiri, membantu Leo menciptakan gulungan benang emas yang rapi.
“Anak pintar!” seru Leo. Ia senang sekali mengetahui bahwa ia tidak hanya memiliki kambing, tapi juga seorang partner.
Saat membawa gulungan-gulungan benang emas itu ke pasar, Leo berhasil memperoleh lebih banyak uang –Jauh lebih banyak dari sekadar menjual bulu. Namun, Leo merasa ia sudah cukup kaya, apalagi ia hanya tinggal sendirian. Ia pun mulai membagikan uang hasil penjualan benang emas tersebut kepada orang-orang yang membutuhkam.
Suatu hari, bocah penjaga kambing Oskar dan Bjorn berlari-lari memanggil majikannya. “Tuan Oskar! Tuan Bjorn! Kambing-kambing kalian melarikan diri!”
Mendengar ini, Oskar dan Bjorn yang sedang bermalas-malasan langsung bangun dan berlari keluar rumah. Benar saja, mereka melihat kambing-kambing mereka sedang berlari kencang ke dalam hutan. Mereka pun langsung mengejar.
Oskar dan Bjorn terus berlari dan berlari sampai mereka berada jauh di dalam hutan. Kini, di depan mereka berdiri istana indah milik peri cantik yang pernah mereka jumpai.
Mendadak, seekor kambing keluar dari kerumunan dan menyelipkan tanduknya ke dalam gulungan benang. Ia lalu menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.
Peri itu berdiri di gerbang, menanti mereka. “Aku tahu kalian akan datang,” katanya dengan suaranya yang merdu. “Kambing-kambing kalian kabur, kan? Mereka lari ke sini, tapi seperti yang pernah aku peringatkan, kalian tidak akan pernah menemukan mereka!”
Mendengar itu, Oskar dan Bjorn tertawa, “Engkau salah,Peri. Kami sudah menandai kambing-kambing kami dengan cairan ter,” ujar mereka.
Sang peri anya tersenyum. “Ah, tapi sayang sekali, semua kambing-kambingku mandi di sungai di belakang sana, dan sungai itu membasuk setiap tanda yang ada. Carilah sendiri kalau tidak percaya.”
Oskar dan Bjorn masuk ke halaman istanadan melihat banyak kambing berbulu emas. Mereka mencari ke sana kemari, tapi tidak menemukan kambing yang memiliki tanduk dengan cairan ter.
Tak lama, Bjorn melihat ia merasa kambing miliknya. Ia mengambil sebuah tali dan mengikat leher kambing itu, lantas mulai menarik. Tapi kambing itu menolak menurut. Melihat temannya diikat, kambing-kambing yang lain mengerumuni Bjorn dan menendangnya keluar.
Melihat ini, Oskar yang ketakutan segera melesat menyusul temannya. Keduanya berjalan pulang dengan lunglai menuju desa mereka. Di perjalanan, mereka berpapasan Leo yang sedang berlari ke arah hutan.
“Ada apa?” Tanya mereka.
“Kambingku melarikan diri,” ujar Leo.
Oskar dan Bjorn tertawa.“Menyerah saja. Kau tidak akan pernah menemukannya lagi.”
Tapi Leo pantang menyerah dan terus masuk ke dalam hutan sampai ia menemukan istana peri. Ketika ia memberi tahu peri bahwa kambingnya telah pergi, sang peri mempersilakannya mencari hewan tersebut di halaman istananya.
Leo masuk dan melihat puluhan kambing berbulu emas. Dia menghampiri satu per satu dan menatap mata mereka. “Ke mana kamu, Sobat?” tanyanya dengan sedih.
“Kambing punya ingatan yang pendek,” sang peri berusaha menghiburnya.
“Kalau begitu, sebaiknya aku mengucapkan selamat tinggal,” ujar Leo. “Bolehkan aku mengambil sejumput bulu dari setiap kambing untuk mengenang kambing yang telah menjadi temanku?”
Peri itu tidak keberatan. Maka Leo menggunting sejumput kecil bulu dari setiap kambing. Setelah terkumpul, ia berusaha memintalnya menjadi benang. Mendadak, seekor kambing keluar dari kerumunan, menghampiri Leo, dan menyelippkan tanduknya ke dalam gulungan benang. Ia lalu menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.
“Ini kambingku! Ini kambingku!” seru Leo dengan senang. Peri itu tersenyum dan mempersilahkan Leo membawa kambingnya pulang. Leo dan kambingnya hidup bahagia bersama, dan hewan itu tidak pernah lagi melarikan diri.


Dongeng Swedia
Diadaptasi oleh Amy Friedman dan ilustrasi oleh Meredith Johnson
@2013 UNIVERSAL UCLICK
Diubah oleh CherishMan 21-02-2014 05:26
0
7.6K
35
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84.3KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.