Tadi malam berdiskusi dengan sahabat-sahabat tentang Pemilu 2014, ya kurang lebihnya jumlah kami sembilan orang. Sambil ditemani kopi item dan rokok, satu persatu tokoh yang maju jadi Presiden kami bedah dari mulai latar belakang, prestasi dan kontribusinya untuk Indonesia, tak terkecuali Jokowi. Kenapa nama Jokowi kami diskusikan juga? Karena sosok Jokowi sedang diwacanakan oleh khalayak ramai bakal maju sebagai Calon Presiden (Capres). Tapi diantara beberapa tokoh, 70% porsi pembicaraan kami berkutat pada nama Jokowi, karena sosoknya yang fenomenal baik di dalam negeri ataupun di luar negeri “katanya”. Ditengah berjalannya diskusi, ada salah satu dari kami yang mempertanyakan tentang kedekatan musisi Robert Trujillo dengan Jokowi. Kurang lebih pertanyaannya sebagai berikut. “oh ya sori gw mau nanya, apa benar Robert Trujillo basis band Metalica itu kenal sama Jokowi. Sehingga dia (red: Robert Trujillo ) sampai mau memberikan bass-nya untuk Jokowi? Dan sejak kapan mereka berkenalan?. Mendengar pertanyaan seperti itu, kami terasa tersambar petir dan terheran-heran. Diantara kami sampai ada yang bertanya balik “iya-ya benar juga pertanyaan lu, sejak kapan Robert Trujillo kenal dengan Jokowi dan mau memberikan bass-nya ke Jokowi? Padahal di Indonesia kan banyak juga fans-nya, kenapa harus Jokowi yang diberi? Apa karena Jokowi Gubernur? Kalau seperti itu, berarti Robert Trujillo pilih kasih dong heheheh”.

Setidaknya seperti itulah suasana diskusi kami tentang tokoh-tokoh Indonesia menjelang pemilu 2014. Diantara berbagai pertanyaan cuma ada satu pertanyaan yang sampai saat ini masih mengganjal dan belum bisa saya jawab, pertanyaan tersebut tentang kedekatan Jokowi dengan basis Metalica Robert Trujillo yang dilontarkan oleh teman saya.

Sebagai musisi rock papan atas tentu saja banyak orang yang kenal dengan Robert Trujillo, tak terkecuali Jokowi. Tapi apakah Robert Trujilo kemudian kenal dengan sosok Jokowi? Dan kemudian dengan suka rela mau memberikan bass yang ada tanda tangannya. Bahkan dari kami sampai ada yang menduga-duga bahwa pemberitaan media tentang pemberian bass yang dibubuhi tanda tangan Robert Trujillo hanyalah sebuah rekayasa saja untuk membesarkan nama Jokowi.

Lebih lanjut teman saya menganalisa fenomena pemberian bass tersebut dengan menggunakan Teori Dramaturgi. Sebuah teori dasar tentang bagaimana individu tampil di dunia sosial. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Aristoteles sekitar tahun 350 SM untuk kesenian. Kemudian di abad modern diperkenalkan oleh Erving Goffman (11 Juni 1922 – 19 November 1982) seorang sosiolog interaksionis. Ditangan Goffman, dramaturgi digunakan untuk mengkaji fenomena sosial psikologis dan sosiologi. Hal ini sebagaimana yang ada di dalam bukunya yang berjudul The Presentation of Self In Everyday Life. Buku tersebut menggali segala macam perilaku interaksi yang dilakukan manusia dalam pertunjukan kehidupan sehari-hari yang menampilkan diri kita sendiri dalam cara yang sama dengan cara seorang aktor menampilkan karakter orang lain dalam sebuah pertunjukan drama. Cara yang sama ini berarti mengacu kepada kesamaan yang berarti ada pertunjukan yang ditampilkan. Bila Aristoteles mengacu kepada teater maka Goffman mengacu pada pertunjukan sosiologi. Pertunjukan yang terjadi di masyarakat untuk memberi kesan yang baik untuk mencapai tujuan. Tujuan dari presentasi dari Diri – Goffman ini adalah penerimaan penonton akan manipulasi. Bila seorang aktor berhasil, maka penonton akan melihat aktor sesuai sudut yang memang ingin diperlihatkan oleh aktor tersebut. Aktor akan semakin mudah untuk membawa penonton untuk mencapai tujuan dari pertunjukan tersebut. Ini dapat dikatakan sebagai bentuk lain dari komunikasi. Kenapa komunikasi? Karena komunikasi sebenarnya adalah alat untuk mencapai tujuan. Diakhir pembicaraan, sahabatku berpesan “jangan terjebak dengan yang namanya Jokowi ”