- Beranda
- Berita dan Politik
LUTUNG JAWA MUARAGEMBONG YANG TERANCAM PUNAH
...
TS
lookin4luck
LUTUNG JAWA MUARAGEMBONG YANG TERANCAM PUNAH
Ternyata HT gan, makasih banyak mimin momod officer kaskus dan kaskuser semua.
Makasih jg udah ngasih cendol n abu gosoknya.
Sorry gan baru bisa edit lewat hengpon.
Blm bisa kasih skrinsut nya.
Mudah mudahan ga repost
Mohon ijin untuk share tentang lutung jawa yang ada di Muaragembong Kab. Bekasi ternyata populasinya semakin sedikit dan terancam punah.
Berikut beritanya gan.
Seharusnya masyarakat harus lebih peduli akan keberadaan lutung jawa
Mengingat populasinya yang semakin berkurang.
Buat yang maubliat lutung jawa loncat2 di pohon.
Makasih banyak agan bisot yg udh sempet2in ngerekam penampakan lutung jawa.
[Youtube]
http://m.youtube.com/watch?v=KqgKLO0L6s8&desktop;_uri=%2Fwatch%3Fv%3DKqgKLO0L6s8[/youtube]
Makasih banyak agan jackmanis udh nambahin picnya.
Makasih jg udah ngasih cendol n abu gosoknya.
Sorry gan baru bisa edit lewat hengpon.
Blm bisa kasih skrinsut nya.
UPDATE GAN!!
Pic udah ane tambahin
Pic udah ane tambahin
Selamat Malam mimin momod officer kaskus dan kaskuser semua
Mudah mudahan ga repost
Spoiler for cek:
Mohon ijin untuk share tentang lutung jawa yang ada di Muaragembong Kab. Bekasi ternyata populasinya semakin sedikit dan terancam punah.
Berikut beritanya gan.
Quote:
BEKASI (Pos Kota)-Lutung Jawa atau nama latinnya Trachypithecus Auratus Mauritius di Kecamatan Muaragembong Kabupaten Bekasi, kini terancam punah, Ekosistem hutan Mangrove di sepanjang pesisir telah rusak oleh maraknya pembalakan liar dan perluasan tambak.
“Kami kesal bercampur bingung, kesal karena Lutung Jawa akan semakin terpojokkan dengan berkurangnya tempat habitat mereka, populasi keberadaan mereka telah dirusak oleh aksi pembalakan liar dan kehadiran alat berat (Beko) beberapa waktu yang lalu tengah mengerjakan perluasaan tambak disekitar pesisir muarabendara,” ujar Dr. Rondang Siregar salah seorang Ahli Primata yang beberapa waktu lalu bertandang bersama aktifis lingkungan ke Muaragembong untuk penelitian, kemarin.
Dr. Rondang mengatakan, sebaiknya pengusaha, Pemerintahan dan Lembaga Pemerintah jangan menutup mata tentang keberadaan mereka, mungkin dianggapnya adalah hewan yg biasa saja, padahal Kepmen Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 733/Kpts-II/1999 menetapkan bahwa Lutung Jawa adalah satwa yang tergolong dilindungi, karena jumlah dan keberadaannya yang sudah jarang dijumpai di Pulau Jawa.
“Dari keputusan itu seharusnya keberadaan Lutung Jawa di Muaragembong menjadi konsentrasi perhatian yang lebih untuk menjaga keberlangsungan hidup mereka,” imbuhnya.
Sementara itu menurut Ferlansyah ,28, salah seorang aktifis lingkungan Bekasi mengatakan, bagi kami Pemerintah sudah seharusnya ikut bertanggungjawab dalam menjaga keberlangsungan habitat Lutung Jawa dan kerusakan lingkungan dari dampak abrasi yg dirasakan.
“Jika yang dianggap langka dan dilindungi saja diabaikan, apalagi yang tidak langka dan tidak dilindungi berarti ada pembiaran dari Pemerintah. Padahal semua aktifitas dan laju pertumbuhan daerah itu seluruhnya dapat diatur oleh Pemerintah, ” paparnya.
Menurutnya, informasi yang telah didapat dari masyarakat dan temuan langsung dilapangan jumlah Lutung Jawa di Muara Bendera, Muaragembong Kabupaten Bekasi bisa dijumpai lebih dari 70-100 ekor dalam kelompok-kelompok kecil ditempat-tempat berbeda.
“Kami akan membuat salah satu campaign besar yang akan melibatkan masyarakat Kota-Kabupaten untuk peduli terhadap kondisi Muaragembong dan kondisi lingkungan yang telah rusak melalui agenda acara yang bertajuk ‘Run For Mugo’ aksi lari untuk mendukung dalam perbaikan kondisi ekosistem hutan pesisir dan menyelamatkan populasi satwa unik di Muaragembong,” pungkasnya.(Saban)
Spoiler for Lutung:
“Kami kesal bercampur bingung, kesal karena Lutung Jawa akan semakin terpojokkan dengan berkurangnya tempat habitat mereka, populasi keberadaan mereka telah dirusak oleh aksi pembalakan liar dan kehadiran alat berat (Beko) beberapa waktu yang lalu tengah mengerjakan perluasaan tambak disekitar pesisir muarabendara,” ujar Dr. Rondang Siregar salah seorang Ahli Primata yang beberapa waktu lalu bertandang bersama aktifis lingkungan ke Muaragembong untuk penelitian, kemarin.
Dr. Rondang mengatakan, sebaiknya pengusaha, Pemerintahan dan Lembaga Pemerintah jangan menutup mata tentang keberadaan mereka, mungkin dianggapnya adalah hewan yg biasa saja, padahal Kepmen Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 733/Kpts-II/1999 menetapkan bahwa Lutung Jawa adalah satwa yang tergolong dilindungi, karena jumlah dan keberadaannya yang sudah jarang dijumpai di Pulau Jawa.
“Dari keputusan itu seharusnya keberadaan Lutung Jawa di Muaragembong menjadi konsentrasi perhatian yang lebih untuk menjaga keberlangsungan hidup mereka,” imbuhnya.
Sementara itu menurut Ferlansyah ,28, salah seorang aktifis lingkungan Bekasi mengatakan, bagi kami Pemerintah sudah seharusnya ikut bertanggungjawab dalam menjaga keberlangsungan habitat Lutung Jawa dan kerusakan lingkungan dari dampak abrasi yg dirasakan.
“Jika yang dianggap langka dan dilindungi saja diabaikan, apalagi yang tidak langka dan tidak dilindungi berarti ada pembiaran dari Pemerintah. Padahal semua aktifitas dan laju pertumbuhan daerah itu seluruhnya dapat diatur oleh Pemerintah, ” paparnya.
Menurutnya, informasi yang telah didapat dari masyarakat dan temuan langsung dilapangan jumlah Lutung Jawa di Muara Bendera, Muaragembong Kabupaten Bekasi bisa dijumpai lebih dari 70-100 ekor dalam kelompok-kelompok kecil ditempat-tempat berbeda.
“Kami akan membuat salah satu campaign besar yang akan melibatkan masyarakat Kota-Kabupaten untuk peduli terhadap kondisi Muaragembong dan kondisi lingkungan yang telah rusak melalui agenda acara yang bertajuk ‘Run For Mugo’ aksi lari untuk mendukung dalam perbaikan kondisi ekosistem hutan pesisir dan menyelamatkan populasi satwa unik di Muaragembong,” pungkasnya.(Saban)
Quote:
Lutung Jawa ( trancypitecus auratus) Muara Gembong
Dua puluh tahun yang lalu, di pesisir Muara Gembong, Kabupaten Bekasi begitu mudah mendengar sahutan lutung di kala pagi. Tak sulit melihat binatang berbulu lebat ini menarik kepiting dengan menjuntaikan ekornya ke dalam air laut di pesisir pantai. Bak pemancing. Dengan ekornya itu, kepiting dibantingnya ke pohon bakau hingga mati. Kemudian, dagingnya disantap.
Kini, sudah tak terdengar lagi teriakan khasnya, “kaik…kaik…”. Tempat itu sudah terasa sunyi. Tak terlihat lagi binatang jenaka ini menjumput daging kepiting. Tak ada lagi, binatang berbahasa latin trancypitecus auratus ini. Seperti tenggelam oleh hantaman ombak pesisir.
Pada saat itu, hutan bakau di sana masih tebal dan rimbun. Lutung bergerombol. Setiap gerombolan terdiri sekitar 30 ekor. Dan mereka menetap di wilayah pesisir Muaragembong yang terletak di perbatasan dengan Kabupaten Karawang. Jejaknya tiada.
“Sekarang, susah melihat monyet-monyet itu nyari makan di sekitar sini. Apalagi yang sampai gerombolan. Bagaimana ada monyet, kalau sudah tidak ada lagi hutan seperti dulu,” kata Tukam, 50 tahun, warga Desa Muara Bendera.
Di kawasan mangrove itu, kondisinya sangat memprihatinkan, hutan bakau sudah semakin terkikis. Saking habisnya, pertambakan warga di balik hutan itu dengan mudah dipandang mata. Monyet berbulu tebal dan berwarna hitam atau masyarakat Kecamatan Muaragembong keberadaannya kini sangat memprihatinkan.
Tak hanya lutung yang jadi korban. Burung kuntul pun juga semakin sulit ditemukan. Padahal, burung pemakan ini sering hinggap di perpohonan dan karang-karang di di kawasan pesisir untuk menanti ikan. Kemungkinan, sudah pindah ke pesisir Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
"Satwa itu kini jumlahnya tinggal puluhan ekor saja. Keberadaan lutung itu sering saya lihat di hutan mangrove wilayah desa Pantai Bahagia dan di desa Pantai Harapan Jaya," ujar tokoh masyarakat Muaragembong Bisri
"Seharusnya pesisir Muaragembong menjadi pintu gerbang terakhir penyelamatan satwa di Kabupaten Bekasi. Karena wilayah ini memiliki area mangrove terluas. Jika di bandingkan dengan pesisir Kecamatan Babelan dan Kecamatan Tarumajaya," tambahnya.
Apalagi, sebagian wilayah Muaragembong, peruntukannya untuk wilayah perhutanan yang langsung di bawah kendali Departemen Kehutanan.
"Seharusnya Pemerintah pusat dan daerah segera memperioritaskan masalah penyelamatan lutung dan satwa lainya di Muaragembong," ungkapnya.
Menanggapi hal itu, Ketua DPRD Kabupaten Bekasi Mustakim menyesalkan hampir punahnya lutung yang berada di Bekasi. Pemkab Bekasi dalam hal ini BPLH maupun pemerhati harus turun melestarikan satwa dilindungi ini.
"Kalau tidak ada penanganan dengan segera, maka satwa - satwa tersebut akan benar-benar punah, Bupati Bekasi harus peduli kepada lingkungan, terutama perlindungan satwa liar," tandasnya.
Berdasarkan Studi Kelautan Pelestarian Ekosistem Hutan Bakau Di Wilayah Pesisir Kabupaten Bekasi yang dilakukan Pusat Studi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia tahun 2009, keresahan itu akibat terjadinya perubahan ekosistem yang menuju kehancuran di daerah ini. Dari analisis yang dilakukan tim itu, luas wilayah hutan bakau dalam kurun waktu 66 tahun (1943-2009) telah mengalami penyusutan hebat dengan tersisa 16,27 persen.
Adapun fauna yang sebelumnya berasosiasi dengan hutan bakau di daerah itu, terdapat 32 jenis, sebagian besar burung rawa seperti kuntul. Juga hewan langka dan dilindungi seperti Lutung Jawa (trachypetus auratus). Serta berbagai hewan yang mempunyai potensi ekonomi untuk dibudidayakan seperti udang dan kepiting bakau.
Aktivitas warga memancing di Pantai Muara Gembong
Kepala Dinas Tata Ruang dan Permukiman Pemkab Bekasi juga membenarkan kasus ini. Karena menurut catatannya, memasuki 1990-an, kicauan burung kuntul dan teriakan lutung sudah jarang terdengar. “Dan mulai tahun 1993, habitat itu sudah tidak ditemukan,” ujar dia.
Musnahnya populasi satwa penyebabnya ketidakseimbangan dengan lingkungan hidup di sekitarnya. Ketika hutan mangrove rusak seperti yang telah erjadi di pesisir utara, membuat satwa tidak bisa lagi bertahan di sana . Akhirnya, mereka memilih berpindah ke daerah lain. Kerusakan ini dibuktikan dari hasil foto udara yang dilakukan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah 2005, 150 hektar bibir pantai Muaragembong rusak
Kepala Seksi Bina Produksi Perkebunan dan Kehutanan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan kabupaten itu menegaskan, kalau tidak ada saling kerjasama antara Badan Pengendalian Lingkungan Hidup dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah untuk melestarikan lingkungan, maka fauna di masa depan, lingkungan hidup dan ekosistem di dalamnya tidak terselamatkan lagi. Harus memiliki komitmen penataan ruang sehingga tidak terjadi perubahan peruntukan lahan. Apalagi, lanjut dia, untuk melaksanakan pembangunan harus mengorbankan lingkungan hidup.
“Apalagi, ada rencana di kawasan pesisir utara akan dibangun untuk perniagaan dan bisnis. Ini harus diperhatikan lingkungan hidupnya, ekosistemnya. Dan jangan sampai memperparah kerusakan,”.
Upaya pelestarian yang bisa dilakukan saat ini mau tidak mau instansi terkait bersedia mengadakan pertemuan untuk membahas dan merumuskan bagaimana pemecahan supaya mangrove tidak rusak terus dan dampak kerusakan ekosistem di Muaragembong. Upaya ini, seperti menanti komitmen yang tak kunjung tiba.
Spoiler for Lutung:
Dua puluh tahun yang lalu, di pesisir Muara Gembong, Kabupaten Bekasi begitu mudah mendengar sahutan lutung di kala pagi. Tak sulit melihat binatang berbulu lebat ini menarik kepiting dengan menjuntaikan ekornya ke dalam air laut di pesisir pantai. Bak pemancing. Dengan ekornya itu, kepiting dibantingnya ke pohon bakau hingga mati. Kemudian, dagingnya disantap.
Kini, sudah tak terdengar lagi teriakan khasnya, “kaik…kaik…”. Tempat itu sudah terasa sunyi. Tak terlihat lagi binatang jenaka ini menjumput daging kepiting. Tak ada lagi, binatang berbahasa latin trancypitecus auratus ini. Seperti tenggelam oleh hantaman ombak pesisir.
Pada saat itu, hutan bakau di sana masih tebal dan rimbun. Lutung bergerombol. Setiap gerombolan terdiri sekitar 30 ekor. Dan mereka menetap di wilayah pesisir Muaragembong yang terletak di perbatasan dengan Kabupaten Karawang. Jejaknya tiada.
“Sekarang, susah melihat monyet-monyet itu nyari makan di sekitar sini. Apalagi yang sampai gerombolan. Bagaimana ada monyet, kalau sudah tidak ada lagi hutan seperti dulu,” kata Tukam, 50 tahun, warga Desa Muara Bendera.
Di kawasan mangrove itu, kondisinya sangat memprihatinkan, hutan bakau sudah semakin terkikis. Saking habisnya, pertambakan warga di balik hutan itu dengan mudah dipandang mata. Monyet berbulu tebal dan berwarna hitam atau masyarakat Kecamatan Muaragembong keberadaannya kini sangat memprihatinkan.
Tak hanya lutung yang jadi korban. Burung kuntul pun juga semakin sulit ditemukan. Padahal, burung pemakan ini sering hinggap di perpohonan dan karang-karang di di kawasan pesisir untuk menanti ikan. Kemungkinan, sudah pindah ke pesisir Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
"Satwa itu kini jumlahnya tinggal puluhan ekor saja. Keberadaan lutung itu sering saya lihat di hutan mangrove wilayah desa Pantai Bahagia dan di desa Pantai Harapan Jaya," ujar tokoh masyarakat Muaragembong Bisri
"Seharusnya pesisir Muaragembong menjadi pintu gerbang terakhir penyelamatan satwa di Kabupaten Bekasi. Karena wilayah ini memiliki area mangrove terluas. Jika di bandingkan dengan pesisir Kecamatan Babelan dan Kecamatan Tarumajaya," tambahnya.
Apalagi, sebagian wilayah Muaragembong, peruntukannya untuk wilayah perhutanan yang langsung di bawah kendali Departemen Kehutanan.
"Seharusnya Pemerintah pusat dan daerah segera memperioritaskan masalah penyelamatan lutung dan satwa lainya di Muaragembong," ungkapnya.
Menanggapi hal itu, Ketua DPRD Kabupaten Bekasi Mustakim menyesalkan hampir punahnya lutung yang berada di Bekasi. Pemkab Bekasi dalam hal ini BPLH maupun pemerhati harus turun melestarikan satwa dilindungi ini.
"Kalau tidak ada penanganan dengan segera, maka satwa - satwa tersebut akan benar-benar punah, Bupati Bekasi harus peduli kepada lingkungan, terutama perlindungan satwa liar," tandasnya.
Berdasarkan Studi Kelautan Pelestarian Ekosistem Hutan Bakau Di Wilayah Pesisir Kabupaten Bekasi yang dilakukan Pusat Studi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia tahun 2009, keresahan itu akibat terjadinya perubahan ekosistem yang menuju kehancuran di daerah ini. Dari analisis yang dilakukan tim itu, luas wilayah hutan bakau dalam kurun waktu 66 tahun (1943-2009) telah mengalami penyusutan hebat dengan tersisa 16,27 persen.
Adapun fauna yang sebelumnya berasosiasi dengan hutan bakau di daerah itu, terdapat 32 jenis, sebagian besar burung rawa seperti kuntul. Juga hewan langka dan dilindungi seperti Lutung Jawa (trachypetus auratus). Serta berbagai hewan yang mempunyai potensi ekonomi untuk dibudidayakan seperti udang dan kepiting bakau.
Aktivitas warga memancing di Pantai Muara Gembong
Spoiler for Warga Mancing:
Kepala Dinas Tata Ruang dan Permukiman Pemkab Bekasi juga membenarkan kasus ini. Karena menurut catatannya, memasuki 1990-an, kicauan burung kuntul dan teriakan lutung sudah jarang terdengar. “Dan mulai tahun 1993, habitat itu sudah tidak ditemukan,” ujar dia.
Musnahnya populasi satwa penyebabnya ketidakseimbangan dengan lingkungan hidup di sekitarnya. Ketika hutan mangrove rusak seperti yang telah erjadi di pesisir utara, membuat satwa tidak bisa lagi bertahan di sana . Akhirnya, mereka memilih berpindah ke daerah lain. Kerusakan ini dibuktikan dari hasil foto udara yang dilakukan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah 2005, 150 hektar bibir pantai Muaragembong rusak
Kepala Seksi Bina Produksi Perkebunan dan Kehutanan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan kabupaten itu menegaskan, kalau tidak ada saling kerjasama antara Badan Pengendalian Lingkungan Hidup dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah untuk melestarikan lingkungan, maka fauna di masa depan, lingkungan hidup dan ekosistem di dalamnya tidak terselamatkan lagi. Harus memiliki komitmen penataan ruang sehingga tidak terjadi perubahan peruntukan lahan. Apalagi, lanjut dia, untuk melaksanakan pembangunan harus mengorbankan lingkungan hidup.
“Apalagi, ada rencana di kawasan pesisir utara akan dibangun untuk perniagaan dan bisnis. Ini harus diperhatikan lingkungan hidupnya, ekosistemnya. Dan jangan sampai memperparah kerusakan,”.
Upaya pelestarian yang bisa dilakukan saat ini mau tidak mau instansi terkait bersedia mengadakan pertemuan untuk membahas dan merumuskan bagaimana pemecahan supaya mangrove tidak rusak terus dan dampak kerusakan ekosistem di Muaragembong. Upaya ini, seperti menanti komitmen yang tak kunjung tiba.
Quote:
MUARA BENDERA, PANTAI BAHAGIA : Akibat pembalakan liar yang dilakukan oleh warga setempat, Lutung Jawa (Trachypithecus Auratus Mauritius), satwa yang dilindungi dan menjadi daya tarik di Kecamatan Muaragembong, terancam punah.
“Dari informasi yang kami dapat dari masyarakat dan temuan langsung dilapangan, jumlah Lutung jawa di Muarabendera, Kecamatan Muaragembong tidak lebih dari 70-100 ekor. Itupun dalam kelompok-kelompok kecil dan di tempat-tempat berbeda,’ ujar Dr.Rondang Siregar salah seorang Ahli Primata yg beberapa waktu lalu bertandang bersama para Aktifis lingkungan ke Muaragembong untuk penelitian.
Menurut Rondang, akibat rusaknya ekosistem hutan mangrove di sepanjang pesisir menyebabkan berkurangnya tempat habitat Lutung Jawa untuk berkembang biak dan mencari makan. Sehingga, keberadaan Lutung Jawa semakin terpojokkan.. Ia menegaskan, jika ini terus dibiarkan, dalam waktu tidak terlalu lama Lutung Jawa terancam punah karena dan populasinya yang terus menurun.
“Kami kesal keberadaan mereka telah dirusak oleh aksi pembalakan liar dan perluasan tambak tanpa ada upaya dari pemerintah mencegahnya. Malah mereka dengan leluasa menggunakan alat berat(Beko) di sekitar Pesisir Muarabendera,”. Ketusnya.
“Lokasi Populasi Lutung Jawa di Muara Bendera, Desa Pantai Bahagia”
Ia mengatakan, sebaiknya pengusaha, pemerintah dan lembaga pemerintah jangan menutup mata tentang keberadaan lutung Jawa ini. Padahal sesuai dengan Kepmen Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 733/Kpts-II/1999 menetapkan bahwa Lutung Jawa adalah satwa yg tergolong dilindungi, karena jumlah dan keberadaannya yg sudah jarang dijumpai di pulau jawa.
” Dari keputusan itu seharusnya keberadaan Lutung Jawa di Muaragembong menjadi konsentrasi dan perhatian yang lebih untuk menjaga keberlangsungan hidup mereka,” Imbuhnya.
Sementara Ferlansyah (28) salah seorang aktifis lingkungan Bekasi mengatakan, pemerintah harus bertanggung jawab dalam menjaga keberlangsungan habitat Lutung Jawa. Selai itu juga mencegah kerusakan lingkungan dari dampak abrasi yg dirasakan.
“Jika yang dianggap langka dan dilindungi saja diabaikan, apalagi yg tidak langka dan tidak dilindungi berarti ada pembiaran dari pemerintah..Padahal semua aktifitas dan laju pertumbuhan daerah itu seluruhnya dapat diatur oleh pemerintah, ” paparnya.
Untuk menyelamatkan populasi yang ada, pihaknya akan membuat salah satu campaign besar yang akan melibatkan masyarakat kota-kabupaten. Hal itu dilakukan untuk membangkitkan rasa peduli terhadap kondisi Muaragembong yang telah rusak.
“Kami akan membuat acara yang bertajuk “Run For Mugo”. Yaitu, aksi lari untuk mendukung dalam perbaikan kondisi ekosistem hutan pesisir dan menyelamatkan populasi satwa unik di Muaragembong” pungkasnya.
“Dari informasi yang kami dapat dari masyarakat dan temuan langsung dilapangan, jumlah Lutung jawa di Muarabendera, Kecamatan Muaragembong tidak lebih dari 70-100 ekor. Itupun dalam kelompok-kelompok kecil dan di tempat-tempat berbeda,’ ujar Dr.Rondang Siregar salah seorang Ahli Primata yg beberapa waktu lalu bertandang bersama para Aktifis lingkungan ke Muaragembong untuk penelitian.
Spoiler for Lutung:
Menurut Rondang, akibat rusaknya ekosistem hutan mangrove di sepanjang pesisir menyebabkan berkurangnya tempat habitat Lutung Jawa untuk berkembang biak dan mencari makan. Sehingga, keberadaan Lutung Jawa semakin terpojokkan.. Ia menegaskan, jika ini terus dibiarkan, dalam waktu tidak terlalu lama Lutung Jawa terancam punah karena dan populasinya yang terus menurun.
“Kami kesal keberadaan mereka telah dirusak oleh aksi pembalakan liar dan perluasan tambak tanpa ada upaya dari pemerintah mencegahnya. Malah mereka dengan leluasa menggunakan alat berat(Beko) di sekitar Pesisir Muarabendera,”. Ketusnya.
“Lokasi Populasi Lutung Jawa di Muara Bendera, Desa Pantai Bahagia”
Spoiler for Mangrove:
Ia mengatakan, sebaiknya pengusaha, pemerintah dan lembaga pemerintah jangan menutup mata tentang keberadaan lutung Jawa ini. Padahal sesuai dengan Kepmen Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 733/Kpts-II/1999 menetapkan bahwa Lutung Jawa adalah satwa yg tergolong dilindungi, karena jumlah dan keberadaannya yg sudah jarang dijumpai di pulau jawa.
” Dari keputusan itu seharusnya keberadaan Lutung Jawa di Muaragembong menjadi konsentrasi dan perhatian yang lebih untuk menjaga keberlangsungan hidup mereka,” Imbuhnya.
Sementara Ferlansyah (28) salah seorang aktifis lingkungan Bekasi mengatakan, pemerintah harus bertanggung jawab dalam menjaga keberlangsungan habitat Lutung Jawa. Selai itu juga mencegah kerusakan lingkungan dari dampak abrasi yg dirasakan.
“Jika yang dianggap langka dan dilindungi saja diabaikan, apalagi yg tidak langka dan tidak dilindungi berarti ada pembiaran dari pemerintah..Padahal semua aktifitas dan laju pertumbuhan daerah itu seluruhnya dapat diatur oleh pemerintah, ” paparnya.
Untuk menyelamatkan populasi yang ada, pihaknya akan membuat salah satu campaign besar yang akan melibatkan masyarakat kota-kabupaten. Hal itu dilakukan untuk membangkitkan rasa peduli terhadap kondisi Muaragembong yang telah rusak.
“Kami akan membuat acara yang bertajuk “Run For Mugo”. Yaitu, aksi lari untuk mendukung dalam perbaikan kondisi ekosistem hutan pesisir dan menyelamatkan populasi satwa unik di Muaragembong” pungkasnya.
Quote:
Citizen6, Bekasi: Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut, serta populasi lutung yang terus menyusut, Lutung Budeng (Trachypithecus Auratus, The Javan lutung, Ebony Lutung atau Javan Langur) dievaluasikan sebagai terancam punah di dalam IUCN Red List sehingga melalui Kepmen Kehutanan dan Perkebunan Nomor: 733/Kpts-II/1999, Pemerintah Indonesia menetapkan bahwa Lutung Jawa adalah satwa yang dilindungi, karena jumlah dan keberadaannya yang sudah jarang dijumpai.
Kepmen tersebut dapat dibaca di:
http://www.kutilang.or.id/wp-content...dilindungi.pdf
Jumat, 10 Januari 2014 selepas sholat jumat kami (saya, Komar dan epoyd) bersiap hunting foto Lutung Jawa. Perjalanan dari Kebalen Kecamatan Babelan (tempat kami tinggal) menuju Kecamatan Muaragembong dapat ditempuh sekitar 1 - 2 jam tergantung cuaca.
Di lokasi kami ditemani 2 teman (Marsuf & Uci) yang tahu seluk-beluk jalan agar pencarian kami semakin efektif, jangan sampai membuang-buang waktu karena salah jalan mengingat matahari sudah semakin tinggi, jam 3 kami sudah melewati situs Pertamina menuju lokasi pencarian.
Menurut kabar, karena jumlah lutung yang sudah sangat jarang (Langka) dan sering diburu kemungkinan kami menemukan kawanan lutung ini sangat tipis, sebagian mengabarkan bahwa lutung ini musiman, jika dicari bukan pada musimnya kemungkinan lutung ini tidak dapat dijumpai.
Dalam perjalanan kami sering berpapasan dengan para pemancing, beberapa orang membawa senapan angin (mudah-mudahan bukan berburu lutung), pedagang-pedagang antar kampung.
Ditengah perjalanan kami bertemu mobil plat merah milik Pak Lurah Desa Pantai Mekar, kamipun berhenti untuk bersilaturahim. Berdasarkan informasi dari Pak Lurah Darman Alamsyah, Lurah Desa Pantai Mekar Muara Gembong, lutung masih dapat dijumpai di sekitaran Sungai Nyamuk sampai ke Beting pinggir pantai Harapan Jaya.
Bermodalkan nekad dan tidak bosan bertanya pada penduduk sekitar kami akhirnya menuju Sungai Nyamuk Pantai Harapan Jaya menelusuri jalan setapak pinggiran empang dan sisa-sisa hutan mangrove.
Kami sempat bertemu dengan kawanan lutung, namun sayang suara motor kami membuat mereka lari menjauh bersembunyi di rindang semak. Di perjalanan kami melihat sejenis musang yang disebut Senggarangan, biawak, monyet (kunyuk) dan berbagai jenis burung habitat pantai.
Kami mengatur strategi dengan sedikit mengatur jarak permotor, sepanjang masih terlihat sehingga masing-masing dapat mencari sekiranya lutung berani muncul.
Setelah setengah jam motor berjalan perlahan akhirnya kami bertemu sekelompok lutung lainnya yang sedang bermain di pucuk pohon. Kawanan lutung inilah akhir pencarian kami. Walaupun jarak yang cukup jauh namun lensa kami masih dapat menangkap wujud lutung dari kejauhan.
Sayangnya hal ini tidak berlangsung lama, cuaca tidak mendukung, angin pembawa hujan mulai meniup, burung-burung pantai berterbangan menjauh tanda akan segera turun hujan sehingga kami bergegas meninggalkan lokasi. Terjebak hujan di kawasan empang Sungai Nyamuk akan sangat menyulitkan, sehingga sebisa mungkin kami harus sudah mencapai jalan besar saat turun hujan, Alhamdulillah hujan turun setelah kami berhasil mencapai jalan besar.
Kapan-kapan, dengan persiapan yang lebih matang, kami akan kembali, dengan target hasil foto yang lebih dekat guna membuktikan bahwa lutung Muaragembong masih eksis, oleh karenanya dibutuhkan kepedulian dan bantuan semua pihak agar lutung-lutung ini tetap lestari bersama dengan habitat lainnya di Pantai Utara Bekasi, Muaragembong. (kw)
Spoiler for Lutung:
Kepmen tersebut dapat dibaca di:
http://www.kutilang.or.id/wp-content...dilindungi.pdf
Jumat, 10 Januari 2014 selepas sholat jumat kami (saya, Komar dan epoyd) bersiap hunting foto Lutung Jawa. Perjalanan dari Kebalen Kecamatan Babelan (tempat kami tinggal) menuju Kecamatan Muaragembong dapat ditempuh sekitar 1 - 2 jam tergantung cuaca.
Di lokasi kami ditemani 2 teman (Marsuf & Uci) yang tahu seluk-beluk jalan agar pencarian kami semakin efektif, jangan sampai membuang-buang waktu karena salah jalan mengingat matahari sudah semakin tinggi, jam 3 kami sudah melewati situs Pertamina menuju lokasi pencarian.
Menurut kabar, karena jumlah lutung yang sudah sangat jarang (Langka) dan sering diburu kemungkinan kami menemukan kawanan lutung ini sangat tipis, sebagian mengabarkan bahwa lutung ini musiman, jika dicari bukan pada musimnya kemungkinan lutung ini tidak dapat dijumpai.
Dalam perjalanan kami sering berpapasan dengan para pemancing, beberapa orang membawa senapan angin (mudah-mudahan bukan berburu lutung), pedagang-pedagang antar kampung.
Ditengah perjalanan kami bertemu mobil plat merah milik Pak Lurah Desa Pantai Mekar, kamipun berhenti untuk bersilaturahim. Berdasarkan informasi dari Pak Lurah Darman Alamsyah, Lurah Desa Pantai Mekar Muara Gembong, lutung masih dapat dijumpai di sekitaran Sungai Nyamuk sampai ke Beting pinggir pantai Harapan Jaya.
Bermodalkan nekad dan tidak bosan bertanya pada penduduk sekitar kami akhirnya menuju Sungai Nyamuk Pantai Harapan Jaya menelusuri jalan setapak pinggiran empang dan sisa-sisa hutan mangrove.
Kami sempat bertemu dengan kawanan lutung, namun sayang suara motor kami membuat mereka lari menjauh bersembunyi di rindang semak. Di perjalanan kami melihat sejenis musang yang disebut Senggarangan, biawak, monyet (kunyuk) dan berbagai jenis burung habitat pantai.
Kami mengatur strategi dengan sedikit mengatur jarak permotor, sepanjang masih terlihat sehingga masing-masing dapat mencari sekiranya lutung berani muncul.
Setelah setengah jam motor berjalan perlahan akhirnya kami bertemu sekelompok lutung lainnya yang sedang bermain di pucuk pohon. Kawanan lutung inilah akhir pencarian kami. Walaupun jarak yang cukup jauh namun lensa kami masih dapat menangkap wujud lutung dari kejauhan.
Sayangnya hal ini tidak berlangsung lama, cuaca tidak mendukung, angin pembawa hujan mulai meniup, burung-burung pantai berterbangan menjauh tanda akan segera turun hujan sehingga kami bergegas meninggalkan lokasi. Terjebak hujan di kawasan empang Sungai Nyamuk akan sangat menyulitkan, sehingga sebisa mungkin kami harus sudah mencapai jalan besar saat turun hujan, Alhamdulillah hujan turun setelah kami berhasil mencapai jalan besar.
Kapan-kapan, dengan persiapan yang lebih matang, kami akan kembali, dengan target hasil foto yang lebih dekat guna membuktikan bahwa lutung Muaragembong masih eksis, oleh karenanya dibutuhkan kepedulian dan bantuan semua pihak agar lutung-lutung ini tetap lestari bersama dengan habitat lainnya di Pantai Utara Bekasi, Muaragembong. (kw)
Spoiler for sumber:
[url] http://m.poskotanews.com/2013/12/02/...-nyaris-punah/[/url]
[url] http://www.urbancikarang.com/beta/pa...h#.UvyhVeYYbJs[/url]
[url] http://muaragembonginfo.wordpress.co...erancam-punah/[/url]
http://news.liputan6.com/read/798083...terancam-punah
[url] http://www.urbancikarang.com/beta/pa...h#.UvyhVeYYbJs[/url]
[url] http://muaragembonginfo.wordpress.co...erancam-punah/[/url]
http://news.liputan6.com/read/798083...terancam-punah
Seharusnya masyarakat harus lebih peduli akan keberadaan lutung jawa
Mengingat populasinya yang semakin berkurang.
Buat yang maubliat lutung jawa loncat2 di pohon.
Makasih banyak agan bisot yg udh sempet2in ngerekam penampakan lutung jawa.
[Youtube]
http://m.youtube.com/watch?v=KqgKLO0L6s8&desktop;_uri=%2Fwatch%3Fv%3DKqgKLO0L6s8[/youtube]
Quote:
Makasih banyak agan jackmanis udh nambahin picnya.
0
51.2K
Kutip
689
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
680KThread•48.4KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya