- Beranda
- Travellers
Orang Pertama yang Keliling Dunia
...
TS
tiyangsahe
Orang Pertama yang Keliling Dunia
Quote:
KALTIM TODAY — Banyak orang beranggapan, mungkin termasuk juga kita, bahwa manusia pertama yang keliling dunia adalah Marcopolo, Vasco Da Gama, atau Colombus. Padahal tidak.
Manusia pertama yang keliling dunia adalah Muhammad bin Abdillah bin Muhammad bin Ibrahim Al-Lawati At-Thanji yang lebih populer dengan nama IBNU BATHUTHAH, lahir di Kota Thanjah (Tangier), Maroko pada 703 H /1304 M pada masa kekuasaan Dinasti Marin.
Pada usia 23 tahun Ibnu Bathuthah meninggalkan negerinya. Ia lalu berkeliling ke negeri-negeri seperti Maroko, Mesir, Syam (sekarang Suriah), Hijaz (Ethiopia), Irak, Persia, Yaman, Bahrain, Turkistan, Maa Waraa nahr (Transoxania), sebagian wilayah India, Cina, Jawa (Nusantara), Tartar, dan Afrika Tengah.
Dialah traveler yang juga ahli sejarah dan menguasai Bahasa Turki dan Persia. Cambridge University menyematkan gelar kepada Ibnu Bathuthah sebagai “Pemimpin Pelancong Muslim”.
Nama Ibnu Bathuthah telah dicatat dalam kepustakaan-kepustakaan sejarah dunia, khususnya sejak abad pertengahan sampai zaman modern. Namanya masyhur di mata ilmuwan Muslim dan Barat. Banyak buku atau karya ilmiah disusun bersumber dari memoar-nya. Dalam catatan sejarah Ibnu Bathuthah telah melakukan perjalanan selama 27 tahun.
Memang Benar Marcopolo telah lebih awal melakukan perjalanan ke berbagai negeri, tetapi jangkauan yang dilakukan Ibnu Bathuthah jauh lebih besar dibanding apa yang telah dicapai Marcopolo. Hal itu bisa jadi karena luasnya penyebaran Islam telah hampir menjangkau seluruh dunia.
Sedangkan Vasco Da Gama adalah traveler yang datang satu abad kemudian setelah perjalanan Ibnu Bathuthah. Tepatnya pada tahun 1469 – 24 Desember 1524 di Kochi, India, yang hanya menemukan jalur jalan laut langsung dari Eropa ke Malabar, India dengan melakukan penjelajahan laut mengelilingi Afrika. Apalagi Colombus, ia memulai debutnya jauh setelah Vasco Da Gama melakukannya.
Dengan demikian maka penjelajah dunia pertama adalah Ibnu Bathuthah. Sebab pada saat itu Islam telah menyebar ke seluruh dunia di mana jalur maritim dunia dikuasai oleh Umat Islam selama lebih dari 5 abad. Sementara Barat pada tahun tersebut masih berada dalam masa dark ages (masa kegelapan). Hal ini jika mengacu pada tahun dimulainya gerakan renaissance (kelahiran kembali) Eropa yang terjadi pada abad ke 17-19 Masehi.
Manusia pertama yang keliling dunia adalah Muhammad bin Abdillah bin Muhammad bin Ibrahim Al-Lawati At-Thanji yang lebih populer dengan nama IBNU BATHUTHAH, lahir di Kota Thanjah (Tangier), Maroko pada 703 H /1304 M pada masa kekuasaan Dinasti Marin.
Pada usia 23 tahun Ibnu Bathuthah meninggalkan negerinya. Ia lalu berkeliling ke negeri-negeri seperti Maroko, Mesir, Syam (sekarang Suriah), Hijaz (Ethiopia), Irak, Persia, Yaman, Bahrain, Turkistan, Maa Waraa nahr (Transoxania), sebagian wilayah India, Cina, Jawa (Nusantara), Tartar, dan Afrika Tengah.
Dialah traveler yang juga ahli sejarah dan menguasai Bahasa Turki dan Persia. Cambridge University menyematkan gelar kepada Ibnu Bathuthah sebagai “Pemimpin Pelancong Muslim”.
Nama Ibnu Bathuthah telah dicatat dalam kepustakaan-kepustakaan sejarah dunia, khususnya sejak abad pertengahan sampai zaman modern. Namanya masyhur di mata ilmuwan Muslim dan Barat. Banyak buku atau karya ilmiah disusun bersumber dari memoar-nya. Dalam catatan sejarah Ibnu Bathuthah telah melakukan perjalanan selama 27 tahun.
Memang Benar Marcopolo telah lebih awal melakukan perjalanan ke berbagai negeri, tetapi jangkauan yang dilakukan Ibnu Bathuthah jauh lebih besar dibanding apa yang telah dicapai Marcopolo. Hal itu bisa jadi karena luasnya penyebaran Islam telah hampir menjangkau seluruh dunia.
Sedangkan Vasco Da Gama adalah traveler yang datang satu abad kemudian setelah perjalanan Ibnu Bathuthah. Tepatnya pada tahun 1469 – 24 Desember 1524 di Kochi, India, yang hanya menemukan jalur jalan laut langsung dari Eropa ke Malabar, India dengan melakukan penjelajahan laut mengelilingi Afrika. Apalagi Colombus, ia memulai debutnya jauh setelah Vasco Da Gama melakukannya.
Dengan demikian maka penjelajah dunia pertama adalah Ibnu Bathuthah. Sebab pada saat itu Islam telah menyebar ke seluruh dunia di mana jalur maritim dunia dikuasai oleh Umat Islam selama lebih dari 5 abad. Sementara Barat pada tahun tersebut masih berada dalam masa dark ages (masa kegelapan). Hal ini jika mengacu pada tahun dimulainya gerakan renaissance (kelahiran kembali) Eropa yang terjadi pada abad ke 17-19 Masehi.
Quote:
Ilustrasi Ibnu Batutah
Quote:
Versi Wikipedia
Abu Abdullah Muhammad bin Battutah (bahasa Arab: أبوعبدﷲ محمد إبن بطوطة, Abu Abdullah Muhammad ibn Bathuthah) atau juga dieja Ibnu Batutah (24 Februari 1304 - 1368 atau 1377) adalah seorang pengembara Berber Maroko.
Atas dorongan Sultan Maroko, Ibnu Batutah mendiktekan beberapa perjalanan pentingnya kepada seorang sarjana bernama Ibnu Juzay, yang ditemuinya ketika sedang berada di Iberia. Meskipun mengandung beberapa kisah fiksi, Rihlah merupakan catatan perjalanan dunia terlengkap yang berasal dari abad ke-14.
Hampir semua yang diketahui tentang kehidupan Ibnu Batutah datang dari dirinya sendiri. Meskipun dia mengklaim bahwa hal-hal yang diceritakannya adalah apa yang dia lihat atau dia alami, kita tak bisa tahu kebenaran dari cerita tersebut.
Lahir di Tangier, Maroko antara tahun 1304 dan 1307, pada usia sekitar dua puluh tahun Ibnu Batutah berangkat haji -- ziarah ke Mekah. Setelah selesai, dia melanjutkan perjalanannya hingga melintasi 120.000 kilometer sepanjang dunia Muslim (sekitar 44 negara modern).
Perjalanannya ke Mekah melalui jalur darat, menyusuri pantai Afrika Utara hingga tiba di Kairo. Pada titik ini ia masih berada dalam wilayah Mamluk, yang relatif aman. Jalur yang umu digunakan menuju Mekah ada tiga, dan Ibnu Batutah memilih jalur yang paling jarang ditempuh: pengembaraan menuju sungai Nil, dilanjutkan ke arah timur melalui jalur darat menuju dermaga Laut Merah di 'Aydhad. Tetapi, ketika mendekati kota tersebut, ia dipaksa untuk kembali dengan alasan pertikaian lokal.
Kembail ke Kairo, ia menggunakan jalur kedua, ke Damaskus (yang selanjutnya dikuasai Mamluk), dengan alasan keterangan/anjuran seseorang yang ditemuinya di perjalanan pertama, bahwa ia hanya akan sampai di Mekah jika telah melalui Suriah. Keuntungan lain ketika memakai jalur pinggiran adalah ditemuinya tempat-tempat suci sepanjang jalur tersebut -- Hebron, Yerusalem, dan Betlehem, misalnya -- dan bahwa penguasa Mamluk memberikan perhatian khusus untuk mengamankan para peziarah.
Setelah menjalani Ramadhan di Damaskus, Ibnu Batutah bergabung dengan suatu rombongan yang menempuh jarak 800 mil dari Damaskus ke Madinah, tempat dimakamkannya Muhammad. Empat hari kemudian, dia melanjutkan perjalanannya ke Mekah. Setelah melaksanakan rangkaian ritual haji, sebagai hasil renungannya, dia kemudian memutuskan untuk melanjutkan mengembara. Tujuan selanjutnya adalah Il-Khanate (sekarang Iraq dan Iran.
Dengan cara bergabung dengan suatu rombongan, dia melintasi perbatasan menuju Mesopotamia dan mengunjungi najaf, tempat dimakamkannya khalifah keempat Ali. Dari sana, dia melanjutkan ke Basrah, lalu Isfahan, yang hanya beberapa dekade jaraknya dengan penghancuran oleh Timur. Kemudian Shiraz dan Baghdad (Baghdad belum lama diserang habis-habisan oleh Hulagu Khan).
Di sana ia bertemu Abu Sa'id, pemimpin terakhir Il-Khanate. Ibnu Batutah untuk sementara mengembara bersama rombongan penguasa, kemudian berbelok ke utara menuju Tabriz di Jalur Sutra. Kota ini merupakan gerbang menuju Mongol, yang merupakan pusat perdagangan penting.
Setelah perjalanan ini, Ibnu Batutah kembali ke Mekah untuk haji kedua, dan tinggal selama setahun sebelum kemudian menjalani pengembaraan kedua melalui Laut Merah dan pantai Afrika Timur. Persinggahan pertamanya adalah Aden, dengan tujuan untuk berniaga menuju Semenanjung Arab dari sekitar Samudera Indonesia. Akan tetapi, sebelum itu, ia memutuskan untuk melakukan petualangan terakhir dan mempersiapkan suatu perjalanan sepanjang pantai Afrika.
Menghabiskan sekitar seminggu di setiap daerah tujuannya, Ibnu Batutah berkunjung ke Ethiopia, Mogadishu, Mombasa, Zanzibar, Kilwa, dan beberapa daerah lainnya. Mengikuti perubahan arah angin, dia bersama kapal yang ditumpanginya kembali ke Arab selatan. Setelah menyelesaikan petualangannya, sebelum menetap, ia berkunjung ke Oman dan Selat Hormuz. Setelah selesai, ia berziarah ke Mekah lagi.
Setelah setahun di sana, ia memutuskan untuk mencari pekerjaan di kesultanan Delhi. Untuk keperluan bahasa, dia mencari penterjemah di Anatolia. Kemudian di bawah kendali Turki Saljuk, ia bergabung dengan sebuah rombongan menuju India. Pelayaran laut dari Damaskus mendaratkannya di Alanya di pantai selatan Turki sekarang. Dari sini ia berkelana ke Konya dan Sinope di pantai Laut Hitam.
Setelah menyeberangi Laut Hitam, ia tiba di Kaffa, di Crimea, dan memasuki tanah Golden Horde. Dari sana ia membeli kereta dan bergabung dengan rombongan Ozbeg, Khan dari Golden Horde, dalam suatu perjalanan menuju Astrakhan di Sungai Volga.
Spoiler for source:
0
3.9K
Kutip
2
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Travellers
23.1KThread•11.6KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru